SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dampak pandemi corona virus atau covid-19 diakui telah memukul kalangan pelaku UMKM, tak terkecuali perajin batik. Menyikapi kondisi itu, Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka, Kementerian Perindustrian terus berupaya menjaga eksistensi para pelaku usaha IKM agar tetap bertahan di masa pandemi.
Salah satunya melalui kegiatan Bimbingan Teknis IKM Batik yang digelar bersama dengan Yayasan Batik Indonesia (YBI) yang digelar di Aula Batik Brotoseno, Dukuh Kuyang, Desa Kliwonan, Masaran.
Bimtek yang diikuti 35 perwakilan IKM batik di Masaran itu resmi dibuka, Rabu (16/9/2020) dan akan digelar selama empat hari ke depan. Pembukaan dilakukan oleh Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Sragen, Tedi Rosanto serta Direktur IKM Kimia, Sandang, Kerajinan dan Industri Aneka, E. Ratna Utarianingrum yang membuka melalui virtual.
Dalam sambutannya, Ratna menyampaikan kegiatan Bimtek itu dilaksanakan sebagai upaya untuk menjaga eksistensi para pelaku IKM Batik di Kabupaten Sragen agar mampu bertahan di masa pandemi Covid-19.
Bekerjasama dengan YBI, Bimtek itu diharapkan bisa membangkitkan para pelaku UMKM batik di Sragen yang mengalami keterpurukan dampak pandemi.
“Setelah bimtek ini diharapkan dapat mengembangkan cakupan pasar online dari sentra industri Batik Kabupaten Sragen. Yakni melalui media marketplace, juga social media, sehingga roda ekonomi IKM Batik Kabupaten Sragen pun dapat mengembangkan pasarnya saat new normal nanti,” paparnya saat pembukaan melalui daring virtual zoom Kamis (16/9/20).
Ratna menguraikan Bimtek itu merupakan bukti kehadiran pemerintah dan YBI untuk mengangkat kembali industri batik agar bisa menjadi hebat lagi.
Menurutnya, pemerintah memang berkomitmen untuk memberi sarana prasarana kepada pelaku IKM khususnya perajin batik. Sebab jika tidak dikelola dengan baik, batik sebagai warisan leluhur dan diakui dunia itu bisa hilang.
“Dunia saja peduli, masa kita tidak. Apalagi Sragen itu dari dulu produsen batik. Batik Laweyan, Solo itu diproduksi di Sragen. Artinya apa secara kultur Sragen sudah punya hak turun temurun by culture. Ini yang perlu dikembangkan dengan by design. Sehingga manajamen produksi, keuangan, pemasarannya bisa berdaya saing,” terangnya.
Industri batik sendiri merupakan sektor industri yang tergabung dalam sektor industri tekstil dan produk tekstil. Ratna menyampaikan dari data Profil Usaha Mikro dan Kecil BPS tahun 2018, terdapat 831.269 unit usaha mikro dan kecil yang tergabung pada KBLI industri pakaian jadi dan industri tekstil.
Kinerja ekspor batik dan produk batik pada periode bulan Januari hingga Juni tahun 2020 telah mencapai angka 13,48 juta US Dollar.
Ratna menambahkan Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka selaku pembina IKM telah melaksanakan berbagai kegiatan pembinaan dan pendampingan secara daring. Tujuannya untuk memberikan teknik dan strategi bagi para IKM untuk dapat bertahan dan mengembangkan bisnisnya di masa seperti sekarang.
“Informasi kegiatan daring tersebut dapat diakses melalui akun instagram @ditjenikma, @ditikmkskia, juga akun lainnya yang terafiliasi dengan pihak kami,” imbuhnya.
Sementara, mengingat situasi pandemi, Bimtek tetap digelar dengan protokol kesehatan ketat. Para peserta melakukan rapid test sebelum bimbingan teknis berlangsung, dicek suhu, memakai masker serta tempat duduk diberi jarak.
Dalam kesempatan itu, juga disampaikan bantuan kepada para pelaku IKM batik. Di antaranya 9 jenis alat produksi, kompor batik, selang, regulator, wajan, canting, Bleber, tabung, gawangan, ember dan timbangan.
Dorong Desa Wisata Batik
Kadinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sragen, Tedi Rosanto menyambut baik adanya Bimtek dan bantuan dari kementerian untuk para perajin IKM batik di Masaran tersebut.
Ia berharap ke depan ada dukungan yang lebih dan sinergitas antara kementerian, provinsi dan kabupaten untuk mengembangkan potensi batik Sragen utamanya di Desa Kliwonan dan Pilang yang sudah dicanangkan jadi Desa Wisata Batik.
“Kami berterimakasih dukungan pemerintah pusat, bukan hanya menambah kapasitas produksi saja, akan tetapi memberikan bimbingan teknis dalam pengembangan Sentra IKM Batik di Masaran yang telah dikenal menghasilkan IKM Batik hampir 7 generasi ini. Mudah-mudahan dengan bantuan peralatan bisa menciptakan generasi-generasi pembatik agar potensi Desa Wisata Batik ini bisa terwujud,” tandasnya.
Pemilik Batik Brotoseno sekaligus salah satu pionir batik ternama di Kliwonan, Masaran, Eko Suprihono menyambut positif adanya bimtek dan bantuan peralatan dari kementerian untuk perajin batik tersebut.
Menurutnya hal itu diharapkan bisa membangkitkan motivasi UMKM batik yang selama beberapa bulan mengalami keterpurukan akibat pandemi covid-19. Sebab diakuinya masa pandemi telah memberi pukulan berat bagi perajin batik dengan menurunnya omzet hampir 80 persen dari sebelum pandemi.
Menurutnya, permintaan batik sudah turun sejak pandemi awal Februari lalu. Puncaknya bulan Juni-Juli di mana omzet anjlok drastis lantaran orderan sepi sekali.
“Tapi ini perlahan sudah mulai merangkak dengan menjual online. Harapan kami dari bintek ini kan ada bimbingan onlinenya juga sehingga bisa membantu perajin untuk memasarkan produk via online. Karena saat ini pelanggan besar batik di kota-kota besar seperti Jakarta, Bali, banyak yang ditutup karena PSBB dan sebagainya. Bimbingan pemasaran online ini diharapkan para perajin dan pelaku industri batik bisa bergairah dan bangkit lagi,” terangnya.
Adanya bimtek juga dipandang positif untuk memberikan wawasan dan melatih perajin pemula atau junior. Sehingga ke depan mereka bisa semakin berkembang baik dari sisi produksi, manajemen maupun pemasarannya. Wardoyo