Beranda Edukasi Kesehatan Penderita Hipertensi Harus Batasi MSG, Ini Alasannya Menurut Ahli

Penderita Hipertensi Harus Batasi MSG, Ini Alasannya Menurut Ahli

Ilustrasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Pixabay

JOGLOSEMARNEWS.COM — Salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Lalu bagaimana dengan pola makan dan apa yang harus dihindari?

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) Nurpudji A. Taslim mengatakan penderita hipertensi, harus mengurangi asupan monosodium glutamat (MSG). Setiap penderita hipertensi, hanya boleh mengkonsumsi 10 miligram MSG perkilogram berat badan. Nurpudji mencontohkan, bila seseorang memiliki berat badan 60 kilogram, maka ia cukup mengkonsumsi 6 gram saja.

Nurpudji menambahkan bahwa hampir semua pasien hipertensi harus mengurangi asupan MSG juga mengurangi konsumsi garam. MSG sama seperti garam yang mengandung sodium sehingga dapat merusak pembuluh darah dan arteri dalam jantung yang bisa meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung. Ia pun memberikan tips bila penderita hipertensi harus makan di luar rumah. Ia menyarankan agar para pasien hipertensi untuk menghindari hidangan yang mengandung kecap atau MSG.

“Minta pilihan menu rendah garam. Cobalah juga buah kering atau buah segar atau biskuit alih-alih makanan ringan asin seperti pretzel dan keripik kentang. Kalau tekanan darah normal tentu tidak menjadi masalah untuk konsumsi kecap dan sejenisnya,” kata Nurpudji dalam konferensi pers bertajuk Penggunaan Bumbu Penyedap Rasa Tidak Membahayakan Kesehatan Jika Digunakan dengan Bijak di Jakarta, Rabu 5 Februari 2020.

Menurut Nurpudji, masyarakat kita kalau membeli sesuatu jarang yang baca label kandungan produk tersebut. Dengan membaca label, berapa jumlah kandungan baik MSG, lemak dan kolesterol bisa diketahui, atau kalau misalnya masak di rumah bisa mengurangi penggunaan MSG diganti dengan bumbu atau rempah-rempah.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat. Peningkatan ini terjadi karena jantung bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah.

Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole). Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100–140 milimeter raksa dan diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 140/90 milimeter raksa atau lebih.

www.tempo.co