Beranda Daerah Sragen Terburuk Sepanjang Sejarah, Banjir Bandang di Gemolong Sragen Rendam Separuh RT di...

Terburuk Sepanjang Sejarah, Banjir Bandang di Gemolong Sragen Rendam Separuh RT di Desa Ngembat Padas. Puluhan Warga Mengungsi, 2 Ton Beras dan Gabah Pengusaha Terendam

Penampakan banjir bandang di Ngembatpadas, Gemolong, Sragen, Sabtu (13/2/2021) dinihari. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Hujan deras yang mengguyur kemarin malam menghadirkan duka bagi warga Dukuh Sidorejo, Ngembatpadas, Gemolong, Sragen.

Puluhan rumah warga di beberapa RT di desa itu tergenang banjir hingga ketinggian 100 sentimeter. Warga bahkan menyebut banjir Jumat (12/2/2021) malam adalah yang terparah sepanjang sejarah.

Data yang dihimpun di lapangan, banjir melanda di antaranya di Dukuh Sidorejo RT 18 ada sekitar 15 rumah, kemudian di Dukuh Kalangan RT 8, setidaknya ada 10 rumah yang terendam.

“Hampir separuh dukuh kena banjir. Sudah sebulan dua kali ini banjir melanda wilayah kami mas. Dan sepanjang sejaran ini yang paling parah. Karena ketinggian ada yang 70 sentimeter, 80 sentimeter bahkan ada yang 1 meter,” papar salah satu tokoh setempat, Sugiyono Tison, Sabtu (13/2/2021).

Ia menguraikan banjir dari luapan sungai di sekitar permukiman itu mulai naik ke permukiman sekitar pukul 21:00 WIB sampai Sabtu (13/2/2021) pukul 03:00 WIB.

Baca Juga :  Bupati Yuni Resmikan Sejumlah Ruas Jalan dan Jembatan di Sragen, Sebut Kejar Kekurangan Jalan Mantap 13 %

Karena ketinggian air sudah melebihi batas aman, sebagian warga terpaksa memilih mengusi ke rumah warga sekitar yang masih aman.

Meski tidak ada korban jiwa, namun ada kerugian material dialami pengusaha beras setempat. Di mana beras 2 ton di gudang basah kena banjir.

Pun berton-ton gabah di penyimpanan juga kebanjiran dan diperkirakan akan mengalami penurunan kualitas.

“Tadi malam untuk evakuasi ternak dan penggilingan padi, dibantu tim SAR Wong Salam,” tuturnya.

Lebih lanjut, Tison menambahkan banjir bandang tersebut selain dipicu curah hujan yang lebat, juga diduga andil dari bendungan di wilayah Kwangen.

Proses evakuasi beras yang sempat terendam banjir di Ngembatpadas Gemolong. Foto/Wardoyo

Bendungan untuk irigasi itu membuat air hujan yang harusnya lancar mengalir ke sungai besar, akhirnya tertahan dan imbasnya meluber ke permukiman sekitar.

Sebenarnya pihak warga Ngembat Padas sudah pernah meminta kalau musim hujan dibuka tapi kadang nggak pernah dibuka. Kalau kemarau dtutup silakan, tapi kalau hujan deras ya harus dibuka biar air bisa lancar. Kalau ditutup akibatnya terjadi banjir di permukiman,” tukasnya. Wardoyo