Beranda Daerah Sragen Demo Warga Siboto Sragen Menangis Pasca Tragedi Penutupan Perlintasan Jalan Masuk oleh...

Demo Warga Siboto Sragen Menangis Pasca Tragedi Penutupan Perlintasan Jalan Masuk oleh PT KAI. Ada 500 KK Menjerit, 4 Sekolah Terancam Mati hingga 4 Kampung di Ambang Terisolasi 

Warga Siboto Kalimacan Kalijambe Sragen saat menggelar aksi demo menuntut portal jalan dibuka, Rabu (16/12/2020). Foto/Wardoyo

 

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Penutupan perlintasan Siboto oleh PT KAI pasca tragedi kecelakaan maut menewaskan 2 polisi dan 1 TNI, Senin (14/12/2020) memicu gejolak.

Warga di kampung Siboto, Desa Kalimacan dan sekitarnya memprotes penutupan dan menuntut akses dibuka kembali. Tuntutan itu dilontarkan saat warga menggelar aksi spontanitas, Rabu (16/12/2020) sore.

Tokoh masyarakat RT 11 Dukuh Siboto, Udin Fathurrahman mengatakan akses yang ditutup PT KAI itu sangat penting dan menjadi jalur utama bagi ratusan warga.

Menurutnya ada 500 KK di empat dukuh yang selama ini sangat bergantung dari akses perlintasan Siboto. Yakni warga kampung Siboto, Malangan 2 RT, Plosorejo dan Kalimacan.

Perlintasan itu juga menjadi akses utama bagi warga di desa lain yakni Keden dan Trobayan Kalijambe serta jalur alternatif warga Boyolali. Padahal selama ini jalan perlintasan itu menjadi akses bagi warga, pekerja pabrik, karyawan, pegawai di wilayah tersebut.

“Jalan perlintasan Siboto itu sudah dibangun sejak zaman Belanda. Sejak kampung kami ada dan warga sudah sejak dulu berdampingan dengan jalur kereta api. Makanya kami menyayangkan kenapa kemarin penutupan begitu cepat dan terkesan arogan. Nggak ada rembugan sama sekali dengan RT atau masyarakat,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM .

Udin menguraikan selain akses ekonomi dan jalur transportasi utama, perlintasan itu juga amat penting bagi pendidikan.

Ada 4 lembaga pendidikan dan sekolah yang ada di Siboto dan akses masuk semuanya dari pintu perlintasan. Yakni MTsN 8 Sragen atau MTsN Kalijambe. TK ABA Aisyiyah, SD Muhammadiyah dan PAUD Siboto.

Baca Juga :  Sudaryono Janjikan Hadiah Motor Nmax bagi Kader Peraih Suara Terbanyak dalam Upaya Menangkan Bowo-Suwardi di Pilkada Sragen 2024

“Semua sekolah itu dirintis dan kami bangkitkan hingga sekarang bisa berkembang dan diminati masyarakat. Mayoritas muridnya juga dari luar Siboto. Dengan akses ditutup warga jelas akan dirugikan. Bagaimana nasib pendidikan, kalau akses jalan ditutup pasti akan mempengaruhi minat orangtua menyekolahkan anaknya di sini. Kalau jalan ditutup, kampung kami akan jadi kampung terisolir dan mati. Terpinggirkan dari kehidupan dan tertinggalkan pendidikannya,” terangnya.

Soal insiden kecelakaan pada Senin (14/12/2020), Udin menyebut seharusnya tak serta merta kesalahan ditimpakan karena perlintasan.

Sebab faktor utama sebenarnya justru keberadaan warung dan bangunan di sepanjang rel sekitar perlintasan. Bangunan-bangunan itulah yang menghalangi jarak pandang yang akan menyeberang dari arah jalan raya.

Udin menyampaikan warga selama ini warga juga sudah berupaya melakukan pengamanan sejak dua tahun lalu. Yakni dengan membentuk paguyuban dan menempatkan 2 petugas swadaya dari warga yang diberi upah dari iuran warga 6 RT dan donatur.

“Kami sebenarnya sudah maksimal berupaya. Ada 2 petugas yang disiagakan mulai jam 05.30 WIB sampai jam 13.00 WIB dan shift kedua dari jam 13.00 WIB sampai 22.00 WIB malam.Kalau kemarin takdir Allah ada kejadian kecelakaan jam 23.00 WIB itu di luar jam,” tukasnya.

Sekretaris Komite MTsN 8 Sragen, Abdul Rohim menerangkan penutupan perlintasan Siboto sangat menyulitkan akses bagi siswa ketika nanti sekolah akan kembali digelar pendidikan tatap muka.

Baca Juga :  Gerakan Pembaharuan Sragen (GPS) Terbelah, Tokoh-Tokoh Senior Berbalik Mendukung Bowo-Suwardi di Pilkada Sragen 2024

Sebab dari 500an siswa yang belajar di MTsN 8, mayoritas atau hampir separuh lebih berasal dari luar Siboto dan melewati perlintasan Siboto.

Kemudian hasil survei yang dilakukan komite, tiga jalur alternatif yang lain rutenya cukup jauh antara 3 hingga 5 kilometer dan sangat berisiko.

 

“Kami tidak menentang atau menolak kebijakan. Tapi setelah kami analisa bersama teman-teman, kami sangat prihatin dengan nasib anak-anak sekolah nanti. Jalur alternatif yang sudah kami survei, semua lumayan berat. Maka dari itu, kami mohon kepada pemerintah agar akses yang ditutup dibuka kembali. Jangan ditutup tanpa solusi kasihan masyarakat,” jelas Rohim. Wardoyo