JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Perundungan fisik atau sering dikenal sebagai Body Shaming, merupakan tindakan tercela berupa perilaku menjelek-jelekkan dan mengkritik penampilan fisik milik orang lain.
Secara umum, body shaming juga dikategorikan sebagai bullying. Hal ini kerap dilakukan seseorang dengan berbagai alasan yang beragam baik secara langsung maupun tidak langsung.
Seperti halnya ketika seseorang ingin mencairkan suasana, bercanda, iseng belaka, hingga memang ingin menghina.
Perkataan-perkataan ringan seperti “Kok kamu gemukkan?”, “Eh, kulitmu kok jadi hitam?”, “Kamu pendek, ya” dan sebagainya. Perkataan tersebut sudah termasuk sebagai tindakan body shaming. Dampaknya sering kali membuat sang empunya badan jadi tersinggung atau bahkan sampai sakit hati.
Semakin berkembangnya teknologi, kini banyak masyarakat yang menggunakan media sosial. Sudah tak terhitung jumlahnya orang-orang yang melakukan tindakan body shaming di media sosial.
Tindakan ini dapat dilakukan oleh siapa saja, mulai dari pria, wanita, anak-anak, hingga orang dewasa. Tak hanya itu, perilaku ini juga dapat terjadi di lingkup keluarga, hubungan percintaan, pertemanan, bahkan kalangan yang tidak dikenal sekalipun.
Hal ini tentunya, menimbulkan dampak negatif bagi korban yang terkena body shaming. Tak hanya sakit hati saja, bahkan dapat mengakibatkan depresi yang berlebih. Berikut dampak negatif yang dapat dialami korban body shaming.
- Menurunkan rasa percaya diri
Hal ini dapat terjadi bahkan dengan melakukan hal kecil, salah satunya adalah bercanda atau guyonan. Bercanda mengenai fisik seseorang dapat dikategorikan sebagai body shaming. Meski bercanda, hal inilah yang dapat menurunkan rasa percaya diri si korban. Akibatnya, korban akan menjadi insecure dan menarik diri dari lingkungannya.
- Membuat korban menutup diri
Apabila seseorang telah menarik diri dari lingkungannya, hal ini dapat mengakibatkan korban menjadi pribadi yang tertutup. Ia akan cenderung menjadi seorang yang pendiam dan tak banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Korban akan menganggap bahwa orang-orang hanya akan peduli dengan tampilannya sehingga ia cenderung enggan menampakkan diri keluar.
- Meningkatkan risiko terkena eating disorder
Tindakan body shaming dapat mempengaruhi kesehatan mental korban. Maka, seseorang yang kesehatan mentalnya tidak baik berisiko terkena gangguan eating disorder atau gangguan makan. Seseorang yang terkena gangguan makan, cenderung tidak makan dengan teratur sehingga mengakibatkan penurunan kesehatan.
- Melakukan hal ekstream untuk memperbaiki kondisi fisik
Tak hanya terkena gangguan eating disorder, korban yang mengalami body shaming juga berisiko mengalami anoreksia. Gangguan tersebut merupakan hal ekstream yang terjadi untuk menurunkan berat badan karena perlakuan buruk terhadap penampilannya. Maka, korban akan cenderung melakukan hal ekstream untuk memperbaiki penampilannya. Misalnya, seseorang yang dikatakan ‘gendut’ akan melakukan hal ekstream seperti halnya diet ketat agar terlihat kurus.
- Depresi
Dampak terberat dari korban body shaming adalah depresi. Tak hanya masalah fisik, hal ini juga menyebabkan masalah psikologi bagi si korban. Body shaming yang berlebihan dapat mengakibatkan depresi yang mendalam untuk korban. Maka, depresi yang ditimbulkan berisiko tinggi untuk melakukan tindakan bunuh diri. Hanifah Yulia Putri S