Slamet dan Diah, Sulap Limbah Eceng Gondok Jadi Rezeki

    najmi yafi / joglosemarnews

    SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak selamanya menjadi petaka bagi semua orang. Bagi yang tanggap dan bisa membaca peluang, seseorang akan mampu bangkit dari keterpurukan, dan mengubah nasib menjadi lebih baik.

    Itulah yang dilakukan oleh Diah dan Slamet, pasangan suami istri, yang akhirnya sukses menekuni kerajinan eceng gondok di Desa Kebondowo, Ambarawa, Kabupaten Semarang.

    Sejak di-PHK dari perusahaan tempatnya bekerja, beberapa waktu kemudian muncul sebuah inisiatif untuk memanfaatkan melimpahnya tumbuhan eceng gondok yang ada di rawa-rawa daerah Ambarawa.

    Setelah itu, Diah diminta oleh mertuanya untuk tinggal di desa, karena kebetulan di Jakarta dia dan suaminya ternyata masih ngontrak.

    Alhasil mereka mengambil keputusan untuk pindah ke desa. Pada saat Diah dan suaminya sudah tinggal di desa, mereka tetap kesulitan untuk mencari pekerjaan.

    Akhirnya mereka mendengar bahwa eceng gondok itu bisa dimanfaatkan, dan dari sinilah mereka mulai mengembangkan ide untuk membuat kerajinan dari eceng gondok.

    Merintis usaha sejak 2004, perjalanan Diah dan suami tidak mudah.

    “Dulu kita membuat kerajinan eceng gondok ini, sampai mas Slamet (suaminya) jarang tidur, karena cuma satu orang belum ada karyawan, untuk membuat banyak produk, setelah jadi banyak baru bisa dijual,” ujar Diah kepada Joglosemarnews.

    Keadaan mulai berubah sejak Dinas Pendidikan mendatangi Diah dan Slamet. Mereka mulai diwawancara dan diikutkan pelatihan selama dua minggu.

    Tanpa disangka, pelatihan tersebut dilombakan dan mereka pun memenangkan perlombaan tersebut. Setelah itu, mereka ditunjuk mewakili Jawa Tengah untuk pergi ke Gorontalo.

    Dari berbagai perlombaan itulah omzet penjualan handycraft milik Diah bisa mencapai 20 juta per bulan.

    Produk-produknya pun terkesan baru dan unik, mulai dari replika miniature tank yang dihargai 3,5 juta, tempat tisu, sandal jepit, kanvas bunga, gantungan kunci dan produk-produk lainnya.

    Selain membuka galeri di rumahnya, Diah serta suami juga melebarkan sayap dengan membuka toko di kawasan kampung rawa. Lukman – najmi yafi