Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Mete Wonogiri Masih Jadi Primadona Puasa dan Musim Lebaran, Begini Cara Membelinya di Tengah Pelarangan Mudik oleh Pemerintah

Mete Wonogiri. Foto : Dok. Humas Pemkab Wonogiri

 

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM –Kabupaten Wonogiri sering disebut sebagai Kota Mete. Sangat beralasan, mengingat memang Wonogiri dikenal sejak dulu sebagai salah satu sentra mete di tanah air.

Di daerah yang berbatasan dengan Jatim, DIY, dan Samudra Indonesia itu, ada puluhan ribu hektare lahan tanaman mete dibudidayakan petani. Pun pengepul serta pedagang mete tersebar di kabupaten ujung tenggara Provinsi Jateng tersebut.

Sebelum datangnya pageblug alias pandemi COVID-19, membeli mete sangat mudah. Pemudik yang pulang kampung baik saat puasa maupun Lebaran, tinggal menuju lokasi penjualnya, tinggal sebut berapa banyak yang dimauai, lantas mete sudah siap dibawa pulang.

Namun pemandangan seperti ini tidak bisa dijumpai saat puasa maupun Lebaran tahun ini. Pasalnya pemerintah melarang mudik khususnya di luar daerah aglomerasi.

Tapi tak perlu khawatir. Mete tetap bisa dinikmati bersama kopi atau teh usai berbuka. Mete Wonogiri juga bisa dicamil ketika Lebaran tiba nanti.

Caranya? Apalagi kalau bukan perdagangan online. Tinggal pilih melalui marketplace, medsos langsung atau japri ke penjualnya. Mete yang diidam-idamkan siap segera meluncur ke atas meja anda, tentu saja melalui jasa pengiriman barang.

Tidak perlu khawatir kehabisan stok, setiap ada toko makanan kecil maupun pusat oleh-oleh, dipastikan ada tumpukan mete siap dibawa pulang. Tengok saja ke Pasar Kota Wonogiri. Di pasar terbesar se-Wonogiri itu, bakal ditemui deretan kios menjajakan mete. Salah satunya yang terkenal adalah Kios Mbah Darmo di lantai dasar.

Bergeser ke timur sedikit, di pinggir Jalan Raya Wonogiri-Ngadirojo kilometer 3, ada Kios Mete Jati Rasa. Tepat di sisi selatan jalan provinsi itu. Secara administratif masuk wilayah Desa Bulusulur, Kecamatan Wonogiri.

Lanjut ke timur lagi di Kecamatan Ngadirojo, ada pusat oleh-oleh Alami Sayang. Lokasinya juga berada di pinggir Jalan Raya Wonogiri-Ngadirojo. Tersedia rumah makan menu masakan jawa komplit yang bisa dinikmati secara prasmanan. Fasilitas lain ada mushola, belasan toilet, hingga ruang pertemuan.

Masih di Kecamatan Ngadirojo, tepatnya di Dusun Tukluk Desa Kerjo Lor, ada sentra industri mete Bu Syamsiyah. Tempat ini juga melayani pembelian secara grosir, meskipun untuk pembelian eceran tetap dilayani. Lokasinya berada di pinggir Jalan Raya Ngadirojo-Sidoharjo dan ada papan nama besar sebagai petunjuknya.

Tercatat paling tidak ada 500-an pedagang dan pengepul mete di Wonogiri. Paling banyak berada di Kecamatan Ngadirojo dan Jatisrono. Dua kecamatan ini pula yang menjadi lokasi budidaya mete terbesar di daerah itu.

Soal harga, saat ini memang terbilang naik. Bisa mencapai Rp 125 ribu per kilogram untuk kualitas super. Kualitas di bawahnya bisa dibeli dengan selisih Rp 5000 dalam kondisi mentah, dan selisih Rp 10 ribu saat sudah siap santap.

Tingginya harga mete ini salah satu penyebabnya adalah proses mengolahnya yang cukup lama. Mulai dari panen, pengupasan, pengeringan, penyimpanan, hingga penggorengan. Di samping itu hasil panen mete juga tergantung cuaca. Faktor lainnya adalah permintaan yang tinggi di saat puasa atau Lebaran.

Salah satu pedagang, Solikhah, Selasa (13/4/2021) mengatakan, mete yang diambil dari tingkat pengepul, adalah mete hasil panen sebelumnya. Jadi merupakan mete simpanan dari dalam gudang. Kendati demikian kualitas tidak perlu diragukan. Sebab, hanya mete berkualitas baiklah yang akan mampu tahan lama jika disimpan.

Sementara informasi yang diperoleh dari Pemkab Wonogiri, ada 41.935 petani mete di Wonogiri. Total produksi per tahun sekitar 10 ribu ton. Sedangkan luas areal tanaman mete sekitar 20.652 hektare. Jumlah rata-rata per hektare 693 kilogram gelondong kering. Aris

Exit mobile version