SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Masih ingat dengan induk ular piton besar yang ditemukan di salah satu pekarangan warga di Dukuh Buduran, Desa Kalikobok, Tanon, Sragen beberapa waktu lalu?
Ya, hampir sebulan berlalu, 10 dari 16 telur ular piton itu sudah menetas menjadi anakan ular. Namun dari 10 anakan yang menetas, dua diantaranya mati dan delapan bisa hidup.
Delapan ekor piton kecil itu merupakan anak dari induk piton sepanjang 4 meter yang ditemukan warga bersembunyi di bawah bonggol rumpun bambu yang lapuk.
Induk piton raksasa itu ditemukan bersemayam di pekarangan Winarno, warga Dukuh Buduran RT 4.
Ketua Regional Exalos Sragen, Candra Giri alias Ucank mengatakan dari hasil penggalian di lokasi indukan ular, saat itu ditemukan ada 16 butir telor piton.
Telur-telur itu kemudian dievakuasi dan diamankan sampai kemudian menetas beberapa hari lalu.
“Saat melakukan evakuasi di lokasi, setelah kita gali tanah yang kami curigai tempat berada telur ular tersebut. Saat itu ada 15 butir telur yang sudah siap menetas. Sehingga total ada 16 butir telor piton yang kami amankan dari Dukuh Buduran itu,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (3/1/2021).
Dari 16 butir telur itu, enam butir diketahui dalam kondisi rusak atau koplak. Sedangkan 10 sisanya yang kemungkinan masih bisa diselamatkan.
Menurut Ucank, setelah mengedukasi dan warga bisa merasa lebih tenang, akhirnya induk ular piton itu berhasil diamankan berikut 10 butir telur yang masih baik.
Dari 10 telur itu kemudian berhasil ditetaskan dan keluar anakan piton kecil. Namun sayangnya hanya delapan yang bisa bertahan hidup.
“Yang dua anakan nggak bisa bertahan dan mati. Netasnya tidak bersamaan,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (3/1/2021).
Ucank menguraikan saat ini delapan anakan piton itu sudah memiliki panjang sekitar 30 sentimeter. Saat ini posisi anakannya masih disimpan dan menunggu siap usia untuk bisa kembali dilepas ke alam.
Menurutnya anakan ular secara alamiah masih memiliki cadangan makanan dalam tubuh mereka. Sehingga hewan melata itu belum memakan mangsa.
Setelah mengalami ganti kulit barulah mereka bisa memulai fase memakan mangsa sendiri.
“Kalau sudah siap dan bisa mencari mangsa sendiri, baru akan saya lepas,” tukasnya.
Lebih lanjut, ia meminta apabila ada temuan ular agar warga tidak panik dan buru-buru membunuh. Sebab keberadaan ular itu juga butuh hidup untuk menjaga keseimbangan ekosistem alam.
Ia menambahkan penemuan induk ular piton dan 16 butir telur itu bermula dari laporan warga setempat yang pernah melihat keberadaan ular piton di belakang rumahnya.
Kemunculan piton itu sempat menimbulkan keresahan dan ketakutan karena lokasi berada di dekat permukiman.
“Kemudian salah satu warga melihat ada lubang dibawah rumpun bambu yang telah dipotong dan melihat ada seekor ular di dalamnya,” imbuhnya.
Sekdes Kalikobok, Agus Salim mengungkapkan penemuan ular piton itu diketahui pukul 13.30 WIB. Ceritanya, siang itu si pemilik pekarangan, Winarno sedang bersih-bersih di belakang rumahnya.
Saat mendongkel rumpun bambu yang lapuk, ia kaget mendadak muncul kepala ular berukuran besar.
“Yang pertama kali terlihat kepalanya. Karena ukurannya agak besar, lalu lapor ke desa. Tadi dievakuasi oleh sekitar 4 warga karena nunggu petugas BPBD agak beberapa saat,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (7/12/2020) silam.
Agus menguraikan saat dievakuasi, kondisi ular relatif tanpa perlawanan. Tak lama berselang tim BPBD tiba dan saat ini hewan melata itu sudah diamankan.
Menurutnya, dari hasil pengecekan, ular piton itu memiliki 11 telur. Empat telur di antaranya diketahui masih aktif dan ada anaknya.
Agus menambahkan kemunculan ular piton besar ini memang baru kali pertama. Dari keterangan warga sekitar, selama ini juga ada yang kehilangan ayam namun dikira hanya dimakan garangan.
“Nggak tahu kalau ternyata ada indukan piton,” tandasnya. Wardoyo