SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bencana tanah amblas yang menggerus empat rumah warga di Dukuh Gabusan, Desa Tangkil, Kecamatan Sragen, memantik empati dari aparat dan warga setempat.
Pagi tadi, Senin (1/3/2021), jajaran TNI melalui Koramil dan Babinsa, Polri, BPBD, DPUPR hingga Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) bergerak bersama-sama melakukan upaya penanganan.
Mereka bergotong-royong melakukan kerja bakti untuk membangun talud penahan guna mencegah agar longsor tak makin meluas.
Menariknya, penanganan tidak menggunakan alat berat atau eskavator. Melainkan menggunakan ban mobil bekas sebagai medianya. Sasarannya adalah di bantaran empat rumah yang sebagian sudah amblas akibat diterjang banjir bandang Sungai Mungkung dan Garuda pekan lalu.
Empat rumah warga terdampak longsor diantaranya milik Saino (60), Sukidi, (59), Supri (40) dan Suyadi (45).
Danramil Sragen Kota, Kapten Cba. Sugiyono saat ditemui dilokasi menyampaikan gotong royong itu digelar sebagai bentuk karya bakti penanggulangan secara cepat bencana tanah longsor yang terjadi di Desa Tangkil.
Menurutnya langkah cepat harus dilakukan agar longsoran tidak makin meluas dan memakan banyak pekarangan atau permukiman warga lainnya.
Hal itu juga untuk mengurangi dampak psikis kecemasan warga di tepi bantaran yang belakangan was-was gegara munculnya retakan dan longsoran.
“Sehingga keresahan masyarakat yang setiap malam tidak bisa tidur karena takut tanahnya gerak. Dan longsor ini segera kita tanggul penanganan yang lebih cepat. Pagi ini ada 130 orang lebih baik dari personil Kodim 0725 Sragen, BPBD, Balai Besar, DPU, ada sedulur PSHT, Linmas, Polisi, masyarakat sekitar,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM .
Kapten Sugiyono menjelaskan penanganan tanah longsor di kampung Gabusan, Tangkil, Sragen memang dilakukan secara manual tidak dengan alat berat.
Hal itu dikarenakan kondisi tanah yang masih gerak dan sangat berpotensi longsor yang lebih parah. Selain itu ban bekas diyakini memiliki kekuatan yang lebih dalam menahan terjangan abrasi dan lebih hemat dari segi biaya.
“Kita tidak mengunakan alat berat, karena tanah masih gerak dan sangat beresiko jika mengunakan alat berat. Sehingga kami putuskan dengan manual saja baik perataan tanah, pemancangan bambunya juga. Ini lebih murah, pengerjaan lebih simpel dari pada mengunakan bronjong,” terang Danramil.
Menurutnya masyarakat juga sudah sangat paham betul keawetan tanggul mengunakan ban bekas. Untuk pembuatan tanggul tersebut, Danramil menyampaikan sudah ada sekitar 800 ban bekas dari kebutuhan hampir 1.600 ban bekas.
Sementara, Kades Tangkil, Suyono mengapresiasi gerak cepat dan kesigapan aparat gabungan dalam menangani persoalan bencana di wilayahnya.
Menurutnya hampir setiap hari dirinya bersama Bhabin, Babinsa dan Danramil Sragen Kota selalu melakukan pengawasan terus di lokasi tanah longsor. Hal itu dimaksudkan untuk memantau dan mengantisipasi hal-hal tak diinginkan sembari menunggu penanganan.
“Kami salut dan berterimakasih kepada semua pihak dan aparat. Beliau benar-benar langsung turun ke lapangan biar malam pagi dan siang selalau mantau, kemarin kita tanam bambu dulu biar tidak longsor. Kemarin dari BPBD dan Balai Besar kita dikasih terpal yang fungsinya untuk menutup tanah yang longsor itu,” ujarnya.
Suyono juga membenarkan jika pelaksanaan perbaikan ini tidak mengunakan alat berat dengan alasan keselamatan. Ia berharap apa yang sudah dilakukan itu bisa menekan potensi longsor dan memberikan keamanan bagi warga terutama yang tinggal di bantaran sungai.
Untuk penanganan talud tanah longsor di Desa Tangkil, Sragen diperkirakan membutuhkan waktu 10 hari ke depan. Sasaran pengerjaan adalah talud sepanjang 85 meter dan kedalaman hampir 10 meter dengan mengunakan ban bekas, tali kawat dan kawat ram. Wardoyo