SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kabar duka menghampiri Sragen. Kepala Desa Sambirejo, Kecamatan Sambirejo, Suparjo meninggal akibat terpapar virus Corona atau Covid-19, Jumat (21/5/2021) dinihari.
Selain terpapar virus Corona, ternyata juga diketahui memiliki sederet penyakit penyerta atau komorbid. Bahkan saking sakitnya, Suparjo sempat membuat video kesaksiannya dan kemudian viral.
Kepala Puskesmas Sambirejo, Wisnu Retnaningsih mengatakan almarhum Kades Jojon memang memiliki beberapa penyakit penyerta.
Di antaranya, hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan post operasi batu empedu.
“Beliau memang positif PCR. Tapi juga ada beberapa penyakit komorbidnya,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (21/5/2021).
Kades yang akrab disapa Jojon itu mengembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 02.00 WIB di RSI Amal Sehat Sragen.
Ia meninggal saat menjalani perawatan usai dinyatakan positif dari hasil swab PCR dua pekan silam.
Suparjo terpapar karena sempat kontak erat dengan salah satu warga yang positif dari klaster masjid di Dukuh Garit, Desa Sambirejo dua pekan lalu.
“Beliau memang positif PCR dan meninggal saat menjalani perawatan di RSI Amal Sehat Sragen,” urai Wisnu.
Camat Sambirejo Didik Purwanto membenarkan kabar duka tersebut.
“Betul, Pak Suparjo meninggal sekitar pukul 02.00 WIB dini hari tadi. Saat meninggal, beliau masih dalam perawatan di RS Amal Sehat,” paparnya dihubungi wartawan.
Camat mengatakan Suparjo dirawat di rumah sakit usai terkonfirmasi positif covid-19. Sempat dirawat di RSUD dr Soeratno Gemolong, karena kondisinya memburuk, Suparjo kemudian minta dirujuk ke RS Amal Sehat Sragen.
Ia masuk menjalani perawatan di rumah sakit sejak Jumat (7/5/2021) silam.
Menurutnya, Suparjo diduga terpapar dari klaster tarawih yang sempat merebak di Desa Sambirejo.
Saat itu, Suparjo sempat berinteraksi dengan salah satu tetangga yang belakangan diketahui positif.
“Dugaan iya terpapar dari klaster tarawih, pada saat itu sempat ada interaksi dengan salah satu orang di antara yang klaster itu,” jelasnya.
Didik mengatakan, Suparjo memang memiliki beberapa penyakit penyerta (komorbid) yang diduga turut membuat kondisinya memburuk. Penyakit tersebut di antaranya sakit jantung.
Didik berpesan agar kejadian ini menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih menaati protokol kesehatan demi mencegah penularan Corona.
Meninggalnya Kades diharapkan bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk senantiasa waspada dan tak mengabaikan Corona.
“Semoga ini membuat masyarakat semakin berhati-hati. Bahwa Corona in memang ada, masyarakat nggak boleh mengabaikan,” imbuhnya.
Sebelumnya, saat awal-awal dirawat setelah dinyatakan positif Covid-19, Suparjo sempat membuat video kesaksian. Dalam video berdurasi 43 detik itu, ia sempat menangis merasakan sakit luar biasa.
Ia juga meminta doa dan dukungan agar diberi kesembuhan. Dalam video yang kemudian viral itu, sembari menangis sesenggukan, Suparjo juga berpesan kepada masyarakat agar tidak menyepelekan covid-19 karena betul-betul ada dan sakitnya luar biasa.
Masih dengan infus di tangan, Suparjo meminta doa untuk kesembuhannya.
“Selamat pagi teman-teman semuanya, Covid betul-betul ada. Jangan sepelekan Covid. Saya yang merasakan. Hari ini, pagi ini, saya sudah tidak merasakan apa-apa,” ujar Suparjo dalam video tersebut.
“Minta doanya teman-teman semuanya untuk kesembuhan saya. Sakitnya luar biasa. Jangan sepelekan Covid. Semangat, semangat, semangat. Jangan sepelekan Covid. Covid ada teman-teman semuanya. Aku minta doa untuk kesembuhan saya. Terimakasih,” pungkasnya
Video itu dikirimkan oleh Suparjo ke beberapa kolega termasuk teman-teman sesama kepala desa. Salah satunya ke Kades Bedoro, Kecamatan Sambungmacan, Prihartono.
Menurut Prihartono, video tersebut merupakan satu di antara banyak video yang dikirimkan oleh Suparjo kepadanya. Sebagai teman baik sesama Kades, Prihartono mengaku sering berkontak baik melalui pesan WhatsApp maupun videocall sejak Suparjo menjalani perawatan akibat terpapar Corona.
“Video tersebut dikirimkan di hari kedua beliau menjalani perawatan. Di situ beliau menceritakan rasa sakit luar biasa yang dideritanya,” kenangnya saat dihubungi JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (21/5/2021).
Prihartono menyebut Suparjo memang mengeluhkan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Menurutnya, rasa sakit itulah yang membuat Suparjo menangis sesenggukan di sepanjang video.
“Itu menangis karena menahan sakit yang luar bisa. Sejak kena Covid ini memang selalu mengeluh sakit di bagian dada, tulang juga sakit semua dan batuk,” jelasnya.
Pengalaman rasa sakit itulah yang memicu Suparjo kemudian meminta masyarakat agar tidak menyepelekan Corona. Karena memang beberapa waktu terakhir, lanjut Prihartono, masyarakat cenderung abai dengan protokol kesehatan.
“Beliau meminta masyarakat untuk tidak menyepelekan, karena Covid itu betul-betul ada,” terangnya.
Prihartono melihat sosok Suparjo sebagai kepala desa yang selalu mengutamakan pelayanan kepada masyarakat. Bahkan Suparjo harus terpapar Corona saat aktif turut membantu tracing klaster tarawih yang sempat terjadi di Desa Sambirejo.
“Sosok yang luar biasa dalam melayani masyarakat. Kemarin kenanya pun mengantarkan orang yang tracing klaster tarawih itu. Sampai meninggalnya pun beliau dalam posisi berjuang untuk masyarakat,” kata dia.
“Akhir-akhir ini sering banget ikut serta membangun masjid di desanya. Ini atas keinginan warga, jasad beliau dimakamkan di depan masjid yang dibangun beliau,” imbuhnya. Wardoyo