SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bagi kebanyakan orang, wabah virus Covid-19 menjadi petaka, lantaran sendi-sendi perekonomian sampai ke tingkat individu terguncang.
Namun, tidak ada kata ‘menyerah’ dalam pikiran Ratna Dewi Pudiastuti. Meskipun merupakan staf di Dinas Pengendalian dan KB Kota Surakarta, namun bukannya cukup menggantungkan hidup pada gaji per bulannya.
Naluri bisnis yang mengalir dalam dirinya, mendorong Ratna selalu berinisiatif untuk menyiasati keadaan. Termasuk saat terjadi wabah Covid-19 yang sudah berlangsung sekitar tiga bulan ini.
Tak menunggu lama-lama, beberapa hari setelah pengumuman Kondisi Luar Biasa (KLB) oleh Walikota Surakarta, di kepalanya sudah mulai muncul gagasan-gagasan baru.
Gagasan itulah yang kemudian diwujudkan dalam sebuah kios kecil di depan rumahnya di Jalan Siwalan, Surakarta. Di kios itu, dia memajang produknya berupa aneka macam face shield.
Meski kiosnya terlihat sepi, namun diam-diam transaksinya cukup riuh, terutama karena menggunakan promosi online.
“Semula ide ini muncul dari kecemasan saya pada adik saya di Jogja. Bagaimana nasib usaha becak hiasnya, karena virus Corona masih mewabah,” ujar Ratna kepada Joglosemarnews, Selasa (21/7/2020).
Tapi, kisah wanita yang juga penulis buku produktif itu, kecemasannya tidak terbukti. Saat berkunjung ke Jogja, adiknya telah beralih usaha menjual face shield dan mempekerjakan 40 orang karyawan.
Ratna Dewi, yang di rumah juga memiliki usaha jasa pengiriman barang Tiki itu, lantas berpikir bisnis. Ia menjadi reseller bagi produk adiknya tersebut.
“Lama-lama repot juga harus bolak balik Solo-Jogja. Saya justru berpikir, kenapa nggak membuat sendiri. Sejak itulah saya bersama anak saya, bekerja sama membuat face shield,” bebernya.
Untuk usaha musiman tersebut, Ratna dibantu oleh beberapa orang karyawan, termasuk anaknya. Face shield produk Ratna yang diberi label Face Shield Solo itu terbukti menjadi berkah bagi dirinya, tapi juga orang-orang di sekitarnya.
Ratna mengajak para karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) lantaran terimbas virus Covid-19, untuk membantunya membuat face shield di rumahnya.
Usaha face shield Ratna terbuka bagi banyak orang untuk menjadi reseller. Misalnya, ia cukup terbantu oleh para mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang ikut menjadi reseller.
Banyak juga rekan-rekannya di gereja, ibu-ibu rumah tangga di sekitar rumahnya maupun ibu-ibu PKK juga menjadi reseller yang cukup membantu pemasaran produk face shield Ratna.
Disamping promosi secara offline lewat teman-teman dan rekan-rekan kerja di kalangan Pemkot Surakarta, Ratna juga melakukan promosi secara online, baik lewat twitter, instagram, shopie, bukalapak, facebook maupun WhatsApp.
“Promosi online termasuk desain, anak saya yang mengerjakan,” ujarnya.
Produk face shield yang dibikin Ratna cukup bervariasi, baik ukuran maupun desainnya. Dari sisi desain juga cukup menarik, karena mengikuti isu-isu terkini.
Misalnya, face shield yang bertuliskan ‘Sobat Ambyar’, ‘Do Manuto’ (imbauan dari Walikota Surakarta yang sempat ngetren selama Covid-19), face shield karakter bertuliskan ‘Superman’, ‘barbye’ dan masih banyak lagi.
Ada pula face shield yang terkemas dengan kaca mata. Sementara khusus untuk petugas Covid-19, Ratna juga menyediakan face shield standar WHO.
Lantaran melaui online, jangkauan pemasaran face shield Ratna sudah tersebar luas, bukan hanya di Kota Solo maupun wilayah Surakarta saja. Namun juga sampai ke luar Jawa, seperti ke Kalimantan.
Harga untuk masing-masing jenis face shield berbeda-beda, tergantung pada bahan maupun desainnya. Misalnya, face shield untuk anak-anak, polosan seharga Rp 9.000.
“Kalau memakai tulisan nama si anak, maka nambah Rp 2.000. Tapi jika pembelian lebih dari lima buah, harganya lebih murah,” ujarnya, tanpa menyebut angka.
Sementara face shield dewasa polos seharga Rp 10.000, dan jika menggunakan nama, harganya menjadi Rp 12.000. Harga tersebut hanya berlaku untuk face shield berbahan mika.
Jika face shield menggunakan bahan acrilic, jatuhnya lebih mahal, yakni Rp 30.000 per bijinya. Selain karena kulakan barang jadi, bahan acrilic lebih keras, tebal dan tahan lama.
“Khusus untuk face shield model kaca mata harganya Rp 20.000 dan face shield khusus untuk petugas Covid-19 seharga Rp 19.000 per bijinya,” ujarnya.
Meski merupakan ladang bisnis, Ratna tidak semata-mata berorientasi pada keuntungan. Ada unsur sosial yang diusungnya dalam bisnis pembuatan face shield tersebut.
“Misalnya, kadang saya undang tukang becak atau tukang pakir di depan itu, lalu saya kasih gratis. Mereka seneng banget,” ujarnya. suhamdani