![IMG_20201118_214512](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2020/11/IMG_20201118_214512.jpg?resize=640%2C415&ssl=1)
SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Puluhan warga Desa Klandungan, Kecamatan Ngrampal, Sragen menggeruduk proyek Jembatan Ganefo di Tangen, Rabu (18/11/2020).
Mereka memprotes rekanan karena pembangunan jembatan di perbatasan Ngrampal-Tangen itu tanpa membuatkan gorong-gorong irigasi untuk areal persawahan sekitarnya.
Akibatnya, jika hujan deras tiba, sawah-sawah milik petani kebanjiran dan tanaman padi mereka rusak terendam genangan air akibat tiadanya pembuangan.
Bahkan, warga yang kesal langsung menutup lokasi proyek dan meminta rekanan menghentikan pengerjaan.
Aksi protes petani itu digelar spontan lantaran kesal usulan saluran irigasi yang sejak awal disuarakan tak pernah digubris pihak rekanan.
Salah satu petani, Budi (36) warga Dukuh Gandrung RT 02, Klandungan, Ngrampal, mengatakan sejak adanya proyek Jembatan Ganefo, saluran air di sawah petani yang sebelumnya ada, kini sudah tidak ada lagi.
Pihak rekanan juga tak membuatkan gorong-gorong atau saluran pengganti. Akibatnya jika hujan deras, air tidak bisa mengalir sehingga berdampak membanjiri tanaman padi di areal sekitar proyek.
“Kemarin sebelum ada proyek, masih ada saluran pembuangan dari sawah. Sekarang malah dimatikan. Hujan deras sedikit, langsung banjir karena air mampet nggak ada salurannya. Siapa nggak kesal Mas,” paparnya kepada wartawan, Rabu (18/11/2020).
Mewakili petani lainnya, Budi mengatakan tuntutan warga dan petani hanya minta dibuatkan gorong-gorong.
Jika tidak dipenuhi, maka warga dan petani siap untuk melakukan perlawanan dengan menutup dan tak akan membiarkan proyek dilanjutkan.
“Bukan kami nggak senang dibangun jembatan yang lebih bagus. Tapi mbok ya jangan mengorbankan aspek lain yaitu petani. Petani susah payah menanam, begitu ada hujan langsung kebanjiran,” terangnya.
Senada, petani lain, Sarjono (52) warga Dukuh Ngrejeng RT 06, Klandungan, Ngrampal menyampaikan kegeraman warga makin bertambah lantaran selama ini pengerjaan lebih banyak melibatkan pekerja luar wilayah.
Menurutnya, kehadiran proyek beranggaran miliyaran rupiah dari APBD Provinsi Jateng itu makin melukai hati karena warga sekitar hanya jadi penonton saja.
“Seharusnya pihak rekanan melibatkan warga untuk bekerja. Entah apapun bidangnya dilibatkan. Mungkin yang punya mobil dump truk bisa digandeng untuk dikerjakan untuk cari uruknya. Atau warga dipekerjakan, bukan malah ambil dari luar semua. Dari awal dibangun sampai hampir selesai pihak rekanan cuek dengan warga dan lingkungan. Makanya nggak ada kata lain, pokoke proyek Jembatan Ganefo harus tutup dulu sebelum permintaan warga terpenuhi,” ujarnya berapi-api.
Sementara, Badi (55) warga Ngrejeng RT 05, Klandungan, Ngrampal, sangat kecewa dengan proyek jembatan Ganefo yang menutup sawahnya tanpa ada gorong-gorong saluran air. Hal itu berdampak buruk membuat sawahnya kini selalu terendam banjir saat hujan deras.
“Kalau ini dibiarkan, kami bisa nggak makan karena nggak mungkin bisa panen. Hujan sedikit sawah kebanjiran,” imbuhnya.
Seperti diketahui, proyek jembatan Ganefo Tangen untuk tahap awal ini dikerjakan oleh PT Bima Agung Semarang dengan anggaran Rp 4,9 milyar. Jembatan itu dikerjakan mulai 02 April 2020 dengan durasi sampai 20 November 2020.
Namun di akhir pengerjaan, proyek justru tersandera warga yang merasa terdampak.
Terpisah, Kepala DPUPR Sragen, Marija melalui Kabid Bina Marga, Albert Pramono Susanto mengatakan proyek itu sepenuhnya kewenangan provinsi dan rekanan yang mengerjakan juga di bawah provinsi.
Hanya saja, jika ada kendala atau keluhan warga, pihaknya siap membantu menyampaikan melalui Satker terkait.
“Itu memang proyek dari provinsi dan yang menangani langsung provinsi. Tapi nanti kami bantu sampaikan ke Satker terkait,” paparnya. Wardoyo.