
SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Misteri 3 siswa dan satu siswi SMP yang dilaporkan terlibat pemerkosaan dan pesta tak senonoh terhadap siswi SD berinisial W (9) asal Sukodono, beberapa waktu lalu akhirnya perlahan terkuak.
Setelah sempat gempar, orangtua korban akhirnya memastikan bahwa 3 siswa dan siswi itu bukan dari SMPN 1 Sukodono.
“Kami minta maaf awalnya dapat informasi warga sekitar kalau siswanya dari SMP di Tisan (wilayah Sukodono). Dan ternyata bukan dari SMPN 1 Sukodono. Sekali lagi kami minta maaf atas kesalahan informasi awal,” papar orangtua korban, D (38) saat mendatangi pihak sekolah SMPN 1 Sukodono, kemarin.
D berinisiatif datang ke sekolah itu untuk mengklarifikasi sekaligus menanyakan siswi berinisial P yang telah membujuk putrinya hingga kemudian diperkosa oleh 3 siswa teman P.
Aksi biadab tersebut dilakukan tiga siswa teman P di sebuah balai desa di wilayah Sukodono terjadi pada 12 Desember 2020 sekitar pukul 14.00 WIB. P sendiri saat itu juga ikut berpesta asusila bersama tiga temannya yang saat itu memperkosa siswi SD berinisial W.
Orangtua W juga memastikan hal itu setelah hasil pelacakan dari pihak SMPN 1 Sukodono tidak menemukan siswi inisial P yang dimaksud.
“Memang di sini ada 4 siswi berinisial P tapi tidak ada yang seperti yang dimaksud itu. Karena SMPN 1 Sukodono juga lokasinya di Tisan, sehingga kemarin sempat beredar kabar kalau pelakunya dari SMPN 1 Sukodono. Padahal tidak ada siswa kami dan siswi yang dimaksud itu,” papar salah satu guru SMPN 1 Sukodono, S. Jadi saat memberikan keterangan kepada orangtua korban.
Jadi menyampaikan apresiasi atas klarifikasi yang disampaikan orangtua korban dan hal itu diharapkan bisa membersihkan nama SMPN 1 Sukodono yang sebelumnya sempat jadi tertuduh.
Bahkan gegara kabar itu, Kasek dan guru sempat diklarifikasi oleh bupati hingga kepala dinas. Dengan sudah ada pernyataan bukan dari SMPN 1 Sukodono, hal itu membuat lega pihak sekolah.
“Kebetulan SMPN 1 sukodono bulan depan maju sekolah Adi Wiyata tingkat nasional dan jadi satu-satunya SMP yang maju Adi Wiyata tingkat nasional dari Utara Bengawan. Jangan sampai nanti terpengaruh oleh informasi yang tidak benar dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Dengan begini, semua sudah jelas bahwa pelakunya bukan dari SMPN kami,” tandasnya.
Seperti diberitakan, aksi bejat ketiga siswa SMP itu dilakukan di sebuah balai desa di wilayah Kecamatan Sukodono pada 12 Desember 2020 sekitar pukul 14.00 WIB.
Informasi yang dihimpun, awalnya W diajak oleh temannya bernama P (14) seorang siswi kelas IX untuk bermain di balai desa.
Untuk meyakinkan W agar mau diajak ke balai desa, P memberi iming-iming diajak jajan.
Namun sesampainya di lokasi, ternyata di sana sudah ada tiga orang laki-laki yang juga masih duduk di bangku SMP.
“Korban pun langsung diajak masuk ke dalam kamar mandi. Di sana mereka melakukan tindakan yang tidak sepantasnya dilakukan,” papar pengacara korban dari LBH Mawar Saron Solo, Andar Beniala Lumbanraja kepada wartawan, Jumat (26/2/2021) silam.
Diperkosa di Kamar Mandi Balai Desa
Andar menjelaskan, di dalam kamar mandi balai desa itu, P melakukan hubungan seks dengan dua orang siswa SMP temannya.
“Sedangkan W dipaksa untuk melakukan hubungan s3ks juga dengan salah satu pria teman si P,” ucapnya.
Andar mengaku belum bisa mengungkap inisial dari para pelaku di toilet atau kamar mandi kantor desa.
”Anak ini baru pertama kali bertemu anak-anak tersebut sehingga tidak tahu namanya. Sementara P saat ini belum menyampaikan,” imbuhnya.
Insiden perkosaan beruntun yang menimpa W itu terungkap ketika orangtua bocah berinisial W (9), D (34) curiga pada saat hari jahanam itu anaknya pulang tak mengenakan celana dalam.
Setelah anaknya pulang tanpa mengenakan celana dalam itu, D menuturkan putrinya itu mendadak mengalami demam hebat.
“Setelah kejadian itu, bulan Desember kemarin, anak saya mengalami panas tinggi. Saya kira dia terkena Covid-19, lalu saya bawa ke Puskesmas setempat,” paparnya.
Sesampainya di puskesmas, ayah korban diminta petugas Puskesmas untuk lapor ke kantor polisi.
“Saya kaget kenapa malah disuruh lapor ke kantor polisi. Ternyata saya diberitahu bahwa anak saya sudah tidak perawan dan robek searah jarum jam 6,” katanya.
Hal itu diketahui berdasarkan hasil visum yang dilakukan pihak puskesmas.
Akhirnya, D mendesak dan korban mengaku telah diperkosa oleh seorang oknum guru silat yaitu S (38) pada 10 November 2020 lalu.
“Saya langsung melaporkan kejadian ini ke Polres Sragen akhir Desember lalu,” ujarnya.
Dari informasi yang didapat, W diperkosa S di sebuah rumah kosong. Sebelumnya, S sempat mengajak W untuk menonton video porno dan setelah itu korban diperkosa oleh S.
Ayah W, yakni D, menjelaskan bahwa saat kejadian, putri kecilnya itu tak bisa melawan lantaran kedua tangannya diangkat.
“Bagian ulu hati anak saya juga digencet oleh si pelaku. Bahkan pelaku mengancam akan memukul korban jika menceritakan kejadian ini kepada siapa pun,” ujarnya kepada wartawan.
Pelaku kemudian membuang celana dalam korban ke kakus. Lantas korban pulang dengan keadaan tidak memakai celana dalam.
Di bagian akhir, Andar mendesak Polres Sragen supaya pelaku segera ditahan dan tidak berkeliaran.
“Yang kami takutnya adalah pelaku mengulangi tindakan bejatnya dan bisa ada korban lain,” terang Andar.
Menurutnya, hasil visum sudah cukup kuat untuk dijadikan bukti dan menjerat pelaku.
“Seharusnya dari visum itu sudah bisa untuk menjerat pelaku,” tegasnya.
Sayangnya, Polres Sragen belum melakukan penahanan pelaku pemerkosaan berinisial S (38) di Kecamatan Sukodono pada 10 November 2020 lalu. Pun dengan tiga siswa SMP serta siswi P yang terlibat perkosaan dan pesta s3ks terhadap W juga belum ada kejelasan dari pihak aparat. Wardoyo
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.














