SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Keberhasilan pengelolaan masjid modern yang diterapkan Takmir Masjid Raya Al Falah Sragen patut diacungi jempol.
Berbagai inovasi untuk menggaet masyarakat agar rajin berjemaah ke masjid dan pengembangan unit usaha di masjid terbesar di Bumi Sukowati itu diam-diam banyak membuat takmir masjid di berbagai daerah di Indonesia mulai kepincut.
Ketertarikan itu terlihat dari kehadiran takmir masjid berbagai daerah dalam beberapa hari terakhir silih berganti menyambangi ke Masjid Raya Al Falah Sragen. Mereka rupanya tertarik mengadopsi program manajemen masjid modern yang sudah diterapkan di Masjid Al Falah.
Kehadiran badan usaha milik masjid (BUMM), program subuh berjemaah dapat motor, salat dhuha, buka puasa dan sarapan gratis, jumat sedekah dan seabreg program lain yang diterapkan di Masjid Al Falah ternyata menjadi magnet yang membuat para takmir masjid berbagai daerah untuk melakukan studi banding.
Direktur Operasional Masjid Raya Al Falah Sragen, Eko Wijiyono tak menampik kedatangan banyak takmir masjid dari berbagai daerah belakangan ini.
“Iya dari kemarin Masjid Raya Al Falah kehadiran banyak tamu dari takmir masjid berbagai daerah. Kemarin dari pimpinan ranting Muhammadiyah Karangmojo Bojonegoro Jatim. Tadi malam sampai jam 11.00 WIB tadi dari takmir Masjid Agung Provinsi Jambi. Besok dari Masjid Agung Kabupaten Magelang dan Masjid Mujahidin,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Sabtu (7/3/2020).
Menurutnya, kedatangan rombongan pengelola dan takmir masjid itu intinya merasa tertarik dengan kegiatan-kegiatan manajemen masjid Al Falah.
Termasuk program terbaru memberdayakan BUMM atau badan usaha milik masjid yang belum lama ini dirintis manajemen Masjid Al Falah.
Selain itu, ada pula masjid Suciati Saliman dan Jogokaryan Jogjakarta yang malah langsung nyetel dan menawatkan kerjasama sinergi dengan Masjid Al Falah.
Di belakangnya, deretan takmir masjid berbagai daerah hingga luar Jawa juga sudah ngantre mengajukan untuk studi banding ke Al Falah Sragen.
Eko yang akrab disapa Gus Kowi itu bahkan mencatat hingga bulan Juni-Juli 2020, ada sekitar 16 masjid di kabupaten dan kota se-Indonesia yang sudah mengkonfirmasi siap untuk studi banding ke Sragen.
“Ada dari Masjid Palopo, Makassar, Lampung, Muara Bungo sampai ke Medan. Mereka sudah menyampaikan jadwal studi banding ke sini,” terangnya.
Gus Kowi menguraikan mayoritas takmir dan pengelola masjid itu mengaku tertarik studi banding ke Masjid Raya Al Falah karena terkesan dengan penyelenggaraan dan manajemen Masjid Al Falah yang dinilai sudah modern.
Penilaian itu baik dari sisi penerapan manajemen, program untuk jemaah, hingga pemberdayaan BUMM.
Menurutnya, hal itu menunjukkan bahwa animo masyarakat utamanya pengelola masjid sangat luar biasa terhadap manajemen yang selama ini diterapkan di Al Falah.
“Hal itu ditandai banyaknya masjid dari luar daerah yang ingin datang untuk studi banding ke sini tentang manajemen BUMM dan pemberdayaan masjid. Artinya program untuk menggiatkan jemaah untuk salat berjamaah dan datang ke masjid selama ini juga dinilai positif oleh masyarakat dan penyelenggara masjid di Indonesia. Sehingga mereka sampai tertarik untuk mengadopsi manajemen serupa,” terangnya.
Lebih lanjut, Gus Kowi menguraikan selama ini pihaknya memang banyak berbenah dengan serangkaian inovasi manajemen pengelolaan di Masjid Al Falah.
