Seiring pelonggaran lockdown di beberapa negara, para pelaku pasar sempat dibuat khawatir oleh ancaman gelombang kedua wabah Covid-19.
Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab pun telah merespon adanya pemotongan tambahan. Giliran berikutnya, Amerika Serikat yang merespon untuk memangkas produksi.
Lalu berapa besarannya dan peluang saham apa yang bisa di manfaatkan?
Produksi Minyak 2020 dan 2021 Dipangkas
Harga minyak kembali menguat pada Selasa (12/5) sore, setelah pemerintah AS memangkas perkiraan produksinya untuk tahun 2020 dan 2021 akibat pandemi Covid-19.
Administrasi Informasi Energi mengatakan, pihaknya memperkirakan produksi minyak rata-rata 11,7 juta barel per hari hingga akhir tahun, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 11,8 juta barel per hari.
Badan tersebut juga memangkas proyeksi 2021 menjadi 10,9 juta barel per hari, penurunan 130.000 barel.
Merespon hal tersebut, minyak mentah West Texas Intermediate yang sebelumnya sempat tertekan, naik sebanyak 8,7% pada hari Selasa (12/5) sore menjadi $ 26,23 per barel. Benchmark internasional, minyak mentah Brent pun melonjak sebanyak 3,6%, menjadi $ 30,70 per barel.
Harga Minyak Rabu Siang
Harga minyak masih berada di zona hijau hingga Rabu (13/5/2020) siang.
Beberapa negara secara perlahan mulai melakukan pelonggaran lockdown untuk menghidupkan aktivitas ekonomi. Permintaan minyak pun kembali meningkat dari beberapa negara seperti China dan India.
Meskipun demikian, sentimen pemangkasan produksi minyak oleh Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, hanyalah sentimen jangka pendek terutama untuk saham sektor minyak seperti MEDC.
Memanfaatkan sentimen tersebut, hari ini kami merefrensikan pembelian saham MEDC dengan strategi buy on weekness.
Anda dapat mengoleksi saham MEDC dengan range harga beli 470-478 sebanyak maksimal 5% dari modal swing trading.
Jual jika harga turun dari 440 untuk pembatasan risiko, sedangkan perkiraan profit taking ada di kisaran 520-530.
Kami masih melihat masih ada kekhawatiran akan kelebihan pasokan yang dapat mengancam penyimpanan, dan gelombang kedua wabah Covid-19, sehingga membuat harga minyak masih bisa tertekan sepanjang tahun ini. (*)
Ellen May
Pakar Saham