SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Berbicara soal literasi, minat baca di Indonesia bisa dikatakan sangat rendah dibandingkan dengan negara lain.
Indonesia menempati peringkat 60, hanya satu tingkat di atas Botswana, salah satu negara di Afrika yang berada di peringkat 61.
Menurut UNESCO, pada tahun 2016 minat baca masyarakat Indonesia sangat memperihatinkan, yakni hanya 0,001 persen. Artinya, dari 1.000 orang di Indonesia hanya ada satu orang yang rajin membaca.
Melihat fakta itulah, muncul ide dari seorang dosen bernama Nikmah. Tergerak untuk meningkatkan literasi di kalanan anak-anak, ia pun mendirikan sebuah sanggar rumah baca yang diberi nama Sampun Maos.
Ide tersebut mengerucut di kepala Nikmah, tatkala ia melihat fakta UNESCO di atas serta menengok kenyataan di sekitarnya.
Di lingkungan rumahnya, ia menyaktikan banyak anak-anak yang kecanduan gadget ketimbang membaca buku.
Dari situlah, ia bertekad hendak mendirikan rumah baca demi meningkatkan minat baca anak-anak.
“Apalagi, saya punya banyak buku cerita anak. Bekas anak-anak saya,” ujar Nikmah kepada tim Joglosemarnews.
Berbekal sebuah tekat, ia resmi mendirikan rumah baca yang dia namai Rumah Baca Sampun Maos (RBSM). Ia menetapkan sehari sebelum kemerdekaan, yakni 16 Agustus 2016 sebagai moment berdirinya RBSM.
RBSM berlokasi di daerah Jabungan, Banyumanik, Kota Semarang, di sebuah rumah kecil, milik Bu Nikmah.
“Saya ingin mengenalkan literasi pada anak-anak sekitar rumah baca,” bebernya.
Tidak hanya membaca saja, anak-anak di RBSM juga diajari kesenian berupa angklung, seni peran, hingga senian rebana.
Sementara untuk mengasah iman, kepada anak-anak juga diajarkan tentang baca tulis Al-qur’an. Di awal pendiriannya, setidaknya ada 25 anak didik yang ikut bergabung di RBSM. Mereka terdiri dari anak-anak TK, SD dan SMP.
Kegiatan rutin yang diadakan rumah baca ini mulai hari Rabu, Jumat dan Sabtu. Pada hari Rabu, anak-anak diajarkan bimbingan belajar (Bimbel) seperti Matematika, IPA dan lain-lain.
Kemudian untuk hari Jumat, anak-anak diajarkan baca tulis Al-qur’an dan di hari Sabtu, anak-anak diajarkan tentang kesenian bermusik.
Eksistensi RBSM sampai sekarang tidak lepas dari peran donasi dari berbagai pihak, termasuk di dalamnya mendapat sumbangan dari rekan-rekan sejawat Nikmah.
Memang, sekitar 90 persen dana RBSM murni dari Nikmah sendiri, dan 10 persennya merupakan donasi dari luar. Sekalipun mayoritas ditopang dana pribadi, ujar Nikmah, rumah baca tersebut masih bisa eksis dan berkegiatan.
“Malah beberapa macam karya telah lahir dari rumah baca ini,” ujarnya.
Beberapa karya yang ditelorkan antara lain film pendek, album lagu salawat dan beberapa karya lainnya. Semua karya tersebut telah diunggah ke channel Youtube pribadi RBSM.
Selain itu juga RBSM memiliki berbagai jenis buku yang cukup memadai, mulai dari jenis buku 2D, 3D, bahkan 4D ada di sini. Tak lain tujuannya untuk memikat anak-anak sekitar lingkungan agar mau belajar bersama dan lebih mengenal literasi dengan cara yang menyenangkan.
Nikmah mengakui, kondisi anak-anak cukup dinamis. Terkadang bagus, namun ada kalanya turun dan absen dari kegiatan. Hal itu disebabkan oleh banyak hal.
“Ini bisa karena kurang motivasi belajar sampai kendala perizinan dari orang tua,” ujar Nikmah.
Namun semua kesulitan tersebut dihadapi Nikmah dengan penuh kesabaran dan rasa syukur. “Prinsipnya cuma satu, ingin bermanfaat bagi masyarakat sekitar,” pungkasnya. najmi yafi – lukman