Jika di masjid umumnya hanya ada takmir, di Al Falah ada manajemen pelaksana yang membawahi 35 karyawan.
Para karyawan atau abdi dalem itulah yang selama ini bertugas menjaga dan merawat masjid agar terlihat bersih, aman dan nyaman sehingga membuat pengunjung merasa nyaman untuk datang beribadah.
“Dan 35 karyawan itu semua digaji minimal UMK. Mereka lah yang bertugas mengelola, menjaga dan merawat masjid sehingga masjid menjadi lebih nyaman untuk beribadah. asjid lain hanya ada takmir. Ini yang membedakan dengan masjid lain. Dan gaji karyawan itu kita transfer ke rekening BNI syariah mereka masing-masing setiap bulannya,” tuturnya.
Selain merawat masjid, para abdi dalem itu juga diberdayakan memberikan pelayanan kepada jemaah.
Seperti sarapan gratis hingga mengelola BUMM yang membuka usaha menyediakan menu soto, angsle dan wedang ronde bagi jemaah. Hasil dari BUMM itu nantinya diharapkan bisa menopang biaya operasional dan gaji abdi dalem.
“Tujuan akhir dan utama dari semua program itu hanya untuk melayani jemaah. Bagaimana jemaah bisa nyaman dalam beribadah di Masjid Al Falah ini. Para jemaah harus dilayani sebaik-baiknya,” tuturnya.
Gus Kowi menambahkan ada beberapa program unggulan lain yang memang menjadi pembeda. Seperti program barang jemaah yang hilang diganti, ATM beras, puasa senin kamis, masjid dibuka 24 jam, program subuh berjamaah berhadiah motor dan lainnya.
“Khusus untuk BUMM Angsle hingga kini sudah ada 8 masjid yang ingin bekerjasama dan tertarik,” tukasnya.
Sinergi Antar Masjid
Gus Kowi menambahkan sejak penerapan manajemen masjid modern tersebut, animo masyarakat untuk berjemaah ke masjid dan infaq juga mengalami peningkatan signifikan.
“Sekarang jumlah jemaah harian dari subuh sampai isya mencapai 2.000 orang. Lalu infaq jumat yang sebelumnya paling hanya Rp 6 juta, sekarang sudah mencapai Rp 17-20 juta per jumat,” tandasnya.
Ketua Umum Takmir Masjid Dewan Kemakmuran Masjid Suciati Saliman Jogja, Rifqi Agung Triyana Putra, yang kebetulan berada di Masjid Al Falah, menuturkan pihaknya sengaja datang untuk melakukan studi banding dan kerjasama dengan manajemen Masjid Al Falah Sragen.
Dirinya memang rutin ke Masjid Al Falah selain untuk silaturahim juga belajar dari manajemen Masjid Raya Al Falah. Pihaknya juga sudah menjalin komunikasi dan sinergitas dengan Masjid Raya Al Falah dalam rangka memakmurkan Masjid Suciati Saliman dan Jogokaryan di Jogjakarta agar bisa seperti Al Falah Sragen.
“Di sana kami juga sedang membangun BUMM. Kita koordinasikan unit-unit usaha milik masjid kita apa saya yang bisa saling disinergikan dengan Masjid Raya Al Falah. Kita punya produk ayam olahan, chicken nugget yang produk itu bisa dipasarkan dan dijual juga nanti di Masjid Al Falah Sragen. Di Al Falah ada angsle dan wedang ronde yang bisa dijual cabang di Masjid Suciati Saliman. Intinya saling tukar untuk memajukan masing-masing,” tuturnya.
Pihaknya mengapresiasi kreativitas manajemen Masjid Raya Al Falah dengan BUMM dan berbagai program unggulan. Menurutnya dengan manajemen itu, diyakini akan makin memakmurkan masjid dan bisa menutup operasional masjid secara mandiri.
“Intinya kami belajar bagaimana mengelola masjid secara modern dan profesional seperti yang sudah dilakukan di Masjid Al Falah Sragen ini. Tujuan utamanya tentu saja membuat masjid makin ramai, orang datang ke masjid dan nyaman beribadah,” tandasnya. Wardoyo