Beranda Nasional Jogja BPPTKG Yogyakarta: Deformasi Merapi Masih Terus Terjadi, Jarak Tunjam Memendek 2 Sentimeter

BPPTKG Yogyakarta: Deformasi Merapi Masih Terus Terjadi, Jarak Tunjam Memendek 2 Sentimeter

Enkripsi Gunung Merapi, Sabtu (9/11/2019). Dok. BNPB

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Deformasi atau perubahan bentuk Gunung Merapi masih terjadi hingga kini, sebagai akibat dari terjadinya erupsi terbaru pada 21 Juni 2020 lalu.

Berdasarkan pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta pada periode 10-16 Juli 2020, deformasi Gunung Merapi menunjukkan adanya pemendekan jarak tunjam sekitar dua sentimeter.

“Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM (electronic distance measurement) pada 10-16 Juli 2020 menunjukkan adanya pemendekan jarak tunjam sekitar 2 cm,” ujar Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida saat dihubungi Tribunjogja.com, Senin (20/7/2020).

Adapun deformasi Gunung Merapi yang terhitung sejak 22 Juni 2020 tersebut memiliki laju lebih kurang 0,5 cm/hari.

Sebelumnya, total deformasi yang terhitung sejak 22 Juni 2020 hingga 9 Juli 2020 ialah sebesar 7 cm yang terukur di sektor barat laut.

Deformasi ini, menurut Hanik, masih terbilang kecil dibandingkan deformasi sebelum erupsi 2010.

Oleh karena itu, potensi ancaman bahaya masih sama, yakni berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan lontaran material akibat erupsi eksplosif.

“Rekomendasi jarak bahaya juga masih sama, yaitu dalam radius 3 km dari puncak Gunung Merapi,” imbuhnya.

Baca Juga :  Sejumlah Ruas Jalan di Gunungkidul Belakangan Ini Diinvasi Ribuan Ulat Bergelantungan

Hanik menerangkan, deformasi yang terjadi di tubuh gunung merupakan salah satu tanda ada magma yang naik ke permukaan.

Namun, menurutnya masyarakat tidak perlu panik karena kenaikan atau keluarnya magma ke permukaan merupakan hal yang biasa terjadi di gunung api aktif.

Adapun terkait aktivitas kegempaan, pada periode 10-16 Juli 2020, kegempaan Gunung Merapi tercatat 11 kali gempa hembusan (DG), 2 kali gempa vulkanik dalam (VTA), 8 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 46 kali gempa fase banyak (MP), 3 kali gempa low frekuensi (LF), 15 kali gempa guguran (RF), dan 20 kali gempa tektonik (TT).

“Intensitas kegempaan pada minggu ini relatif lebih rendah dibandingkan minggu lalu,” imbuh Hanik.

Adapun secara visual, berdasarkan laporan resmi BPPTKG, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari, sedangkan siang hingga sore hari berkabut.

Asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah.

Tinggi asap maksimum 150 m teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Kaliurang pada 16 Juli 2020 pukul 07.10 WIB.

Analisis morfologi area kawah berdasarkan foto dari sektor tenggara tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi kubah.

Baca Juga :  PakNas Gelar Rembuk Konsumen, Soroti Kebijakan Diskriminatif terhadap Konsumen Tembakau

Volume kubah lava berdasarkan pengukuran menggunakan foto udara dengan drone pada 11 Juli 2020 sebesar 200.000 m3.

Volume tersebut relatif tidak berubah dibanding dengan data pengukuran 13 Juni 2020.

Pada periode yang sama, tidak dilaporkan terjadi hujan dan lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental tersebut, BPPTKG menyimpulkan kubah lava saat ini dalam kondisi stabil.

Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi dan ditetapkan dalam tingkat aktivitas waspada.

www.tribunnews.com