Beranda Nasional Jogja Destinasi Wisata di DIY Sudah Dibuka, Namun Transportasi Masih Sepi

Destinasi Wisata di DIY Sudah Dibuka, Namun Transportasi Masih Sepi

Ilustrasi / tempo.co

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sejumlah destinasi wisata di wilayah Provinsi DIY mulai menerima turis secara terbatas pasca pandemi Covid-19.
Akan tetapi, pembukaan destinasi wisata tersebut belum diikuti dengan menggeliatnya sektor transportasi umum.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho menuturkan, sektor transportasi massal masih lesu terlihat di Terminal Induk Giwangan Yogyakarta memasuki akhir Juni ini.

“Sampai hari ini, pantauan kami dari bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) yang masuk Terminal Giwangan, kalau dirata-rata satu bis penumpangnya hanya sekitar tiga orang,” ujar Agus, Senin (29/6/2020).

Agus pun mencontohkan, misalnya pada Minggu (28/6/2020), ada 254 bus AKAP masuk ke Terminal Giwangan. Tapi jumlah penumpangnya yang turun di Yogyakarta hanya 595. Bus-bus itu berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta.

Sepekan terakhir, kedatangan bus AKAP dari Pulau Jawa juga Sumatera ke Terminal Giwangan berkisar 200-300 bus per harinya. Perkiraan kasar jumlah penumpang bus mentok hanya pada angka 1.000 orang per hari.

Angka kedatangan bus dan jumlah penumpang itu, menjadi ukuran masih lesunya transportasi massal jelang masa new normal.

Baca Juga :  Motor Vs Truk Boks di Sleman,  1 Orang Tewas

“Sebelum pandemi minimal 5.000 penumpang per hari turun di Terminal Giwangan,” ujar Agus.

Anjloknya penumpang ditengarai karena berbagai faktor. Termasuk peningkatan penggunaan kendaraan pribadi.

“Namun bisa juga turunnya penumpang ini karena orang masih takut wabah, belum merasa aman, sehingga memilih tetap di rumah dahulu,” ujar Agus.

Yang jelas, ujar Agus, protokol pencegahan penularan Covid-19 tetap ditegakkan di kawasan terminal terbesar di Yogyakarta itu.

Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menuturkan kawasan Giwangan sebagai lokasi ekonomi terpadat di perbatasan, menjadi pusat mobilitas orang dari dalam dan keluar Yogyakarta.

Pada masa pademi ini pengawasan di kawasan Giwangan kian diperketat. Pasalnya, selain terminal terdapat juga Pasar Giwangan.

“Kawasan Giwangan menjadi perhatian karena ada terminal dan pasar induk, sehingga interaksi orang-orang luar daerah dengan warga Yogyakarta di situ cukup tinggi dan intensif,” ujar Heroe yang juga Wakil Wali Kota Yogyakarta itu.

Menurunnya kunjungan, ujar Heroe, juga masih terjadi di kawasan Malioboro. Malioboro kini memang jalanannya tampak padat, namun tak banyak yang berhenti atau berjalan kaki sembari berbelanja di pedagang kaki lima seperti sebelumnya.

Baca Juga :  Heboh Keributan Antarpelajar di Jogja, Polisi Lakukan Penyelidikan

“Artinya kepadatan lalu lintas belum sebanding dengan pemulihan ekonomi, karena mungkin orang masih takut berhenti,” kata Heroe.

Sehingga, ujar Heroe, yang jadi tugas pertama di masa new normal itu memulihkan dulu kepercayaan publik. Bahwa new normal di Yogyakarta wisatawan bisa berkunjung aman dan nyaman.

www.tempo.co