JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Opini

Urgensi Pendidikan dalam Pembentukan Moral Bangsa

Nur Arif Darmawan Mahasiswa Magister Pendidikan Sains Pascasarjana FKIP UNS Surakarta / Istimewa
ย ย ย 

Melihat kenyataan bahwa pendidikan merupakan tonggak utama dalam meningkatkan kualitas SDM di negeri ini, memang tidak berlebihan rasanya bila Mas Nadiem Makarim selaku Mendikbud Ristek mengharapkan dan sekaligus mengambil risiko agar sekolah-sekolah dibuka semester depan, pada awal tahun pelajaran 2021/2022.

Bila ditinjau dari segi sosial, anak-anak usia sekolah terutama di usia remaja (SMP dan SMA) lebih banyak menyalurkan hobinya untuk nongkrong-nongkrong di malam hari.

Mereka tidak peduli dengan adanya pembelajaran dalam jaringan (daring) yang dilaksanakan oleh guru di siang hari.

Adapun sekolah daring seolah menjadi kegiatan sampingan yang dapat diikuti selagi ada waktu luang dan bila mereka menginginkan saja.

Anak-anak telah lupa bahwa tugas utama mereka adalah belajar, mencari ilmu yang bermanfaat untuk bekal masa depan mereka sendiri dan masa depan bangsa.

Memang tidak semua anak merasa acuh dengan pembelajaran daring, ada sebagian anak yang masih memiliki semangat yang besar dalam mengikuti pembelajaran daring, namun prosentasenya lebih sedikit.

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari.

Hal inilah yang diharapkan bisa didapat dari pembelajaran anak bangsa. Adanya kesadaran akan diri sebagai pribadi dan makhluk sosial yang bermanfaat bagi masyarakat dan dalam lingkup yang lebih luas yaitu negara.

Adanya pandemi Covid-19 ini telah memutus proses pembelajaran tatap muka sebagai bentuk proses transfer ilmu sekaligus pembinaan karakter siswa di sekolah.

Dan, dari sini banyak orang tua yang diuji kesabaran bahkan pengetahuannya dengan membimbing anaknya sendiri dalam hal supply kebutuhan kognisi dan juga mendidik karakter spiritual maupun sosial.

Baca Juga :  Optimalisasi Penerapan Literasi Digital pada Pendidikan Anak Usia Diniย 

Dan ternyata, fakta di lapangan membuktikan bahwa banyak sekali orang tua yang โ€œsambatโ€ ketika harus menjadi โ€œguruโ€ untuk anaknya sendiri.

Peran guru sebagai ujung tombak pendidikan ternyata unpredictable dan irreplaceable. Dan itu baru dirasakan oleh orang tua ketika terjadi pandemi seperti saat ini.

 

Menanamkan Nilai Pendidikan

Dalam undang-undang nomor 14 tahun 2005ย  pasal 1 dijabarkan tentang guru dan dosen,ย  โ€œguru dan dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengahโ€.

Seorang guru memiliki peran yang sangat penting di dalam kelas yakni mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi pembelajaran seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-undang di atas.

Proses pembelajaran akan terjadi ketika tercipta hubungan interaktif atau timbal balik antara siswa dengan lingkungannya dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Hubungan timbal balik itu merupakan syarat terjadinya proses pembelajaran yang di dalamnya tidak hanya menitikberatkan pada transfer of knowledge, akan juga transfer of value.

Knowledge dapat diperoleh siswa dari media-media belajar, seperti buku, majalah, museum, internet, guru, dan sumber-sumber lain yang dapat menambah pengetahuan siswa.

Akan tetapi value hanya akan diperoleh siswa melalui pendidik yang menanamkan nilai sikap spiritual-sosial dan nilai suatu materi dengan melibatkan segi-segi psikologis dari guru dan siswa.

Penanaman nilai sikap spiritual-sosial dan nilai yang melibatkan aspek-aspek psikologis inilah yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Dengan demikian guru adalah sosok yang mutlak adanya dalam proses pembelajaran. Tidak sekedar jasad guru, tapi juga ruh sebagai pendidik yang menjadi tokoh dan panutan siswa.

Baca Juga :  Optimalisasi Penerapan Literasi Digital pada Pendidikan Anak Usia Diniย 

Salah satu cara agar pendidik mampu melaksanakan pembelajaran sekaligus menanamkan value dalam diri siswa, pendidik harus sadar dan tanggap akan perubahan zaman juga menyesuaikan dengan kondisi siswa berserta ligkungannya.

Hasil pengajaran dan pendidikan dari seorang pendidik yang mumpuni dalam bidang ilmu pengetahuan dan moral yang baik diharapkan akan melahirkan generasi yang melek ilmu dan juga berakhlak yang baik.

Karena ilmu tanpa akhlak yang baik akan menjadikan manusia perusak tatanan kehidupan. Hal ini juga sering kita dengar dan lihat di media-media yang memberitakan banyak orang yang notabene pembuat aturan justru melanggar aturan, orang yang paham hukum justru melanggar hukum, orang yang harusnya menyejahterakan rakyat justru merenggut hak-hak rakyat dan sebagainya.

Mungkin memang benar falsafah orang Jawa kuno yang mengatakan โ€œwong pinter pirang-pirang, wong ngerti arang-arangโ€, yang berarti orang pandai sangat banyak tetapi orang yang mengerti sangat jarang.

Manusia semacam inilah yang banyak mengisi dunia saat ini. Namun, harapan untuk membaikkan keadaan tentu masih besar dan terbuka lebar yaitu dengan pendidikan generasi bangsa yang baik dan terarah salah satunya dengan penguatan afektif peserta didik pada kurikulum 2013.

Namun pertanyaan selanjutnya, apakah kita yakin generasi selanjutnya akan lebih baik daripada generasi sebelumnya jika proses belajar mengajar di sekolah tidak segera dilaksanakan? Kita tunggu skenario pemerintah untuk dunia pendidikan di negeri ini, dan semoga menjadi pilihan tepat dan terbaik untuk generasi bangsa. (*)

Nur Arif Darmawan

Mahasiswa Magister Pendidikan Sains Pascasarjana FKIP UNS Surakarta

 

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com