JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Ketua Hukum dan HAM Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah (PPPM), Razikin mengecam peneror pelaksana diskusi yang mencatut nama ormas Muhammadiyah. Menurut Razikin, tentu saja ada motif tertentu dibalik orang tersebut menyebut dirinya dari Muhammadiyah.
Sebelumnya, rencana diskusi mahasiswa UGM dengan tema ‘Meluruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan’, telah menggelinding secara luas setelah para pembicara dan moderator atau pihak penyelenggara diskusi tersebut mendapat teror yang pada akhirnya kegiatan tersebut dibatalkan.
Ketua Hukum dan HAM Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah (PPPM), Razikin mengecam pencatutan nama tersebut. Menurut Razikin, tentu saja ada motif tertentu dibalik orang tersebut menyebut dirinya dari Muhammadiyah.
“Menurut saya ada beberapa kemungkinan orang tersebut menyebut dirinya dari Muhammadiyah. Pertama, orang tersebut adalah orang yang tidak punyak otak, preman jalanan yang diperintah untuk menakut-akuti pihak penyelenggara dengan harapan diskusi tersebut dapat dibatalkan, dan menyebutkan dari Muhammadiyah dapat memberikan efek ketakutan kepada pihak penyelenggara diskusi tersebut, cara ini dapat dipahami, mengingat DIY adalah rumah Muhammadiyah,” kata Razikin dalam siaran persnya Minggu (31/5/2020).
Kemungkinan kedua, lanjut Razikin, peneror bisa juga merupakan orang yang kontra terhadap pemerintah yang ingin memancing kemarahan orang-orang Muhammadiyah, dengan harapan Muhammadiyah dapat bersikap secara tegas dan keras lagi kepada pemerintah.
“Akan tetapi mereka lupa, bahwa cara tersebut sama sekali bukan karakter orang Muhammadiyah pada umumnya. Orang-orang Muhammadiyah sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebebasan mimbar akademik,” ujar Razikin.
Artinya, lanjut Razikin, Muhammadiyah memiliki cara yang lebih terhormat dan beradab ketika harus memberikan dukungan kepada kekuasaan begitu pula ketika harus kontra dengan kekuasaan, Muhammadiyah akan menempuh jalan konstitusional, bukan cara yang barbar.
Kemungkinan ketiga, menurut Razikin, peneror sengaja menarik masuk Muhammadiyah dalam pusaran kegaduhan tersebut agar Muhammadiyah terkesan antiintelektualitas, antikebebasan mimbar atau bisa membangun konflik antara Muhammadiyah dengan UGM.
“Untuk menguji kemungkinan-kemungkinan tersebut, kami akan melakukan langkah-langkah investigatif untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi. Kami menyadari betul sekarang ini Muhammadiyah sedang menghadapi situasi yang memang sangat mudah dimanfaatkan pihak-pihak tertentu, terutama perbedaan cara pandang dengan pemerintah terutama dalam menangani Covid 19,” kata Razikin.
Yang terakhir, Razikin menegaskan, Pemuda Muhammadiyah minta kepolisian untuk segera menangkap pelaku teror. “Kepolisian harus bergerak cepat dan tanggap, kami minta dalam deadline waktu 1X24 pelakunya harus ditangkap. Ini telah merusak Muhammadiyah,” ujar Razikin.