JOGLOSEMARNEWS.COM – Pernyataan juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito soal tidak ada orang yang kebal dari virus corona, menuai kritik dari seorang relawan, Tirta Mandira Hudhi, atau yang lebih dikenal dengan panggilan dr Tirta. Ia menilai pernyataan Wiku tidak tepat dan seolah menyalahkan rakyat.
Wiku, dalam kesempatan konferensi pers secara daring melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, pada Selasa (29/9/2020), menyebutkan bahwa tidak ada orang yang kebal terhadap Covid-19, meskipun orang itu rajin berolahraga dan lebih banyak berdiam diri di rumah.
“Kita menyayangkan adanya persepsi masyarakat yang menyatakan kebal terhadap Covid-19. Perlu kami tekankan sekali lagi, tidak ada orang yang kebal terhadap Covid-19 dan Covid-19 atau virus ini tidak mengenal tua atau muda, kaya atau miskin, siapa pun bisa tertular,” kata Wiku.
“Jangan sekali-sekali kita berpikir bahwa karena rajin olahraga atau berdiam diri di rumah kita bisa kebal karena tertular itu bisa mudah terjadi dari siapa pun yang kita temui,” lanjutnya.
Menanggapi pernyataan juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 itu, dr Tirta mengkritik pemilihan kata yang disampaikan Wiku. Menurut Tirta, meskipun rajin berolahraga dan berdiam diri di rumah tidak membuat kebal terhadap Covid-19, namun setidaknya dapat mengurangi risiko tertular virus corona.
“Saran saya ada baiknya gaya komunikasinya prof diubah, jangan biasakan salahin rakyat prof.”
“Harusnya Prof Wiku bilang gini ‘OLAHRAGA DI RUMAH MEMANG TIDAK MEMBUAT KEBAL, TAPI MEMINIMALISIR DAN MENCEGAH TERTULAR COVID’,” tulis Tirta dalam postingan di Instagram miliknya, @dr.tirta, Rabu (30/9/2020).
Tirta juga menyebut pernyataan Satgas seperti membantah imbauan yang disampaikan pemerintah, termasuk Presiden Joko Widodo agar masyarakat tetap di rumah saja dan hanya keluar jika ada keperluan mendesak.
“Yang meminta kita di rumah sejak Maret, olahraga sejak Maret itu Pakde @jokowi . Masa Prof Wiku terkesan membantah narasi ini sendiri. Ini Satgas itu relawan sejak Maret turun lapangan edukasinya olahraga, makan cukup, WFH, 3M. Trus prof statement gini. Yang ada kami di lapangan di-ceng2-in rakyat prof,” lanjutnya.
Di akhir postingannya di Instagram, dr Tirta juga menyematkan foto salah satu berita dari Joglosemarnews yang menginformasikan terkait izin menggelar hajatan di wilayah Kabupaten Sragen. (Berita lengkapnya klik di sini).
“Ini prof, geser slide ke-4, hajatan campursari boleh. Jadi sekalian aje? Kita boleh dangdutan/ konser apa ga?,” tukas dr Tirta.
Pada postingan berikutnya, dr Tirta kembali mengunggah sejumlah berita di media online dari dalam dan luar negeri, yang membahas manfaat berolahraga selama masa pandemi Covid-19 dapat meningkatkan imunitas tubuh dan mencegah tertular penyakit.
“Saya itu kalo statement pasti ada jurnal/ info lah. Minimal media pers. Berikut ya, baik masker, 3M, olahraga, vaksin dkk, itu memang TIDAK 100% MEMBUAT KEBAL, tapi MENCEGAH. Tapi tentu harus diimbangi nutrisi cukup dan olahraga cukup.”
“Baca jurnal. Masker penting. Begitujuga makan dan olahraga. Jangan dipisah-pisah cuy,” tulis dr Tirta.
“Di April 2020, banyak media, bahkan CDC sendiri juga mengatakan olahraga ringan dan teratur bisa membantu mencegah covid. Sama halnya naek motor, pake helm akan percuma kalo kamu melanggar lampu lalu lintas.”
Nah, setelah 7 bulan. Rakyat mulai kesulitan makan. Wajar kan? Rakyat berteriak? Harusnya teriakan rakyat kamu data, buat tindakan, apa solusi berikutnya. Jangan kalah ama relawan lapangan.”
“Rakyatnya nyalahin nakes. Padahal nakes mah cuma bertindak sesuai SOP, ga urus kebijakan. Harusnya dievaluasi kok bisa jadi ada perbedaan opini?” lanjutnya.