JOGLOSEMARNEWS.COM – Mantan atlet voli putri Aprilia Manganan pantas merasa lega, setelah pihak dokter RSPAD Gatot Subroto menyatakan bahwa dirinya adalah laki-laki. Ia disebut mengalami kondisi medis yang disebut hipospadia.
Setelah resmi dinyatakan sebagai laki-laki, Aprilia pun tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Selama konferensi pers virtual berlangsung, senyum sesekali terlihat di wajahnya.
Ia memang mengaku telah lama menantikan momen tersebut, karena sejak kecil dirinya sudah diliputi keraguan lantaran fisiknya yang berbeda dari perempuan pada umumnya.
Kini, setelah 28 tahun dikenal sebagai seorang perempuan, Manganang akhirnya bisa dengan menyebut dirinya sendiri adalah laki-laki sejati.
Namun apa sebenarnya hipospadia itu? Bagaimana seseorang yang terlahir sebagai laki-laki dinyatakan menjadi perempuan karena kondisi tersebut?
Melansir dari laman Alodokter, dijelaskan bahwa hipospadia adalah suatu kelainan bawaan sejak lahir, di mana letak lubang kencing atau uretra pada bayi laki-laki tidak normal.
Pada kondisi normal, uretra bayi laki-laki akan terletak tepat di ujung penis. Tetapi pada bayi dengan kondisi hipospadia, uretra bisa berada tempat lain di sekitar alat vital, seperti di bagian bawah penis.
Jika tidak ditangani, penderita hipospadia bisa kesulitan buang air kecil atau berhubungan seksual saat dewasa.
Penyebab Terjadinya
Hipospadia terjadi ketika perkembangan saluran lubang kencing (uretra) dan kulup penis terganggu, waktu di dalam kandungan.
Pada anak laki-laki dengan hipospadia, uretra terbentuk secara tidak normal selama kehamilan pada minggu ke-8 hingga 14.
Pembukaan abnormal dapat terbentuk di mana saja, dari tepat di bawah ujung penis hingga skrotum. Ada beberapa derajat hipospadia; beberapa bisa kecil dan beberapa lebih parah.
Belum diketahui apa penyebab pastinya seorang bayi mengalami kondisi ini. Namun, ada sejumlah faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko bayi laki-laki terlahir dengan hipospadia, misalnya karena sang ibu mengandung pada saat berusia 35 tahun ke atas, menderita obesitas dan diabetes saat hamil, menjalani terapi hormon untuk merangsang kehamilan, atau akibat paparan asap rokok atau pestisida selama masa kehamilan.
Selain karena faktor di atas, memiliki keluarga yang pernah mengalami hipospadia, dan anak yang terlahir secara prematur, juga diduga turut meningkatkan risiko anak mengalami hipospadia.
Diagnosis Hipospadia
Kelainan ini dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik setelah bayi lahir, tanpa harus dilakukan pemeriksaan penunjang.
Tetapi pada hipospadia yang parah, pemeriksaan lanjutan dibutuhkan untuk mengetahui kelainan lain yang terjadi pada kelamin bayi.
Bila dokter menduga terdapat kelainan lain pada kelamin bayi, dokter akan menjalankan uji pencitraan dan melakukan pemeriksaan genetik.
Kondisi hipospadia pada setiap penderita bisa berbeda-beda. Pada sebagian besar kasus, lubang kencing terletak di bagian bawah kepala penis, dan sebagian lain memiliki lubang kencing di bagian bawah batang penis. Posisi lubang kencing juga bisa berada di area skrotum (buah zakar), tetapi kondisi ini jarang terjadi.
Akibat letak letak lubang kencing yang tidak normal, anak dengan hipospadia akan mengalami gejala seperti percikan urine tidak normal saat buang air kecil, kulup hanya menutupi bagian atas kepala penis, atau bentuk penis melengkung ke bawah.
Penanganan Hipospadia
Jika posisi lubang kencing sangat dekat dari posisi yang seharusnya, dan bentuk penis tidak melengkung, penanganan tidak diperlukan. Namun bila letak lubang kencing jauh dari posisi normalnya, operasi perlu dilakukan.
Operasi bertujuan untuk menempatkan lubang kencing ke posisi yang seharusnya, dan untuk memperbaiki kelengkungan penis. Operasi dapat dilakukan dua kali, tergantung pada tingkat keparahannya.
Pada banyak kasus, fungsi penis anak akan kembali normal setelah operasi. Idealnya, operasi dilakukan ketika bayi berusia 6 sampai 12 bulan.
Bila tidak ditangani, penderita hipospadia dapat menimbulkan masalah berkemih atau buang air kecil, serta dapat mengganggu aktivitas seksual saat dewasa.
Anak dengan hipospadia yang tidak ditangani dapat mengalami komplikasi berupa kesulitan belajar berkemih, kelainan bentuk penis, hingga gangguan ejakulasi.
Kelainan bentuk penis dan gangguan ejakulasi ini akan membuat penderita hipospadia kesulitan untuk memiliki anak.
Pencegahan Hipospadia
Ibu hamil dapat mengurangi risiko hipospadia pada janin dengan melakukan sejumlah hal sederhana, di antaranya menghindari merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol, mengonsumsi suplemen asam folat sesuai anjuran dokter kandungan, mempertahankan berat badan ideal, serta rutin ke dokter kandungan untuk memeriksakan kehamilan.
Meski demikian lantaran penyebab pastinya juga belum diketahui, kondisi kelainan ini tetap dapat terjadi pada kehamilan mana pun.