SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pilkada serentak tanggal 9 Desember tinggal hitungan sebulan lagi. Tak terkecuali di Sragen yang akan memanggungkan paslon Yuni-Suroto sebagai calon tunggal alias lawan kotak kosong.
Tepat sebulan menjelang hari coblosan, masih ada kerisauan di benak Calon Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati.
Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Mbak Yuni, sapaan akrabnya mengaku sebulan menjelang Pilkada ini, dirinya memang menggencarkan agenda sambang tokoh masyarakat sebagai upaya sosialisasinya.
Namun, ia masih sedikit prihatin dengan realitas di lapangan perihal kepahaman masyarakat terkait agenda Pilkada nanti. Dari hasil pengamatannya selama terjun ke bawah, Yuni mengaku masih banyak menjumpai warga yang bertanya apakah Pilkadanya jadi digelar.
Kemudian pertanyaan-pertanyaan karena tidak ada lawan otomatis menang dan tidak perlu nyoblos mesti jadi, masih banyak dilontarkan masyarakat acapkali bertemu dengannya.
“Iya masih banyak warga yang belum paham. Pertanyaannya mesti sama, Buk nopo sios Pilkadanya. Wong jenengan kan maju piyambak nggak ada lawannya, napa kedah nyoblos. Kan sudah otomatis jadi. (Bu, apa jadi Pilkadanya. Kan tidak ada lawannya, apa juga harus nyoblos, kan sudah otomatis jadi),” paparnya Minggu (8/11/2020).
Mendapat pertanyaan seperti itu, ia mengaku harus menjelaskan dan meyakinkan bahwa Pilkada Sragen tetap digelar. Kemudian berharap warga tetap antusias datang ke TPS untuk mencoblos meskipun lawan kotak kosong.
Menurut Yuni, beragam pertanyaan warga itu menjadi penanda bahwa selama ini sebagian masyarakat memang belum paham betul soal Pilkada dengan calon tunggal.
Karenanya ia sangat berharap di sisa sebulan jelang pencoblosan, sosialisasi dari KPU ke masyarakat bisa lebih digencarkan lagi.
“Terutama memberikan pemahaman bahwa lawan kotak kosong tidak otomatis langsung dinyatakan menang. Harapan kami, warga diberi pemahaman bahwa harus tetap mencoblos ke TPS. Sehingga tingkat partisipasi masyarakat akan tinggi, mengingat kesuksesan Pilkada itu selain sukses penyelenggaraannya, angka kehadiran masyarakat juga jadi tolok ukuranya. Saya dengar KPU mau mengoperasikan mobil keliling sosialisasi ke masyarakat, kok juga masih belum ada gaungnya,” tandasnya.
Sebelumnya, Ketua DPRD Sragen, Suparno menyebut dari pantauannya, upaya sosialisasi dari KPU sebagai institusi penyelenggara Pemilu, memang masih jauh dari kata maksimal.
Hal itu terlihat saat dirinya sambang ke masyarakat di bawah dan mendapati masih banyak yang belum paham soal agenda Pilkada Sragen.
“Bahkan ketika saya jalan-jalan ke masyarakat, ada yang tidak tahu sama sekali kalau Sragen mau ada Pilkada. Kemudian ada yang mengira kalau lawan kotak kosong itu tidak ada lawan dan sudah selesai,” paparnya kepada wartawan, belum lama ini.
Menurutnya fakta itu menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat soal Pilkada maupun Pilkada dengan calon tunggal, masih minim.
Ia pun meminta KPU lebih giat lagi dalam menyosialisasikan ke masyarakat. Selain terjun ke masyarakat, sosialisasi lewat media dan berbagai lini harus digencarkan.
“Apalagi di masa pandemi, pertemuan juga dibatasi hanya maksimal 50 sampai 60 orang. Kalau hanya mengandalkan tatap muka, nggak mungkin bisa maksimal. Meskipun dari partai nanti juga akan sosialisasi, tapi tugas utama itu ada di penyelenggara Pemilu yakni KPU. Karena salah satu tolok ukur keberhasilan Pemilu itu adalah tingkat partisipasi masyarakat menggunakan hak pilihnya,” tandasnya.
Senada, Wakil Ketua DPRD Sragen dari FPKB, Muslim juga merasakan hal yang sama. Ia memandang kurang geregetnya Pilkada di masyarakat dipengaruhi banyak faktor.
Selain kondisi pandemi yang membuat semua kegiatan dalam keterbatasan, kondisi lawan kotak kosong juga ditengarai membuat gaung Pilkada sedikit kurang lantaran tak ada kompetitor.
“Pengamatan saya ke lapangan, memang masih adem ayem. Mungkin karena pandemi ini jadi mau kumpul tidak boleh. Apalagi kondisi Sragen kan lawan kotak kosong jadi masyarakat banyak yang merasa sudah selesai karena nggak ada lawan,” tuturnya.
Menurutnya, hal ini mestinya menjadi ranah KPU untuk lebih menggenjot sosialisasi. Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan KPU mengingat sosialisasi menjadi tugas dan kewajiban KPU.
Legislator asal Kecamatan Gesi itu juga mengakui jika di lapangan sudah ada berembus golput dan kotak kosong. Namun ia melihat bahwa hal itu adalah pilihan dan dipengaruhi banyak faktor juga.
“Dan itu tugas KPU untuk menyosialisasikan ke masyarakat agar datang ke TPS dan menentukan pilihannya,” tandasnya. Wardoyo