YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pandemi Covid-19 menjadi perhatian serius bagi Dinas Pariwisata Provinsi DIY. Pasalnya, sebagai sektor yang menjadi andalan, pariwisata menerima dampak besar dari merebaknya Covid-19.
Oleh karena itulah, menurut Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata DIY, Marlina Handanyani, gerakan 3 M yang dicanangkan oleh pemerintah pusat dinilainya belum cukup.
“Khusus di DIY kami menambahkan menjadi gerakan 4 M,” ujar Marlina dalam webinar bertema Sinergi Menumbuhkan Sektor Pariwisata Pascapandemi melalui zoom, Selasa (17/11/2020) pagi.
Selain Marlina, dalam webinar tersebut hadir dua narasumber lain, yakni dr Siswanto Sp.P, dokter spesialis paru dan anggota Satgas Covid-19 dari RS Akademik UGM dan Luile Retno Sawitri, Head of Corporate Communication & Event Management AXA Mandiri.
Gerakan 4 M tersebut, menurut Marlina, adalah penggunaan masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak dan terakhir, adalah menjauhi kerumunan.
Marlina mengakui, sektor pariwisata melalui objek dan destinasi wisatanya, nyaris selalu mengundang kerumunan. Lantaran itulah, pihaknya berupaya maksimal untuk meminimalisir terjadinya penularan Covid-19.
Salah satunya, jelas Marlina, sosialisasi protokol kesehatan dilakukan dengan gencar, konsisten dan sistematis. Salah satunya dengan menerbitkan buku tentang protokol kesehatan dengan beberapa bahasa, termasuk bahasa Jawa, Pranatan Anyar Plesiran.
“Di dalamnya dijelaskan, apa saja yang harus dilakukan saat berwisata. Saat di hotel atau objek wisata, restoran dan lain-lain,” beber Marlina.
Mengingat pariwisata menjadi sektor andalan yang mendorong perekonomian di masyarakat, jelas Marlina, Dinas Pariwisata DIY tidak menutup seluruh destinasi wisata.
Saat ini, Dinas Pariwisata DIY sudah melakukan pembukaan destinasi wisata secara bertahap. Pembukaan dilakukan melalui ujicoba terbatas yang melibatkan pengelola destinasi dan sejumlah pengunjung.
“DIY memiliki 139 destinasi wisata. Dari jumlah itu, sudah ada 93 destinasi wisata yang melakukan ujicoba terbatas. Bahkan, 26 di antaranya sudah menggunakan Reservasi Online Visiting Jogja,” kata Marlina.
Senada dengan Marlina, dr Siswanto menjelaskan, dalam situasi pandemi ini, hal paling berbahaya di lokasi wsata adalah ketika bertemu dengan orang tanpa gejala (OTG).
Pasalnya, OTG ini tampak sehat, tidak menunjukkan gejala sakit apapun, namun di dalamnya membawa virus yang berbahaya bagi orang lain.
“OTG dapat menularkan kepada pengunjung destinasi wisata. Jika orang yang tertular daya tahan tubuhnya lemah, maka bisa tertular dan butuh perawatan,” kata Siswanto.
Selain melakukan gerakan 3M atau malah 4 M kata Siswanto, bagi warga masyarakat yang ingin berwisata harus memiliki daya tahan tubuh kuat. Cara memiliki daya tahan tubuh kuat di antaranya dengan kecukupan gizi, berolahraga di outdoor, dan berjemur.
Tempat menginap pun menurut Siswanto perlu diperhatikan di saaat pandemi seperti ini. Misalnya, memilih hotel atau penginapan yang memiliki ventilasi udara atau Air Changes per Hours (ACH) yang cukup.
“Untuk kamar tidur ACH-nya 2-4. Ruang pertemuan minimal ACH-nya 6. Semoga kedepan ACH ini menjadi bahan untuk promosi pelaku wisata,” kata Siswanto.
Di luar itu, jelas Siswanto, anjuran klasik tidak boleh dilupakan, seperti menggunakan masker, menjaga jarak dengan pengunjung lain, mencuci tangan dengan sabun atau 3M dan jauhi kerumunan.
“Masker yang baik adalah masker yang bisa terbuat dari kain minimal dua lapis. Sedang jarak dengan pengunjung minimal dua meter,” ujarnya.
Perubahan Pola Asuransi
Pandemi Covid-19, ternyata membawa dampak bagi dunia asuransi. Sejak pandemi melanda, ada tren perubahan pola asuransi. Dari yang semula asuransi kendaraan bermotor, kini mulai menunjukkan tren pergeseran ke asuransi kesehatan.
Hal itu diungkapkan oleh Luile Retno Sawitri, Head of Corporate Communication & Event Management AXA Mandiri.
“Selama ini masyarakat lebih peduli terhadap asuransi kendaraan bermotor, khususnya mobil. Sebab mereka merasa ketakutan akan kerusakan atau kehilangan mobil akibat kecelakaan atau terjadi pencurian. Sementara orang yang menyetir mobil malah tidak diasuransikan,” ujarnya.
Namun seiring meluasnya Covid-19, kesadaran berasuransi jiwa mengalami peningkatan.
“Berdasarkan data tahun 2019, klaim asuransi AXA Mandiri lebih dari satu juta nasabah. Sedang khusus untuk Yogyakarta mencapai 27.000-an baik asuransi konvensional dan syariah,” kata Retno Sawitri. suhamdani