MAKASSAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Polisi telah mengungkap dua pelaku bom bunuh diri yang melancarkan aksinya di Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3/2021) lalu. Kedua pelaku diidentifikasi sebagai L dan YSF, pasangan suami istri yang baru menikah selama enam bulan.
Polisi pun telah menggeledah rumah kontrakan yang menjadi kediaman pasangan tersebut yang berlokasi di Jalan Tinumbu I Lorong 132, Kelurahan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala, Kota Makassar.
Sejumlah fakta pun terungkap seputar sosok L, pria pelaku bom bunuh diri, berdasarkan keterangan dari polisi dan juga tetangga di sekitar tempat tinggalnya.
Menurut Ketua RW 1 Kelurahan Bunga Ejaya, Hamka, warga sekitar semula tidak menyangka jika pelaku bom bunuh diri adalah tetangga mereka. Namun warga akhirnya yakin setelah polisi menyebut daerah tempat tinggal pelaku dan mengumumkan pria berinisial L.
“Tidak ada yang menyangka. Kami kira cuma ikut pengajian-pengajian saja. Ternyata pas ada berita bilang kalau dia (pelaku) warga sini, inisial L, di situ kami langsung tahu kalau itu Lukman dan istrinya,” ujar Hamka.
Hamka mengenal pelaku sebagai seorang yang penyabar. Ia pun mengaku cukup kenal dengan keluarga L. Diungkapkannya, L telah menjadi anak yatim sejak usia 5 tahun setelah sang ayah meninggal dunia.
L semula tinggal bersama dengan ibu dan adik perempuannya. Namun sikap L mulai berubah saat dia memutuskan berhenti kuliah.
“Dia kuliah dekat sini, tapi saya lupa kampus apa. Dia tiba-tiba mau berhenti. Saya kasihan sama ibunya, karena dia tidak mau dilarang,” ungkap Hamka.
“(Sikapnya) berubah. Dia sering pulang malam. Terus sudah tidak mau bergaul sama warga di sini. Dulu memang pendiam, tapi masih mau kumpul,” lanjutnya.
Perubahan lainnya yang dirasakan Hamka adalah setelah L dikabarkan sudah menikah secara siri. Usai beristri L disebut menjadi semakin keras dan sering menegur ibunya jika melakukan ritual adat, seperti barasanji.
“Tiba-tiba menikah. Tidak tahu orang mana (istrinya). Kami tidak tahu karena tidak menikah lewat pemerintah tapi menikah siri,” kata Hamka.
“Dia selalu menegur orangtuanya kalau barasanji, katanya bid’ah, tidak boleh. Dia juga tidak mau makan ayam atau sapi kalau bukan dia sendiri yang potong,” tuturnya.
Setelah menikah, L sering berselisih dengan ibunya, hingga akhirnya L bersama istrinya, YSF memutuskan untuk pindah rumah. “Sudah pindah di lorong sebelah, yang tadi digerebek itu. Bahkan ada 5 peluru,” tambah Hamka.
Pascainsiden bom bunuh diri, Hamka mengaku warga tidak ada yang membenci keluarga pelaku. Sebaliknya, mereka justru merasa iba dengan ibu dan adik perempuan L.
Hamka pun mengatakan pihaknya telah mengingatkan warga sekitar untuk lebih mengawasi pergaulan anak-anak mereka sehingga hal serupa tidak kembali terjadi.
“Kami sudah minta warga untuk terus mengawasi pergaulan anak-anak mereka. Jangan sampai terjadi hal yang sama. Kasihan ibunya, jualan di warung cuma dibantu adik perempuannya. Semoga ini yang terakhir,” pesan Hamka.
Sementara itu, polisi yang telah menggerebek rumah kontrakan L menemukan adanya surat wasiat yang ditujukan kepada orangtuanya. Dalam suratnya, L mengatakan pamit dan siap untuk mati syahid.
“Saudara L ini sempat meninggalkan surat wasiat kepada orangtuanya. Isinya mengatakan bahwa yang bersangkutan berpamitan dan siap untuk mati syahid,” ujar Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, Senin (29/3/2021).