SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Penahanan Dirut CV Mitra Sukses Bersama (MSB) yang bergerak di bisnis investasi semut rangrang asal Sragen, Sugiyono (45), oleh Polda Jawa Tengah Senin (3/8/2020) lalu menghadirkan duka bagi ribuan mitra.
Sebagian besar mitra usaha yang berdomisili di berbagai wilayah kini dilanda keresahan akan nasib uang puluhan hingga ratusan juta yang sudah mereka investasikan.
Pasca penangkapan, kondisi kantor dan gudang milik CV MSB di Desa Taraman, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, tampak lengang.
Salah satu gudang yang berada di Dukuh Kroyo sudah diberi pembatas garis polisi. Sementara kondisi di dalam gudang tampak melompong.
CV MSB sendiri diketahui masih menunggak uang miliaran rupiah milik ribuan mitra yang belum terbayar, sejak menutup usahanya awal Juni 2019.
Sebelum macet dan ditahan Polda, Sugiyono sempat merilis sudah bekerjasama dengan sekitar 6.000 mitra yang tersebar di berbagai wilayah di Sragen dan sekitarnya dengan perputaran uang perbulan mencapai Rp 2- 7 trilyun.
Penutupan ini tentu saja meresahkan para mitra yang telah menginvestasikan uangnya ke CV MSB.
Saat CV MSB menyatakan tutup, para mitra sempat dijanjikan uangnya akan dikembalikan dengan cara diangsur.
“Nyatanya sampai sekarang belum pernah terealisasi. Malah Pak Giyono ditahan polisi. Lalu bagaimana nasib kami?” tanya Marno, salah satu warga yang tinggal tak jauh dari kantor CV MSB, kepada JOGLOSEMARNEWS.COM kemarin.
Marno mengaku tertarik berbisnis semut rangrang CV MSB karena tergiur iming-iming pendapatan besar. Setiap satu toples semut yang dihargai Rp 1,5 juta, akan dibeli lagi oleh CV MSB seharga Rp 2,2 juta setelah lima bulan.
“Jadi panennya setiap lima bulan. Sekali panen kita laba Rp 700 ribu. Pertama kali saya beli sekitar 30-an paket semut rangrang seharga Rp 50 juta,” urai Marno.
Awalnya bisnis ini berjalan sesuai yang dijanjikan. Sejak bergabung medio 2018 lalu, Marno mengaku sudah merasakan empat kali masa panen, sebelum akhirnya CV MSB dinyatakan tutup.
“Tapi sekalipun belum pernah merasakan hasilnya. Karena seluruh uang plus laba saya masukkan lagi untuk beli paket semut yang baru, harapannya agar dananya semakin berkembang,” tuturnya.
Saking getolnya, Marno bahkan rela menjaminkan sertifikat tanahnya demi mendapatkan dana segar untuk investasi. Tak hanya itu, uang tabungan anaknya pun ikut dijadikan modal investasi.
“Total uang saya di MSB sebesar Rp 495 juta. Sejak ditutup sampai sekarang tidak ada kejelasan. Padahal setiap bulan saya harus mikir angsuran di bank,” keluh pria yang kesehariannya bekerja serabutan ini.
Marno meyakini banyak mitra yang mengalami nasib seperti dia. Pasalnya di Desa Taraman saja, banyak warga yang turut bergabung menjadi mitra CV MSB.
“Harapan saya ya uangnya dikembalikan. Cukup dikembalikan modal pokoknya saja saya sudah bersyukur,” pungkasnya.
Senada, Hardiman (60) warga Dukuh Taraman RT 12, Taraman, Sidoharjo juga diambang kegalauan. Sebab dirinya juga ikut berinvestasi Rp 100 juta dan baru sekali meneguk hasil pada Februari 2020 lalu sebesar Rp 5,5 juta.
“Saya ikut Rp 100 juta tapi jadi dua sertifikat, Rp 50 juta Rp 50 juta. Saya ikutnya lewat sales, itu juga adiknya Pak Giyono. Dulu punya uang sedikit saya ikutkan karena warga sini banyak yang ikut dan katanya menjanjikan,” paparnya.
Hardiman mengaku bergabung di akhir 2018. Panen pertama pun dia sudah harus molor dari waktu. Jatah panen yang harusnya dibayarkan Februari baru bisa diterima akhir Juli. Setelah itu, hingga kini, pembayaran panen sudah lewat jatuh tempo dan belum juga dibayarkan.
“Gek itu uang utangan bank semua. Sebenarnya sudah jatuh tempo pembayaran panen kedua, tapi hanya semoyo (dijanjikan) terus. Apalagi ini Giyononya sudah ditahan Polda. Harapan makin tipis Mas. Bingung, susah, sedih. Kalau harapan saya, nak bisa ya kembali pokoknya saja, biar nggak terlalu berat,” tukasnya.
Senada, Wagiman (54) salah satu mitra asal Kroyo yang juga tetangga Sugiyono mengaku sudah mengeluarkan uang Rp 60 juta untuk membeli 40 paket ternak rangrang pada April 2019 lalu.
Ia tertarik karena tergoda iming-iming untung besar dari para mitra yang bergabung lebih dulu. Namun, baru dua bulan ia menyetor modal Rp 60 juta, usaha ternak rangrang itu malah kolaps pada Juni 2019.
“Sedianya jadwal panen saya itu bulan 10 Oktober, tapi baru dua bulan jalan gudangnya sudah tutup. Sampai sekarang, saya belum mendapatkan uang saya kembali sepeser pun,” terang Wagiman.
Wagiman mengaku sudah sering meminta uangnya tersebut kepada Suwono. Akan tetapi, ia hanya diberi janji pelunasan uang yang tak kunjung direalisasikan.
Hingga Suwono meninggal dunia, Wagiman belum menerima uangnya kembali.
“Sekarang Pak Sugiyono malah terjerat hukum. Kami belum dapat kabar kapan uang saya kembali,” keluhnya.
Wagiman menjelaskan dari sekitar 170 KK di Dukuh Kroyo, sekitar 60% atau sekitar 100 orang di antaranya bergabung jadi mitra MSB sejak 2014.
Dari ratusan warga itu, ada dua orang yang menyetor inves paling besar yakni Rp 825 juta dan Rp 850 juta.
“Jika ditotal, uang dari mitra dari dukuh ini itu terkumpul Rp 10 miliar. Itu belum dari mitra di luar desa dan luar kota,” ujar Wagiman. Wardoyo