
SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Rentetan insiden kematian petani akibat setrum jebakan tikus di wilayah Ngrampal dan Sragen, memantik keprihatinan dari Muspika Ngrampal.
Muspika dan Polsek setempat langsung bergerak melalukan penertiban jaringan kawat setrum jebakan tikus yang dipasang petani. Pelepasan kawat jebakan tikus digelar tadi pagi di persawahan Desa Karangudi, Ngrampal.
Desa Karangudi menjadi sasaran lantaran dua hari lalu, satu petani setempat, Munadi (51) ditemukan tewas usai kesetrum jebakan tikus di sawahnya.
Penertiban dipimpin Camat Ngrampal, Joko Hendang Murdono bersama Wakapolsek Iptu Rudy Hartono berikut jajaran Koramil dan Satpol PP setempat.
Penertiban dilakukan salah satunya di sawah milik Sir Samsuri di Dukuh Karangudi RT 17. Pemilik sawah diundang kemudian diberikan pemahaman oleh tim.
Selanjutnya dengan dikawal petugas, petani paruh baya itu melepas sendiri kawat yang dipasang mengelilingi sawah bertanaman padi miliknya.
“Pagi ini kita lakukan penertiban sekaligus sosialisasi ke petani. Karena di Desa Karangudi kemarin ada kejadian petani yang meninggal kesetrum jebakan tikus. Bahkan dalam kurun satu setengah tahun ini sudah ada 7 petani yang meninggal kena jebakan tikus beraliran listrik di wilayah Kecamatan Ngrampal. Baik dari listrik PLN maupun dari genset,” papar Camat kepada JOGLOSEMARNEWS.COM di sela kegiatan.

Camat tak menampik setrum jebakan tikus menjadi pilihan terakhir karena segala upaya pemberantasan dengan emposan maupun umpan tidak lagi efektif.
Akan tetapi, pemakaian setrum untuk jebakan tikus juga tidak bisa dibenarkan lantaran sangat membahayakan keselamatan bagi petani maupun orang lain.
Karenanya ia sangat berharap petani yang masih memasang, bisa memahami dan secara sadar melepas sendiri perangkat jebakan tikusnya.
“Kejadian kemarin itu harapan kami cukup yang terakhir. Jangan sampai terulang lagi. Apalagi kalau orang lain yang kena, nanti justru bisa kena pidana. Kan kasihan, maunya menyelamatkan tanaman malah menimbulkan korban jiwa,” tandasnya.
Camat mengaku sudah berkoordinasi dengan Kades-kades dan petugas PPL untuk memberikan pemahaman ke petani untuk menghentikan pemasangan setrum jebakan tikus.
Kemudian petani juga diminta mengevaluasi pola cocok tanam dengan tidak melulu padi padi padi untuk memutus mata rantai hama tikus. Kemudian dinas terkait diharapkan juga bisa membimbing dan memberikan solusi atau bantuan ke petani untuk obat atau formula yang aman guna menekan hama tikus.
“Kalau di Ngrampal sendiri memang masih ada beberapa titik. Seperti di Karangudi, Bandung, Gabus, dan beberapa lokasi. Tapi jumlahnya nggak banyak,” imbuh Camat.
Tak Segan Proses Hukum
Wakapolsek Iptu Rudy Hartono mewakili Kapolsek AKP Hasto Broto menegaskan Polsek tidak segan-segan memproses pidana bagi petani yang nekat memasang jebakan tikus beraliran listrik dan menimbulkan korban orang lain.

Sebab secara aturan, pemasangan setrum itu memang tidak bisa dibenarkan secara hukum. Lantaran bisa mengancam keselamatan jiwa baik pemasang maupun orang lain.
“Yang jelas dari Muspika Kecamatan, kami Pak Camat dan Koramil melarang segala bentuk pemasangan memasang jebakan tikus dengan aliran listrik. Imbauan sebenarnya sudah tak henti kita sampaikan, karena jebakan tikus berlistrik itu sangat berbahaya. Kami tidak segan menyidik jika sampai orang lain yang kena,” tegasnya.
Sekdes Karangudi, Suwandi menyampaikan prihatin dengan pemasangan jebakan tikus. Sebab korban terakhir yakni Munadi yang meninggal dua malam lalu, adalah adik iparnya sendiri.
Ia menyampaikan saat ini serangan hama tikus memang sangat parah di wilayahnya. Berbagai upaya sebenarnya sudah ditempuh petani mulai dari emposan hingga umpan, namun hama tikus tak juga mereda.
“Di Karangudi sebenarnya nggak begitu banyak. Di bawah 10 orang yang masang. Ini memang dilematis. Karena petani sudah putus asa sehingga setrum dianggap solusi terakhir dan memang kalau dipasangi setrum bisa dapat banyak. Harapan kami pemerintah dan dinas bisa ikut memberikan solusi bagaimana mengatasi hama tikus yang efektif dan aman,” tandasnya.
Sementara, petani pemasang setrum, Sir Samsuri mengatakan terpaksa memakai setrum karena sudah kehabisan cara untuk memberantas hama tikus yang merajalela.
Serangan tikus mulai muncul ketika padi habis dipupuk dan terlihat hijau. Ia memasang jebakan tikus dialiri genset itu juga belum lama dan dinilai sangat efektif mematikan tikus.
Ia mengakui demi keamanan, dirinya hanya menyalakan setrum maksimal 3 jam mulai pukul 18.00 WIB sampai 21.00.WIB dan ditunggui. Setelah jam 21.00 WIB genset dilepas dan dibawa pulang.
“Yang pertama kali dapat 57 ekor semalam. Yang kedua dapat 60 ekor. Setelah itu ketiga kali sudah turun banyak tinggal dapat 9 ekor. Yang keempat cuma dapat 2 ekor. Ini sudah jarang saya nyalakan. Tapi karena diminta melepas, ya saya lepas,” ujarnya. Wardoyo