Beranda Umum Nasional Prabowo: Gerindra Paling Keras Menyaring RUU Cipta Kerja

Prabowo: Gerindra Paling Keras Menyaring RUU Cipta Kerja

Probowo Subianto Ketua Umum Gerindra puji kinerja Jokowi. Youtube/Gerindra TV

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM  – Menteri Pertahanan  sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto mengatakan, partainya paling keras dalam menyaring RUU Cipta Kerja sebelum akhirnya disahkan menjadi undang-undang.

Karena itu, ia mengaku yakin Presiden Joko Widodo memikirkan rakyat dan bangsa di balik keputusannya ihwal Undang-undang Cipta Kerja.

Menurut Prabowo, karena itulah ia mau menjadi menteri di pemerintahan Jokowi.

“Karena itulah saya mau kerja sama. Kalau saya lihat beliau kurang nasionalis kan untuk apa, kan begitu,” kata Prabowo dalam video yang dilansir DPP Gerindra, Senin (12/10/2020).

Ketua Umum Partai Gerindra itu mengatakan partainya telah memberikan catatan kritis terhadap Undang-undang Cipta Kerja. Ia mengaku sejak awal menginstruksikan Fraksi Gerindra di Dewan Perwakilan Rakyat untuk meneliti RUU Cipta Kerja tiap klaster hingga pasalnya.

Menurut Prabowo, semuanya harus diupayakan demi kepentingan nasional. Prabowo mengklaim partainya termasuk yang paling keras untuk menyaring, menelusuri, dan mengurangi pasal-pasal yang dinilai terlalu liberal.

Baca Juga :  Lagi-lagi, Kampanye Luthfi-Taj Yasin di Blora Perlu Bantuan Jokowi

“Kami mendukung tapi kan juga menyaring. Banyak sekali juga kami kurangi yang terlalu liberal. Jadi banyak kalangan kita yang masih gandrung dengan liberalisme,” kata Prabowo.

Prabowo berpendapat tak semua kesulitan harus diatasi dengan liberalistik. Menurut dia, pemerintah pun memiliki kekuatan untuk menentukan arahnya sendiri.

Meski begitu, Prabowo mengakui perbedaan pandangan ihwal liberalisme itu wajar dalam demokrasi. Dia pun mengakui ada kemungkinan pengusaha-pengusaha melobi para pembuat undang-undang.

“Saya yakin ada banyak pengusaha yang lobi-lobi, pengusaha itu mungkin banyak teman di dalam pemerintah juga, jadi ini wajar lah,” kata mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus ini.

Sebagian publik mengkritik dan menolak UU Cipta Kerja yang telah disahkan pemerintah dan DPR pada Senin, 5 Oktober lalu. Omnibus law ini dinilai terlalu memberikan karpet merah untuk para pengusaha, tetapi merugikan buruh dan kelestarian lingkungan.

Baca Juga :  Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik Juni 2025, Ini Penjelasan dan Besarannya Saat Ini

Publik juga mengkritik proses penyusunan rancangan undang-undang yang dinilai tak transparan serta proses yang tergesa-gesa. Para pihak yang menolak mendesak Presiden menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perpu) untuk membatalkan omnibus law ini.

www.tempo.co