JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Beberapa rumah sakit yang ada di bawah Muhammadiyah mengaku sudah kewalahan menghadapi lonjakan pasien Covid-19 dalam beberapa hari terakhir ini.
Sebagaimana diketahui, selama tiga minggu terakhir, ledakan kasus baru Covid-19 mencapai rekor di atas 20.000 kasus per hari.
Layanan instalasi gawat darurat (IGD) di hampir semua rumah sakit di Pulau Jawa tak mampu menampung seluruh pasien kritis Covid-19 yang terus berdatangan. Akibatnya, beberapa pasien kritis meninggal dunia karena tidak adanya penanganan.
Menanggapi hal itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binasar Panjaitan, mengaku bahwa dirinya tidak menyangka fenomena lonjakan itu bakal terjadi.
Sebelumnya, Muhammadiyah sempat mendesak pemerintah untuk melakukan lockdown. Namun akhirnya pemerintah menetapkan Pemberlakukan Pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat yang berlaku per 3 Juli 2021.
Wakil Ketua Bidang Layanan Kesehatan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), dr. Aldila S. Al Arfah, mengungkapkan bahwa RS Muhammadiyah kewalahan menghadapi ledakan angka pasien.
Aldila mengungkapkan bahwa ketersediaan tempat tidur rumah sakit sangat terbatas dan hampir penuh.
Banyak rumah sakit yang mengalami kesulitan dalam melakukan pelayanan. Hal itu dapat dilihat dari dimulainya pendirian tenda-tenda darurat, kehabisan stok tenda, hingga IGD yang meluap.
Sejak 5 Maret 2020, Muhammadiyah telah melibatkan 86 rumah sakit di bawah yayasannya di seluruh Indonesia untuk menangani pandemi.
Belakangan ini, tenaga kesehatan aktif tidak sebanding dengan jumlah pasien Covid-19 yang memerlukan perawatan. Hal itu terjadi karena banyak tenaga kesehatan yang juga terpapar virus.
Rata-rata pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit saat ini adalah yang membutuhkan partial care dan total care. Hal itu membuat tenaga medis kewalahan. Meskipun bangsal baru dibuka untuk pelayanan, dalam sekejap akan terisi penuh.
“Bahkan ada pasien yang mengantre di depan IGD, bahkan menunggu di dalam mobil karena tidak ada tempat,” ungkap Aldila seperti dikutip Tempo dari laman Muhammadiyah, Senin (5/7/2021).
Selain kelangkaan tempat di rumah sakit bagi pasien Covid-19, kelangkaan oksigen juga menjadi permasalahan utama.
Pihak rumah sakit sudah mencoba menyampaikan hal itu kepada pemerintah sebagai bentuk manajemen risiko. Sayangnya, respon yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan.
Aldila mengatakan bahwa Rumah Sakit Muhammadiyah tetap akan berupaya meningkatkan kapasitas pelayanan. Sejalan dengan prinsip itu, ia berharap agar pemerintah dapat bekerja sama dengan rumah sakit agar rumah sakit tetap berjalan sesuai fungsinya.
“Sayangnya, biaya operasional perawatan pasien Covid-19 masih banyak yang belum dibayar pemerintah,” ia menuturkan.
Jika lonjakan seperti ini tidak dibarengi dengan kebijakan yang konsisten, Muhammadiyah Covid-19 Command Center memproyeksikan, rumah sakit mau tak mau harus melakukan triage bencana.
Triage bencana adalah teknik penilaian dan pengklasifikasian tingkat kegawatan korban bencana. Penyelamatan pasien akan dilakukan berdasarkan tingkat peluang bertahan hidup.