SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Insiden miris penolakan warga dan mengancam akan membakar ambulans Puskesmas yang berusaha mengantar warga kontak erat untuk melakukan swab di Desa Celep, Kedawung, Sragen, ternyata bukan kali pertama.
Data yang dihimpun JOGLOSEMARNEWS.COM , aksi ancaman itu juga dialami petugas penjemput warga kontak erat di desa yang sama sepekan silam.
Hingga kini, sembilan warga yang terlacak kontak erat dengan pasien positif covid-19 di salah satu dukuh di desa itu, akhirnya belum bisa diswab.
Saat dikonfirmasi, Kepala Puskesmas Kedawung 2, Eko Windu Nugroho tidak menampik hal itu.
“Iya, memang sudah kedua kalinya ini.
Yang pertama terjadi di Tanjung RT 10. Sudah ditracking, tapi pada nggak mau diswab. Padahal petugas juga sudah melakukan pendekatan persuasif,” paparnya, Kamis (15/10/2020).
Data yang dihimpun, ada sekitar 9 warga di dukuh itu yang sebenarnya terlacak kontak erat dengan pasien positif covid-19 di wilayah tersebut. Sayangnya, mereka yang seharusnya wajib diswab, menolak ketika hendak dijemput ambulans dan diantar untuk menjalani swab di Technopark Sragen.
Tak hanya menolak, warga tersebut juga melontarkan ancaman akan membakar ambulans jika nekat melanjutkan menjemput warga untuk swab.
“Sampai sekarang mereka juga belum bisa diswab karena tetap menolak dijemput,” terangnya.
Aksi serupa rupanya menjalar dan kembali berulang di Dukuh Marditani desa yang sama. Hari ini tadi, Kamis (15/10/2020), tim Puskesmas dan ambulans yang didatangkan menjemput warga untuk swab, kembali ditentang.
Empat warga yang harusnya menjalani swab menolak dibawa. Bahkan warga terdekat mereka, ikut keluar dan memaki-maki petugas. Mereka juga melontarkan ancaman akan membakar ambulans jika nekat melanjutkan penjemputan.
Karena diancam, tim dan ambulans akhirnya terpaksa balik kanan dan kembali ke Puskesmas. Sehingga 4 warga yang sedianya hendak diantar swab, terpaksa urung dijemput.
Windu mengaku sangat prihatin dan menyayangkan insiden tersebut. Padahal ia menegaskan bahwa petugas hanya berusaha menjalankan penanganan sesuai standar operasional prosedur (SOP) penanganan covid-19.
Menurutnya secara prosedur, setiap ada kasus positif covid-19 memang harus dilakukan tracing dan semua warga yang kontak erat harus diswab untuk mengetahui apakah positif atau tidak. Hal itu semata-mata dilakukan untuk mencegah agar virus tidak menyebar.
“Padahal petugas sudah sangat persuasif, melakukan pendekatan ekstra sabar. Kami hanya kasihan, kalau ada yang kontak erat terus menolak diswab dan ternyata ada yang positif lalu ke mana-mana kan nggak akan selesai-selesai penyebarannya,” terangnya.
Sementara, Kades Celep, Agus Suwoyo mengaku tidak mengetahui secara pasti jumlah warganya yang sudah positif dan dikarantina di Technopark Sragen. Ia mengaku tak mengetahui data detail warganya karena yang mengetahui adalah tim Puskesmas.
Termasuk warga yang kontak erat dan harus swab yang menentukan juga tim Puskesmas. Saat ditanya warga yang menolak dan mengancam akan membakar ambulans, Kades mengaku tidak mengetahui.
“Mungkin karepe wedi (takut). Tadi Pak Camat juga datang. Kalau kami dari Satgas Desa hanya bisa mengimbau warga agar menjaga protokol kesehatan, pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan. Itu saja,” katanya.
Kades juga mengaku dirinya sempat melakukan swab mandiri dan hasilnya negatif. Wardoyo