Beranda Daerah Karanganyar Berkah Jual Bakso 3000 di Masa Pandemi, Bermula dari Modal Rp 100.000...

Berkah Jual Bakso 3000 di Masa Pandemi, Bermula dari Modal Rp 100.000 dapat Ozet Setengah Juta Per Hari

Bakso 3.000 yang menjadi favorit di Alun-alun Karanganyar / Foto: Lulun Safira Nurzilla

KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Efek Pandemi Covid-19 yang terjadi mulai awal tahun 2020 di Indonesia merambah pada semua bidang.

Tak hanya bidang pendidikan yang mengharuskan sekolah dilakukan secara daring, namun pandemi juga berdampak kuat pada kondisi dan kegiatan ekonomi masyarakat.

Para Pedagang Kaki Lima (PKL) terpaksa harus memutar otak agar tetap dapat bertahan dalam kondisi Pandemi. Hal itulah yang melatarbelakangi Lisa(48) untuk menggagas ide tagline Bakso 3.000 miliknya.

Usaha ini Lisa mulai ketika awal-awal pengumuman lockdown pada akhir Maret 2020. Lisa menceritakan, usaha baru bakso 3.000 daging ayam miliknya itu, pada awalnya hanya bermodalkan uang Rp 100.000 saja, ditambah dengan sebuah gerobak sewaan.

”Dulu saya hanya bermodal Rp 100.000. Jumlah itu hanya cukup untuk bikin adonan bakso dan mie. Ya dari uang segitu gimana caranya dicukup-cukupkan,” ujar Lisa kepada JOGLOSEMAR.NEWS Senin (5/4/2021).

Namun permasalahan datang ketika ada anjuran #dirumahaja serta dilakukannya patroli dari pihak Satpol PP. Hal ini yang membuat Lisa tidak dapat berjualan di Alun-Alun Karanganyar.

Pada saat itu, Lisa memutuskan untuk berjualan di halaman rumahnya sembari memanfaatkan layanan Gofood untuk dagangan bakso 3.000 miliknya.

“Rumah saya kan di belakang Setda. Tapi saya juga calling-calling dengan Satpol PP, mereka jadwalnya keliling jam berapa, ternyata jam 10. Saya ya ibaratnya nggak jualan dulu di jam itu,” terang Lisa.

Baca Juga :  Kesbangpol dan IPARI Karanganyar Gelar Pembinaan Kerukunan Umat Beragama

Namun kini Lisa mengucap syukur ketika bakso 3.000 miliknya menjadi salah satu kuliner yang digemari di Alun-Alun Karanganyar.

Pasalnya, omzet per hari yang diperoleh Lisa bisa mencapai Rp 500.000. Sebagai orang tua tunggal sekaligus tulang punggung keluarga, ia bersyukur dagangannya dapat mengantarkan anaknya hingga bangku kuliah.

Sebenarnya, perjalanan hidup Lisa cukup berliku, sebelum akhirnya menjadi penjual bakso tersebut. Lisa sempat menjadi tukang parkir perempuan di kawasan Alun-alun Karanganyar, sebelum akhirnya banting setir menjadi penjual bakso.

Pekerjaan ini ia lakukan setelah suaminya meninggal dan ia dituntut menjadi tulang punggung keluarga.

“Dulu kan nggak ada tukang parkir perempuan. Lagian teman-teman saya kalau tau saya mereka ngasih uang lebih karena kasihan. Tapi lama-lama saya berpikir, anak saya sudah beranjak dewasa mesti malu punya ibu tukang parkir” tutur Lisa.

Di balik berkah usaha yang diterima Lisa, terdapat pula harga yang harus dibayar. Lisa pernah mendapat protes karena dituduh menganggu kenyamanan.

Selain itu pada masa awal merintis usaha bakso 3.000, ia diharuskan mengganti gerobak sewaannya yang rusak tertabrak truk. Beruntung saat kejadian itu Lisa tengah berada di dalam rumah dengan gerobak yang terparkir di depan rumahnya. Sehingga ia tidak ikut menjadi korban.

“Subuh-subuh parkir di depan rumah ditabrak truk. Habis. Padahal dulu waktu event besar di Karanganyar dua minggu saya nggak bisa jualan. Padahal itu rezeki. Tapi saya kembalikan, saya ambil hikmahnya,” ujar Lisa.

Baca Juga :  Kesbangpol dan IPARI Karanganyar Gelar Pembinaan Kerukunan Umat Beragama

Saat ini dagangan bakso Lisa tidak hanya menjual bakso 3.000 saja. Melainkan sudah berkembang lebih banyak varian.

Antara lain bakso telur puyuh, bakso urat, hingga bakso tetelan. Namun Lisa menegaskan ciri khas bakso miliknya tetap bakso 3.000.

Lisa berjualan di alun-alun Karanganyar mulai pukul 10.00 sampai 21.00 WIB. Kadang sebelum pukul 21.00 bakso yang ia jual ludes terjual. Lisa berharap ke depannya ia dapat membuka cabang baru untuk bakso 3.000 miliknya.

“Ya harus menjadi lebih baik. Seperti doa panjenengan tadi, insyaallah bisa buka cabang. Tapi kalau saya itu tetep bisa berharap seperti itu,” harap Lisa. Lulun Safira Nurzilla