SUKOHARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Tahun ini Polisi Wanita alias Polwan memperingati Hari Jadi yang ke-73. Khusus di Sukoharjo, ultah Polwan dirayakan dengan cara berbeda.
Melansir tribratanews, Kamis (26/8/2021), Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan bersama anggota Polwan Polres Sukoharjo melaksanakan bakti sosial. Mereka yang menjadi sasaran adalah warga Tanjung Anom, Desa Kwarasan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Pelaksanaan bakti sosial adalah pada Selasa (24/8/2021).
Kapolres Sukoharjo mengatakan, guna memperingati Hari Jadi Polwan yang ke-73 ini, Polwan Sukoharjo melaksanakan kegiatan-kegiatan yang positif untuk masyarakat. Yaitu dengan melaksanakan bakti sosial dengan memberikan bantuan kepada warga yang membutuhkan di pemukiman padat penduduk. Yakni di Tanjung Anom, Desa Kwarasan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
Dalam kegiatan tersebut dibagikan 50 paket sembako kepada masyarakat yang membutuhkan.
“Mungkin bantuan yang kami berikan tidak seberapa. Namun mudah-mudahan dapat bermanfaat dan membantu meringankan beban masyarakat ditengah badai pandemi COVID-19 ini,” ungkap Kapolres.
Selain membagikan sembako, Kapolres dan Polwan Polres Sukoharjo juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mematuhi protokol kesehatan dengan cara 5M. Yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
“Karena dengan mematuhi protokol kesehatan ini, diharapkan penyebaran Covid-19 dapat terhenti dan pandemi segera berakhir,” ujar AKBP Wahyu.
Sebelumnya, Polwan Polres Sukoharjo juga telah melakukan baksos dengan memberikan bantuan sosial berupa paket sembako di sejumlah yayasan, pasar, dan warga bantaran sungai Bengawan Solo. Tepatnya di desa Langenharjo, Kecamatan Grogol, pada Jumat (20/08).
Kapolres berharap, ke depan Polwan, khususnya di Polres Sukoharjo lebih maju dan profesional dalam melaksanakan tugas melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat.
Masih dari tribratanews, sejarah Polwan dimulai pada awal 1948. Pada saat itu, terdapat kesulitan-kesulitan pada pemeriksaan korban, tersangka ataupun saksi wanita terutama pemeriksaan fisik untuk menangani sebuah kasus.
Ketika ada pemeriksaan yang melibatkan wanita, polisi seringkali meminta bantuan para istri polisi dan pegawai sipil wanita untuk melaksanakan tugas pemeriksaan fisik.
Kemudian, organisasi wanita dan organisasi wanita Islam di Bukittinggi berinisiatif mengajukan usulan kepada pemerintah. Intinya agar wanita diikutsertakan dalam pendidikan kepolisian untuk menangani masalah tersebut.
Akhirnya pada tanggal 1 September 1948 secara resmi disertakan enam siswa wanita untuk mulai mengikuti pendidikan inspektur polisi. Mereka adalah Mariana Saanin, Nelly Pauna, Rosmalina Loekman, Dahniar Sukotjo, Djasmainar, Rosnalia Taher. Aris