SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Dubes RI untuk Perancis, tengah menjajaki kerjasama untuk mengembangkan pariwisata Borobudur dan ekspor kopi.
Hal ini terungkap, saat Gubernur Jateng Ganjar Pranowo bertemu Duta Besar RI untuk Perancis Arrmanatha Christiawan Nasir, Minggu (9/2/2020).
Pada pertemuan yang berlangsung di Puri Gedeh itu, Ganjar dan Arrmanatha berbicara banyak hal, mulai dari pariwisata, industri kreatif hingga rencana pembuatan Warkop (Warung Kopi) di Perancis.
Namun, ada satu hal yang mengerucut, tentang bagaimana pengembangan wisata Candi Borobudur yang kondang di antara warga negara fesyen tersebut.
Ia menyebut, penjajakan kerja sama dengan Perancis meliputi juga tukar pola manajemen.
“Saya mau kembangkan potensi lokal yang ada, bicara tentang kopi, bicara tentang rempah-rempah dan bicara tentang pembuatan warung di sana. Bicara tentang sesuatu yang konkret. Kalau selama ini mereka advance (mahir) soal fesyen, maka kita ingin bicara soal kurasinya, soal manajemennya. Saya kira mereka cukup advance,” tuturnya.
Menurut Ganjar, potensi turis asal Perancis sangat lah besar. Sebab, durasi kunjungan mereka ke Candi Borobudur terhitung lama.
Jika bisa memaksimalkan potensi itu, ia yakin akan memengaruhi perekonomian masyarakat di sekitar Borobudur dan Magelang pada umumnya.
“Lenght of stay (durasi tinggal) mereka (wisman Perancis) cukup lama lho, bisa seminggu sampai dua minggu. Eksplorasi (di sekitar) Borobudur perlu diperbanyak, mulai dari event, merchandise (suvenir), sisi sejarah sampai kultur (budaya),” papar Ganjar.
Ditambah, wisatawan asal Perancis yang gemar mencoba hal-hal baru di sekitar tempat pariwisata.
“Tadi ada testimoni yang bagus, katanya wisatawan Perancis suka makan di warung yang ada di depan objek Candi Borobudur. Nah kalau kita bisa temukan warungnya, kita jadikan benchmark (acuan), dan kita jadikan sebagai tiruan untuk warung-warung lain,” ucap mantan anggota DPR RI ini.
Hal itu dibenarkan oleh Duta Besar RI untuk Perancis Arrmanatha Christiawan. Menurutnya, objek wisata Borobudur sudah kondang di antara warga Perancis.
Bahkan, candi bagi Umat Budha itu, adalah kawasan populer kedua setelah Bali.
“Borobudur terkenal sekali (bagi warga Perancis) sebab itu sudah masuk catatan UNESCO (Lembaga PBB yang mengurusi soal budaya). Setelah Bali, Borobudur yang banyak dikenal,” ungkapnya.
Ia juga mengungkapkan, dengan tipikal petualang warga Perancis, Pemprov Jateng seharusnya bisa memanfaatkannya. Hal itu dengan meningkatkan promo maupun fasilitas di Borobudur.
Hal itu menurutnya penting, karena pada bulan Agustus adalah musim liburan bagi warga Perancis. Pada waktu itu, seorang pelancong asal negeri itu, bisa menghabiskan waktu selama hampir sebulan penuh.
“Wisatawan asal Perancis senang bereksplorasi kalau liburan. Tidak hanya tinggal di hotel mewah. Mereka juga senang terhadap budaya lokal, termasuk makan di warteg (warung Tegal), dan warung-warung di sekitar tempat wisata, hal itulah yang coba kita dorong, untuk memanfaatkan potensi wisata Jateng,” sebut Arrmanatha.
Terkait rencana pembuatan warung kopi di Perancis, Arrmanatha mengatakan hal itu memungkinkan. Namun, perlu konsistensi pada kualitas dan kuantitas.
“Tidak hanya untuk kopi asal Jateng, tapi juga asal Indonesia, perlu adanya konsistensi kualitas dan kuantitas,” pungkasnya.
Perlu diketahui, wisatawan asal Perancis menempati urutan pertama di Provinsi Jawa Tengah. Catatan Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jateng, pada tahun 2019 turis asal Perancis berada di peringkat satu dari 691 ribu total kunjungan wisman.
Adapun Candi Borobudur di Magelang mendapat kunjungan sebanyak 240 ribu wisman, disusul Candi Prambanan 171 ribu wisman dan Kota Lama Semarang 61 ribu wisman. JSnews