JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

18 Petani Sragen Tewas Kesetrum Jebakan Tikus, Pak Menteri Pertanian Ternyata Juga Bingung Belum Bisa Beri Gambaran Solusi

Rentetan kejadian petani tewas kesetrum jebakan tikus dan kondisi para korban dalam kurun 1,5 tahun terakhir. Foto kolase/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Rentetan kasus petani tewas kesetrum jebakan tikus yang terjadi di Sragen, hingga kini masih menuai keprihatinan.

Tercatat tak kurang dari 18 petani tewas di tangan setrum jebakan tikus yang dipasang di persawahan berbagai wilayah Sragen dalam kurun satu setengah tahun terakhir.

Celakanya, hingga kini belum ada solusi yang riil dan tindakan nyata untuk memberantas hama tikus yang menjadi biang petani nekat memasang jebakan berlistrik.

Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengaku sebenarnya Pemkab sudah menerbitkan Peraturan Bupati (Perbup) larangan pemasangan setrum jebakan tikus.

Akan tetapi larangan itu belum cukup menyadarkan petani untuk menghentikan pemasangan setrum untuk tikus.

Tak hanya itu, dari pihak kepolisian juga tak kurang memberikan sosialisasi dan larangan hingga berat pidana bagi pelaku pemasangan.

“Perbup sudah kita buat. Tapi ya gimana petani masih saja memasang,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM ditemui di depan kantor Bupati, belum lama ini.

Bupati menyampaikan beragam upaya baik pengawasan, sosialisasi hingga edukasi ke masyarakat juga sudah dilakukan.

Kemudian solusi mendatangkan hewan predator alami tikus seperti burung hantu juga sudah dilakukan. Namun upaya mengerahkan burung hantu diakui belum efektif menekan hama tikus.

Baca Juga :  Tingkatkan Pembangunan Desa Toyogo Sragen, Blesscon Kucurkan Dana CSR

“Kita sudah pernah minta Perbakin untuk nembak tikus semalam dihargai Rp 5.000 per tikus itu juga nggak efektif. Ya memang penyuluhan sudah kita lakukan selesai muter di 20 Kecamatan lah kok malah masih masang nyetrum ae, berarti masyarakat posisinya memang serba sulit,” terang Bupati.

Menteri Pertanian, Syahril Yasin Limpo (kiri) didampingi Anggota DPR RI Luluk Nur Hamidah saat mengunjungi penggilingan padi PT Cahaya Intan Jaya di Toyogo, Sambungmacan, Sragen, Jumat (30/7/2021). Foto/Wardoyo

Respon Menteri Pertanian

Tak hanya itu, saat menerima kunjungan Menteri Pertanian, Syahril Yasin Limpo beberapa waktu lalu di Sragen, Bupati mengaku sempat menyampaikan problem tikus dan fenomena banyaknya petani yang tewas kesetrum.

Namun saat itu, Pak Menteri Pertanian pun juga masih bingung untuk mencari solusinya.

“Kemarin saya sampaikan kepada Pak Menteri Pertanian, beliau juga belum bisa memberikan gambaran. Bagaimana solusinya, belum ada yang bisa memberikan solusi. Ini loh caranya seperti ini, seperti ini. Belum ada,” jelasnnya.

Tak hanya tikus, saat itu pertanyaannya soal kuota pupuk bersubsidi yang terus dikurangi, juga belum bisa terjawab oleh Pak Menteri.

“Seperti masalah pupuk juga belum bisa terjawab karena itu masalah nasional. Kuota memang dikurangi di semua daerah pasti dikurangi. Tapi saya nyuwun karena gerakan sebagai lumbung padi menjadi prioritas kan kan kita masuk 10 besar penyangga pangan nasional,” tandasnya.

Baca Juga :  OPTIMALISASI LORONG SEKOLAH MENJADI LORONG LITERASI

Seperti diketahui, sejauh ini sudah ada 18 petani di sejumlah kecamatan di Sragen yang meninggal akibat kesetrum jebakan tikus. Korban terakhir adalah Munadi (51) petani asal Desa Karangudi, Ngrampal yang tewas kesetrum jebakan tikus di sawahnya pada 31 Juli 2021 lalu.

Pilihan Terakhir

Menurut Sir Samsuri, petani asal Karangudi Ngrampal yang juga memasang jebakan tikus di sawahnya, mengaku setrum adalah pilihan terakhir yang mau tidak mau harus dilakukan.

Sebab segala cara sudah ditempuh dan tak bisa meredakan serangan tikus.

“Sebetulnya ya tahu risikonya, tapi yang sudah-sudah, kalau nggak dipasangi gini (setrum) ya tanaman habis-habis tenan, gagal panen,” katanya.

Ia menuturkan hama tikus biasanya muncul menyerang ketika tanaman sudah berumur 2 minggu habis pemupukan dan terlihat hijau.

Sebagai petani kecil, sebenarnya manut anjuran pemerintah. Ia pun siap melepas jebakan tikusnya. Namun berharap pemerintah juga konsekuen memikirkan petani dengan membantu obat atau memberantas tikus.

“Seharusnya pemerintah ngasih solusi bagaimana memberantas hama. Selama ini pemerintah sendiri juga tidak ada bantuan atau bagaimana caranya mengurangi hama tikus. Dulu pernah dibantu kayak petasan itu, tapi juga nggak mempan. Lha petani suruh gimana lagi Pak,” tuturnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com