SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Aksi ekstrim menentang upaya petugas medis dalam menangani kasus covid-19 kembali terjadi di Sragen.
Sejumlah warga di Desa Celep, Kecamatan dikabarkan nekat melawan dan menolak untuk dilakukan swab test meskipun terlacak kontak erat dengan pasien positif covid-19.
Tak hanya menolak, mereka bahkan nekat mengancam hendak membakar mobil ambulans Puskesmas yang datang untuk menjemput warga.
Insiden itu terjadi Kamis (15/10/2020) pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Data yang dihimpun JOGLOSEMARNEWS.COM , aksi penolakan dan ancaman itu dilakukan oleh sejumlah warga kontak erat di Dukuh Marditani.
Kejadian bermula ketika ada warga setempat posutif covid-19 di wilayah itu beberapa hari kemarin. Sebagai tindaklanjut, tim melakukan tracing kontak erat.
Hasilnya ada empat warga yang terlacak kontak erat dan dijadwalkan melakukan swab test hari ini, Kamis (15/10/2020) pagi. Menurut salah satu petugas kesehatan Puskesmas Kedawung, S, kasus positif yang terakhir kemarin memang bukan warga setempat akan tetapi warga Laweyan.
Namun hasil trackingnya, pasien positif Laweyan itu sempat berkunjung ke saudaranya di Dukuh Marditani Celep.
“Hasil tracking oleh tim dari Satgas Covid-19 Desa 3 orang dan Puskesmas 1 orang. Kita dapatkan 4 orang yang kontak erat dan harus swab. Setelah kita beri edukasi mereka bisa terima dan mau dilakukan swab pagi ini. Tapi tadi pagi begitu kami datang ke rumah, mereka nggak siap-siap. Kita sudah sabar nunggu hampir 15 menit mereka nggak keluar-keluar dan malah berbalik menolak,” paparnya didampingi beberapa petugas di Puskesmas Kedawung 2, saat ditemui JOGLOSEMARNEWS.COM usai kejadian, Kamis (15/10/2020).
Tak cukup hanya menolak, saat ambulans datang, petugas yang menjemput malah didatangi oleh beberapa warga. Bahkan salah satunya adalah anak nakes di Puskesmas Kedawung 2 yang berdomisili di Marditani.
Mereka datang lalu mengeluarkan sumpah serapah dan memaki-maki petugas dengan kalimat tidak sopan. Setelah itu mereka berteriak meminta ambulans untuk mundur dan kalau masih nekat untuk njemput warga diswab maka akan dibakar mobil ambulansnya.
Bersamaan dengan itu, beberapa warga di sekitar ikut-ikutan keluar. Bukannya mendukung petugas, mereka juga malah ikut menghardik dan meneriaki petugas agar mundur jika tidak ingin dibakar.
Merasa terancam dan mendapat penolakan, dua petugas medis akhirnya memilih mundur dan mengajak sopir ambulans balik kanan.
“Ada yang teriak ngasok-ngasokne petugas. Siapa yang nggak miris, akhirnya petugasnya dan ambulans pilih mundur,” ujar petugas kesehatan lainnya yang mengetahui kejadian.
Situasi sempat memanas, bahkan Camat setempat sempat terjun ke lokasi. Namun karena warga sudah terlanjur kalap dan petugas ketakutan, akhirnya rencana mengantar warga untuk swab di technopark Sragen pun urung dilakukan.
Saat dikonfirmasi, Kepala Puskesmas Kedawung 2, Eko Windu Nugroho tidak menampik batalnya upaya mengantar warga kontak erat untuk swab tadi pagi.
Ia juga tak menampik jika petugas dan sopir ambulans terpaksa balik lagi karena ditolak dan mendapat perlakuan tak mengenakkan dari warga Marditani. Ia mengaku sangat prihatin dan menyayangkan.
Padahal petugas hanya berusaha menjalankan penanganan sesuai standar operasional prosedur (SOP) penanganan covid-19.
Menurutnya secara prosedur, setiap ada kasus positif covid-19 memang harus dilakukan tracing dan semua warga yang kontak erat harus diswab untuk mengetahui apakah positif atau tidak. Hal itu semata-mata dilakukan untuk mencegah agar virus tidak menyebar.
“Ini tadi sudah yang kedua kali. Yang pertama seminggu yang lalu. Ada 9 orang yang kontak erat dan harusnya swab juga menolak ketika dijemput hendak diantar swab. Sama, ancamannya ambulans mau dibakar. Padahal petugas sudah sangat persuasif, melakukan pendekatan ekstra sabar. Kami hanya kasihan, kalau ada yang kontak erat terus menolak diswab dan ternyata ada yang positif lalu ke mana-mana kan nggak akan selesai-selesai penyebarannya,” terangnya.
Sementara, Kades Celep, Agus Suwoyo mengaku tidak mengetahui secara pasti jumlah warganya yang sudah positif dan dikarantina di Technopark Sragen. Ia mengaku tak mengetahui data detail warganya karena yang mengetahui adalah tim Puskesmas.
Termasuk warga yang kontak erat dan harus swab yang menentukan juga tim Puskesmas. Saat ditanya warga yang menolak dan mengancam akan membakar ambulans, Kades mengaku tidak mengetahui.
“Mungkin karepe wedi (takut). Tadi Pak Camat juga datang. Kalau kami dari Satgas Desa hanya bisa mengimbau warga agar menjaga protokol kesehatan, pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan. Itu saja,” katanya.
Kades juga mengaku dirinya sempat melakukan swab mandiri dan hasilnya negatif. Wardoyo