KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bupati Karanganyar, Juliyatmono meminta masyarakat dan daerah tidak menyikapi berlebihan terkait wabah corona virus. Ia juga meminta warga tak melakukan karatina sampai menutup total akses jalan alias lockdown.
Pernyataan itu disampaikan menyikapi aksi warga di sejumlah kampung di Karanganyar yang mulai memberlakukan pemblokiran akses masuk alias lockdown.
“Inisiatif warga yang melakukan karatina wilayahnya sebenarnya hal yang baik.Tapi jangan berlebihan,” kata Bupati Yuli.
Bupati menguraikan tidak masalah aksi sukarela itu. Namun ia mengingatkan warga jangan sampai menutup diri. Ia juga meyakini para warga pasti tahu persis warganya siapa warganya dan kewajiban lapor jika ada tamu dari luar.
Ia memandang justru yang perlu diperhatikan adalah bagaimana dampak jika sampai akses ditutup.
Menurutnya bagi warga yang memiliki penghasilan normal setiap bulannya mungkin tidak masalah dengan kebijakan lockdown wilayah. Akan tetapi, hal itu akan bermasalah bagi mereka yang tak punya penghasilan bulanan.
Pernyataan Yuli itu dilontarkan menyikapi aksi lockdown di beberapa kampung.
Di antaranya di Tegalarum Kelurahan Cangakan, Kecamatan Karanganyar yang warganya menutup pintu masuk utama di Jalan Wijaya Kusuma ditutup menggunakan bambu.
Sebelumnya di gapura terdapat MMT putih bertuliskan Tegalarum isolasi lokal. Namun sekarang MMT tersebut sudah dilepas dan hanya menyisakan bambu sebagai portal.
Ketua RT 1/13 Tegalarum, Winarno mengatakan, setelah melakukan musyawarah dengan warga, akses masuk utama ditutup sementara hingga April 2020 mendatang. Penutupan akses tersebut dimulai sejak Minggu (30/3/2020) kemarin.
Di wilayah RT 1 terdapat sekitar 50 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari sekitar 200 jiwa. Dijelaskannya, yang ditutup hanya akses utama. Wilayah tersebut memiliki empat akses lain dari sepajang Jalan Lawu Karanganyar.
“Itu dilakukan untuk antisipasi penyebaran virus corona. Warga sekitar masih bisa keluar untuk bekerja atau mencari kebutuhan lewat jalan alternatif,” ujarnya.
Penutupan itu terpaksa dilakukan untuk menghindari adanya warga luar daerah yang melintas di wilayah tersebut.
Pasalnya jalan itu kerap digunakan pengendara sepeda motor sebagai jalan alternatif menghindari traffic light dari timur menuju ke barat di Jalan Lawu Papahan Tasikmadu.
Winarno menambahkan, di wilayahnya ada tiga warga yang menjadi perantau, mereka bekerja di Jakarta dan pelayaran. Apabila ada perantau yang mudik, diwajibkan untuk melapor ke RT dan memeriksa kesehatan ke puskesmas setempat.
“Sampai saat ini perantau belum ada yang pulang. Tamu yang berkunjung masih diperbolehkan. Warga kan sudah tahu siapa yang berkunjung. Kalau dari daerah terjangkit wajib lapor dulu dan memeriksa kesehatan,” pungkasnya. Wardoyo