SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Proyeksi krisis energi menjadi menjadi ancaman tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga dunia. Cadangan energi konvensional berupa minyak, gas, dan batu bara diprediksi akan habis 50 tahun ke depan.
Dalam hal ini, Front Pemuda Madura (FPM) mengajak kaum muda memikirkan solusi strategis tentang permasalahan tersebut. Melalui diskusi yang dilaksananakan secara daring, Senin (19/4/2021), diharapkan mendapatkan solusi dari permasalahan tersebut.
Sekretaris Jenderal FPM, Muchlas Samorano mengungkapkan, melalui diskusi bertajuk “Pemuda dan Agenda Energi 2021: Sinergi Mengawal Prospek Ketahanan Nasional” tersebut, terungkap bahwa krisis energi sangat mungkin terjadi di tengah kenyataan bahwa sumber energi konvensional terus berkurang.
“Sementara, kita tahu, kebutuhan energi alam negeri dari waktu ke waktu terus meningkat. Cadangan energi dalam negeri masih terlalu banyak bergantung pada energi tak terbarukan berupa fosil dan sejenisnya,” urainya.
Muchlas menambahkan, trayek ketahanan energi nasional mesti segera mengganti skema tersebut. Kenyataan berkurangnya cadangan energi konvensional mesti menjadi momentum untuk energi alternatif yang baru terbarukan.
“Energi baru terbarukan (EBT) menjadi keniscayaan untuk menunjang ketahanan dan kemandirian energi nasional. Jadi, selain eksplorasi dan eksploitasi sumber energi fosil, kita mesti menemukan, mengelola, dan menggunakan energi baru terbarukan,” tukasnya.
Sementara itu, hadir sebagai pembicara Ketua DPC GMNI Yogyakarta, diwakili Sekretaris Umum, Jaka Herlambang, Ketua Cabang PMII DI Yogyakarta, Yanju Sahara, dan Ketua Umum HMI Cabang Yogyakarta diwakili Sekretaris Umum, Nadhruna’im Abdillah. Kegiatan itu diikuti oleh 70-an lebih partisipan yang notabene adalah kalangan pemuda, OKP, mahasiswa, hingga akademisi. Prihatsari