SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Fenomena Pasar Bahulak di Desa Karungan, Kecamatan Plupuh, Sragen terus menebar pesona. Sejak dibuka kali pertama dua bulan silam, pasar unik dengan nuansa tempo dulu itu makin diminati masyarakat.
Hal itu terbukti dari nilai transaksi dan perputaran uang yang melonjak signifikan dari satu pasaran ke pasaran berikutnya. Tercatat sudah empat kali pasar yang dirintis di kebun milik tanah kas desa itu dibuka.
Nilai transaksi yang terjadi terus menunjukkan peningkatan. Kades Karungan, Joko Sunarso mengatakan pada gelaran Minggu (22/11/2020) kemarin, nilai transaksi tercatat mencapai Rp 33 juta.
Sebuah angka yang tak sedikit untuk ukuran pasar sederhana dengan jualan hanya kuliner dan barang kecil-kecilan bernuansa lawas.
“Minggu kemarin, perpurataran uang dari transaksi mencapai Rp 33 juta. Parkiran dapat Rp 2 jut. Naik dua kali lipat dari pasaran sebelumnya Rp 16 juta,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Kamis (26/11/2020).
Joko mengaku bersyukur animo masyarakat makin meningkat dari pasaran ke pasaran. Meski demikian, hal itu juga menjadi tantangan semua pihak untuk tetap konsisten menerapkan protokol kesehatan di tengah kondisi pandemi covid-19 saat ini.
Sebagai antisipasi, pihak panitia dan BUMDes tak henti mengingatkan pengunjung untuk senantiasa pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak.
“Ya memang menjadi tantangan kami karena makin ke sini makin ramai. Setiap 10 menit, panitia juga selalu mengingatkan lewat pengeras suara untuk jaga jarak dan tidak boleh berkerumun. Alhamdulillah, kemarin semua berjalan lancar,” terangnya.
Pasar Bahulak itu dirintis sekitar beberapa bulan lalu dan sudah tiga kali buka.
Dinamakan Pasar Bahulak karena nuansanya memang pasar tempo dulu dan semua yang dijual serba zaman dulu yang kemungkinan jarang dijumpai di pasar modern.
“Kita ingin kembali menggali kearifan lokal. Di Pasar Bahulak ini yang dijual serba bahulak atau zaman kawak. Kulinernya pun kuliner zaman dulu. Seperti soto bathok, sego menir, nasi jagung, tiwul, wedang gemblung, wedang secang, jamu gendhong, kaos bahulak hingga bank sampah,” paparnya.
Menurutnya, Pasar Bahulak itu dirintis dari ide awal memanfaatkan lahan kas desa yang selama ini terkesan hanya kebun kumuh dan angker.
Atas dukungan warga dan punggawa desa, akhirnya lahan yang ditumbuhi pohon-pohon sengon dan aneka tumbuhan itu disulap menjadi arena pasar dengan konsep zaman dahulu kala.
Semua lapak didesain seperti lapak pada zaman dulu, lantas dolanan anak yang disediakan pun juga mainan zaman dulu. Seperti egrang, congklak, bakiak dan ayunan dari bambu.
Kemudian semua transaksi dilakukan dengan pembayaran memakai koin dari tempurung kelapa. Setiap pengunjung yang datang bisa menukar koin di pintu masuk dengan harga Rp 2.000 satu koin.
Jika koin yang ditukar tidak habis, maka sisanya bisa ditukarkan kembali ke loket awal dan uang akan dikembalikan sejumlah koin yang tersisa.
Joko menerangkan, dari persiapan beberapa bulan, akhirnya Pasar Bahulak resmi dibuka sekitar sebulan lalu.
Awalnya hanya dibuka di sekitar sendang namun karena pengunjungnya membeludak akhirnya diperluas dan dipindah ke lokasi kebun kas desa.
“Ini sudah tiga kali buka. Alhamdulillah antusias pengunjung luar biasa. Kalau kemarin kita rencanakan buka selapan sekali atau 35 hari sekali, nanti ke depan kemungkinan kita buka dua kali yakni Minggu Pahing dan Legi. Bahkan ada masukan nanti kalau bisa kita buka Sabtu sore sampai Minggu,” terangnya.
Lebih lanjut, Joko menerangkan selain memanfaatkan lahan kas desa, Pasar Bahulak itu juga wujud Pemdes dalam memberdayakan masyarakat. Sebab pengelolaan dan pedagangnya semuanya melibatkan pemuda dan masyarakat setempat.
Sejauh ini ada 56 warga yang terdaftar sebagai pedagang di Pasar Bahulak. Sebagai bentuk pemberdayaan, semua pedagang makanan didata dan dibentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis).
“Semangat kami dan warga memang ingin menciptakan karakter pasar yang lain dari yang lain. Kita ingin membangkitkan kenangan masa lalu, makanya ada dolanan bocah juga. Ini masih dalam tahap evaluasi dan pengembangan karena ke depan secara bertahap kita lengkapi dengan kolam, taman bunga, danau buatan hingga perpustakaan alam,” terangnya.
Camat Plupuh, Marno yang menyempatkan hadir di Pasar Bahulak,mendukung penuh kreativitas Pemdes dan warga Karungan melalui Pasar Bahulak. Menurutnya Pasar Bahulak merupakan bentuk mengenang masa lalu, terwujud karena timbulnya pemberdayaan semua komponen dan semua potensi yang ada.
“Ini upaya ekonomi kreatif warga Desa Karungan. Harapannya menjadi salah satu icon wisata di Plupuh. Ke depan lebih sukses sehingga bisa meningkatkan perekonomian warga Karungan khususnya dan Kecamatab Plupuh pada umumnya,” tandasnya. Wardoyo