Beranda Nasional Jogja PSTKM Tak Mampu Turunkan Jumlah Kasus Covid-19 di Kota Yogya, Epidemiolog UGM:...

PSTKM Tak Mampu Turunkan Jumlah Kasus Covid-19 di Kota Yogya, Epidemiolog UGM: Kalau Mau Diperpanjang, Evaluasi Dulu

ILUSTRASI Masyarakat harus mengurangi mobilitas yang tidak penting untuk ikut menekan penyebaran Covid-19 / tribunnews

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Setelah lebih dari seminggu pemberlakuan Pengetatan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PSTKM), setiap harinya di kota Yogyakarta masih muncul 200-300 orang yang dinyatakan terinfeksi Covid-19.

Fakta tersebut menujukkan kebijakan PSTKM ternyata belum mampu menurunkan kasus penyebaran Covid-19 di DIY.

Oleh karena itu, Pemerintah Daerah (Pemda) DIY harus melakukan evaluasi terlebih dahulu jika program PSTKM ingin dilanjutkan.

“Sebelum dilanjutkan ya PSTKM harus dievaluasi dulu, mana yang berhasil dilakukan, mana yang tidak, jalan enggak program ini,” ungkap Epidemiolog Universitas Gadjah Masa (UGM), dr Bayu Satria Wiratama MPH kepada Tribun Jogja, Rabu (20/1/2021).

Ia mengungkapkan, evaluasi PSTKM perlu dilakukan karena menyangkut hajat hidup orang banyak.

Evaluasi itu akan melihat apakah selama dua minggu pelaksanaan ini, PSTKM sudah berjalan sesuai rencana dan mencapai target.

“Masalahnya, kadang pemerintah itu melakukan hal-hal seperti ini kan cuma mengikuti pemerintah pusat, tapi enggak jalan,” beber dr Bayu.

Dilanjutkan Bayu, PSTKM harus memiliki tujuan yang jelas agar bisa menurunkan kasus secara signifikan.

Baca Juga :  Tekan Angka Kecelakaan, Dishub Bantul Bakal Tutup Jalur Cinomati selama Momen Nataru

Jika ingin dilanjutkan, sistem yang sudah ada seharusnya bisa diperbaiki.

“PSTKM ini kan ceritanya mau mengurangi mobilisasi orang agar mereka keluar rumah itu hanya untuk hal penting saja. Selama ini, batasannya ya berjalan, misal tidak boleh makan di tempat setelah pukul 19.00, tapi faktor lainnya kurang berhasil,” ucap Bayu.

Faktor lain yang dimaksud Bayu adalah pengawasan mobilisasi warga ke tempat yang bukan fasilitas publik.

Ia mencontohkan, masih banyak warga yang tetap pergi ke rumah orang lain, kerabat, keluarga atau menjenguk orang sakit dan itu tidak terdeteksi oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

“Ini memang harus diwaspadai karena tidak mungkin kan Satpol PP menggrebek rumah orang. Masyarakat tahu tidak boleh pergi ke tempat publik dengan alasan tidak jelas, tapi justru berkunjung ke rumah teman,” terangnya.

Maka, untuk menangani pandemi Covid-19 di DIY, sinergi antara masyarakat, pemerintah dan pihak swasta juga harus kuat.

Baca Juga :  Kasus 2 Bidan di Yogyakarta Jual 66 Bayi, Dinkes:  Tidak Punya Izin

Kata Bayu, masyarakat juga merupakan kunci agar pandemi ini segera selesai.

Jika bisa kerja dari rumah, maka bisa kerja dari rumah. Yang pasti, masyarakat juga harus ikut andil untuk mengurangi laju peningkatan kasus.

“Warga perlu paham, adanya pembatasan seperti ini juga untuk keselamatan dirinya sendiri. Maka, kurangi mobilitas selama 14 hari, itu bisa saja membantu,” tandasnya.

www.tribunnews.com