SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM –
Pemasangan setrum jebakan tikus kembali memakan korban nyawa di Sragen.
Kamis (29/7/2021) petang tadi seorang petani asal Desa Tangkil, Kecamatan Sragen Kota, Sragen kembali ditemukan tewas usai kesetrum jebakan tikus beraliran listrik di sawahnya.
Korban diketahui bernama Sukimin (58). Pria paruh baya itu ditemukan meregang nyawa dengan posisi telungkup di antara pematang dan sawahnya.
Tewasnya Sukimin semakin menambah panjang daftar tragedi korban meninggal yang melayang akibat pemasangan setrum jebakan tikus.
Sukimin menjadi korban tewas ke-17 di tangan perangkap setrum jebakan tikus selama kurun satu setengah tahun terakhir.
Data yang dihimpun JOGLOSEMARNEWS.COM , insiden tragis yang menimpa Sukimin itu diperkirakan terjadi pukul 17.30 WIB. Namun jenazah korban baru ditemukan oleh sang istri sehabis magrib atau pukul 18.15 WIB.
Menurut keterangan warga, kejadian bermula ketika sore tadi, korban pamit ke sawah untuk menengok tanaman padinya.
Namun hingga petang hari, tak kunjung pulang. Sang istri dan anaknya yang curiga kemudian berupaya mencari. Setelah tak ketemu, sang istri berinisiatif mencari ke sawah.
Alangkah terkejutnya ketika ia mendapati suaminya sudah terbujur kaku di pematang.
Istri korban bahkan menangis histeris saat mendapati suaminya meninggal dengan luka bakar terkena setrum perangkap jebakan tikus di sawahnya.
“Ditemukannya habis magrib. Di sawahnya sendiri. Lukanya di bagian perut dan kaki kelihatannya. Tapi yang paling parah di kakinya,” ujar Yan, salah satu warga setempat.
Saat dikonfirmasi, Kades Tangkil Suyono tidak menampik insiden itu. Ia membenarkan musibah yang dialami warganya itu akibat tersengat perangkap jebakan tikus beraliran listrik.
“Yang menemukan pertama kali istrinya. Saat ditemukan kondisinya sudah meninggal dan kaku. Memang ada luka bakar di bagian kaki, pemakaman besok pagi,” tuturnya.
Kades menyampaikan sebenarnya pihak Pemdes bersama Polsek dan Koramil sudah sering menyosialisasikan larangan dan bahaya penggunaan setrum jebakan tikus.
Tak hanya lewat grup WA RT dan RW, namun juga sosialisasi langsung serta pemasangan papan imbauan di titik strategis.
Namun kadang petani tak kuasa untuk meninggalkan setrum dengan alasan serangan tikus sudah terlalu parah.
Dari catatan JOGLOSEMARNEWS.COM , Sukimin menjadi korban tewas ke-17 akibat setrum jebakan tikus dalam kurun satu setengah tahun terakhir.
Daftar Korban
Korban sebelumnya adalah Iwan Supardi (61) petani di Desa Kebonromo, Ngrampal, Sragen. Iwan ditemukan tewas kesetrum jebakan tikus di sawahnya tepat di hari Raya Idul Fitri, Kamis (13/5/2021).
Sebelumnya ada Suyadi Siswanto (64) petani asal Dukuh Ngaringrejo, Desa Newung, Sukodono, Sragen yang juga meninggal kesetrum jebakan tikus di sawahnya akhir April 2021.
Lantas ada Cipto Purnomo (55) perangkat desa Kecik, Tanon yang tewas akibat setrum jebakan tikus di sawah bengkoknya, Sabtu (10/4/2021).
Lalu Mbah Sunardi (63), petani asal Desa Gabus, Kecamatan Ngrampal, Sragen meninggal juga akibat kesetrum jebakan tikus di persemaian sawahnya pada Sabtu (6/3/2021) silam.
Petani malang itu ditemukan meregang nyawa di persemaian sawahnya dengan tubuh luka bakar kesetrum jebakan tikus yang dipasangnya sendiri.
