![IMG-20210510-WA0063](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2021/05/IMG-20210510-WA0063.jpg?resize=370%2C278&ssl=1)
![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2021/05/IMG-20210510-WA0063.jpg?resize=370%2C278&ssl=1)
BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sampai pada H-3 Lebaran, harga daging sapi di pasar tradisional di Boyolali merangkak naik.
Sebelumnya, harga daging sapi berkisar Rp 120.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp 130.000.
Namun demikian, para pedagang mengaku pembeli sepi. Hal ini terjadi setelah adanya larangan mudik oleh pemerintah.
Dampaknya penjualan lesu lantaran pembeli daging para perantau lebih banyak dibanding warga lokal.
“Ya, selama ada larangan mudik dari pemerintah ini, pembeli daging hanya dari warga lokal. Mereka beli juga tidak banyak, tidak seperti warga dari perantau,” kata Sukardi (49) pedagang daging sapi di Pasar Kota Boyolali, Senin (10/5/2021).
Menurut dia, berkurangnya pembeli daging, juga disebabkan isu Covid-19 yang hingga saat ini belum segera selesai. Warga pun kini lebih menghemat uangnya untuk keperluan lainnya.
Bahkan, banyak yang beralih ke daging ayam karena lebih murah.
Kenaikan daging sapi tersebut, kata dia, sudah menjadi tradisi saat menjelang Lebaran tiba.
“Sebenarnya pada H-4 kemarin sudah mulai naik. Sebelum naik kemarin juga sepi pembeli, pembeli hanya satu dua orang saja, tidak sebanyak tahun- tahun yang lalu,” ujarnya.
Pedagang lainnya, Partini (52) mengaku, harga daging naik bertahap. Saat memasuki Ramadan harga daging sapi di pasar Boyolali Kota Rp 110.000 per kilogram, kemudian di pertengahan puasa menjadi Rp 115.000.
“Naiknya sedikit dikit, ya sekarang mendekati lebaran ini Rp 130.000.Tapi pembeli masih sepi juga,” ujarnya.
Para pedagang pun berharap isu Covid 19 ini segera berakhir. Harapannya, perekonomian masyarakat akan kembali normal seperti sebelumnya.
“Ya, kalau normal tentunya jual beli di pasar juga lancar. Pedagang seperti kami juga kecipratan rezeki,” katanya. Waskita