Beranda Daerah Karanganyar Kenangan Sosok Ki Manteb Sudarsono. Tiga Tahun Bersitegang dengan Anak, Sebelum Akhirnya...

Kenangan Sosok Ki Manteb Sudarsono. Tiga Tahun Bersitegang dengan Anak, Sebelum Akhirnya Masuk Islam dan Semeleh

(Alm) Ki Manteb Sudarsono / Dok Joglosemarnews

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM Dalang kondang, Ki Manteb Sudarsono yang baru saja dipanggil menghadap sang khalik ternyata punya kenangan yang unik selama hidupnya.

Bagaimana tidak, ia pernah bersitegang dengan anak bungsunya yang saat itu masih kelas 3 SD. Dari penelusuran dokumen JOGLOSEMARNEWS.COM , sang Dalang akhirnya tak kuasa menghadapi kekuatan hati sang anak, Danang.

Suatu ketika, di hadapan jemaah Masjid Al A’raaf dalam sebuah peringatan Nuzulul Quran di  Gentan, Baki, Sukoharjo, Ki Manteb pernah berkisah.

Ia berkisah, saat dirinya tengah duduk termenung di teras rumahnya di Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar, anaknya yang saat itu masih duduk di bangku SD kelas III berjalan kaki di pematang sawah.

Bersama teman sebayanya, Danang hendak menjalankan salat Jumat di desa tetangga yang berjarak 3 kilometer dari rumah.

Melihat itu, seniman yang saat itu sudah berusia 63 tahun mengaku terenyuh. Lain waktu ia menghampiri putranya itu sembari menyarankan agar naik mobil saja biar tidak kepanasan untuk salat Jumat.

Tak dinyana, niat baiknya itu ditampik. Anaknya biar jalan jauh ke masjid tak apa, pahalanya banyak. Ia mau naik mobil asal ayahnya ikut salat. Jawaban itu  terus membayanginya.

Demi anaknya dari buah perkawinan dengan Almarhumah Srisuwarni itu, ia berniat membangun masjid di dekat rumahnya. Namun sang istri menyindir bagaimana mungkin membangun masjid sedang ia sendiri belum melaksanakan salat.

Ia pun pun menyarankan suaminya untuk mempertanyakan rencananya ini kepada ulama. Lalu Ki Manteb menemui KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk berkonsultasi.

Baca Juga :  Tokoh Lintas Agama dan Warga Karanganyar Doakan Kemenangan Andika-Hendi

Oleh jawaban Gus Dur, Ki Manteb pun samakin mantap untuk mewujudkan niatnya ini. Tak berapa lama kemudian, rencananya itu ia wujudkan dengan membangun masjid.

Apalagi, ketika itu kariernya sebagai dalang juga makin naik pamor. Dan dalam tempo delapan bulan saja, berdirilah sebuah masjid persis di depan rumahnya dengan ukuran 9×9 meter persegi.

Namun sayangnya, setelah membangun masjid, Ki Manteb malah belum tergerak hatinya untuk salat di dalamnya. Hatinya mengeras bagai batu karang. Sang anak pun mogok. Danang enggan pulang ke rumah dan pilih beraktivitas di masjid.

“Anak saya tidak mau pulang ke rumah, bahkan tidur juga di masjid,” ujar Ki Manteb kala itu.

Tak urung, setiap hari, sang ibunda mengirim bekal makan ke masjid. Melihat itu, Ki Manteb makin marah dan menganggap anak bungsunya sudah kelewatan.

Hari demi hari, bulan demi bulan, hingga bertahun-tahun perang urat saraf antara anak dan bapak ini tak juga berhenti. Perang batin itu terus berlanjut hingga tiga tahun lamanya dari 1992 hingga 1995.

Namun, hidayah Allah SWT akhirnya mampu membuka hati Ki Manteb yang keras bagai batu itu menjadi lembut. Di tahun 1995, keluarganya menggelar pesta sunatan (khitan) untuk Danang. Mau tak mau ayah yang memiliki watak keras inipun luluh dan mulai bertegur sapa dengan anaknya.

Ia pun menawarkan kepada anaknya hadiah apa yang ia inginkan untuk khitanannya ini. Sang bungsu dengan mantab meminta hadiah umrah, tapi dengan syarat bapak dan ibunya menyertainya dalam ibadah ini.

Baca Juga :  Kesbangpol dan IPARI Karanganyar Gelar Pembinaan Kerukunan Umat Beragama

Ki Manteb pun tercengang dengan permintaan anaknya, namun ia menyatakan siap menuruti kemauan anaknya ini asal ia masuk Islam dulu. Karena itu, di Agustus 1995 Ki Manteb mengikrarkan diri mengucap dua kalimat syahadat di masjid yang dibangunnya.

Disaksikan oleh kalangan seniman, pejabat pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Termasuk Bupati Karanganyar saat itu, Sudarmaji dan Pimpinan Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, KH Muhammad Amir, yang menuntunnya mengucapkan dua kalimat syahadat.

Sejak menjadi Muslim, Ki Manteb Sudarsono merasakan sebuah keajaiban dalam dirinya. Ia merasa semakin pasrah dan tawakal kepada Allah. Dulunya, aku Ki Manteb, hidupnya serba tergesa-gesa. Hidupnya lebih semeleh. Sejak itu ia punya prinsip: Semua rezeki, Allah yang mengatur. Suhamdani