Sebelumnya, 12 warga di beberapa wilayah juga sudah meregang nyawa akibat kesetrum perangkap jebakan tikus di sawah.
Di antaranya Senin (2/11/2020) silam, petani asal Desa Kedungupit, Kecamatan Sragen, Suyadi (58) warga Dukuh Tanjang RT 21, Kedung Upit, Sragen juga ditemukan tewas kesetrum di sawahnya.
Kemudian dua hari berikutnya, Rabu (4/11/2020) kejadian serupa kembali terulang.
Petani di Desa Jatitengah, Sukodono bernama Jumino (58) asal Putatsewu RT 2, Jatitengah, Sukodono, Sragen juga ditemukan tewas di pematang dan sawah milik tetangganya, Pariman (59) asal Lemahireng RT 5, Jatitengah, Sukodono, Sragen.
Selain Suyadi dan Sumino,
sebulan sebelumnya masih di akhir 2020, perangkat desa asal Kranggan, RT 21 Desa Pengkol, Tanon, Supomo (53) juga ditemukan tewas di sawahnya karena kesetrum jebakan tikus.
Kemudian, Kamis (13/8/2020) sebelumnya, seorang petani di Desa Gringging, Kecamatan Sambungmacan, bernama Karno Purnomo alias No Balak (60) warga Dukuh Celep RT 14/4, Desa Gringging, Sambungmacan, Sragen ditemukan tewas di sawahnya karena jebakan tikus.
Petani paruh baya itu ditemukan tergeletak tak bernyawa di dekat kawat di sawah dukuh setempat.
Sebelumnya, delapan korban juga tewas dalam kurun tak lama sebelumnya.
Mereka di antaranya Prapto Wiyono alias No Banjir (66) petani asal Dukuh Bulakrejo RT 28/1, Duyungan, Sidoharjo, Sragen.
Ia tewas kesetrum jebakan tikus berlistrik di sawahnya, akhirnya dimakamkan Rabu (29/7/2020) pagi.
Sebelumnya, buruh tani bernama Atun Suryanto (50) asal Kampung Sine RT 1/4, Kelurahan Sine, Sragen juga ditemukan tewas kesetrum jebakan tikus di sawahnya Kampung Klumutan Sine, Jumat (8/5/2020) pagi.
Nasib serupa menimpa buruh tani bernama Nilam (45) warga Dukuh Donorojo RT 12, yang juga ditemukan tak bernyawa seusai terkena jebakan tikus bermuatan listrik, Jumat (2/5/2020).
Nilam tewas tergeletak di pematang sawah milik tetangganya, Sugiyo.
Kemudian Selasa (28/4/2020), seorang buruh tani asal Dukuh Ngrampal, RT 29 Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, bernama Yanto (54) juga meninggal dunia di areal persawahan di Dukuh Bugel, Desa Kebonromo, Ngrampal, Sragen.
Saat ditemukan kondisinya telungkup dengan luka bakar menempel di kabel jebakan tikus yang ada di tepi sawah majikannya.
Tak hanya itu, jebakan tikus juga merenggut nyawa Andi Nugroho (31) warga Madiun, Jatim pada 17 Februari 2020.
Ia ditemukan dengan kondisi kaki melepuh dan luka bakar sebelum kemudian meninggal akibat kesetrum jebakan tikus di persawahan wilayah Siwalan, Sragen Kota.
Sebelumnya, dua warga Jambanan Sidoharjo juga tewas terkena jebakan tikus berlistrik di sawah setempat pada medio dan akhir 2019 lalu.
Dari total 16 korban sejauh ini, 2 korban tercatat berprofesi sebagai perangkat desa di Tanon yakni di Pengkol dan Kecik. Sedangkan 14 sisanya adalah petani dan buruh tani.
Rentetan kejadian yang terus berulang itu menyiratkan keprihatinan sejumlah pihak. Semua pun berharap tragedi setrum tikus bisa segera berakhir. Wardoyo