Beranda Daerah Sragen Kisah Pilu Penderita Lumpuh Layuh 24 Tahun Ini Bikin Petinggi Demokrat Sragen...

Kisah Pilu Penderita Lumpuh Layuh 24 Tahun Ini Bikin Petinggi Demokrat Sragen Langsung Terpanggil. Pesannya Sangat Menyentuh!

Ketua Demokrat Sragen, Budiono Rahmadi saat menyambangi Wawan Wahyu Aprianto (24) pemuda lumpuh layu dan tuna wicara, kemarin. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kisah miris mencuat dari Dukuh Goketen RT 21/5, Desa Sidodadi, Masaran, Sragen. Seorang pemuda bernama Wawan Wahyu Aprianto (24) menyandang kehidupan nan memprihatinkan.

Selama hampir 24 tahun sejak lahir, pemuda itu didera penyakit lumpuh layuh. Tak hanya tubuhnya yang mengering tinggal tulang terbungkus kulit, selama puluhan tahun ia hanya menghabiskan hari-harinya di atas kursi roda dengan kaki yang terikat.

Fakta itu mencuat ketika Ketua DPC Demokrat Sragen, Budiono Rahmadi mendadak menyambangi rumah Wawan, kemarin.

Melihat kondisi Wawan yang tergolek di kursi roda, politisi yang akrab disapa Mas Bro itu terlihat begitu terharu.

“Ini kami sengaja turun ke bawah setelah menerima laporan tentang kondisi Mas Wawan ini. Kami merasa terpanggil dan ternyata setelah kami cek kondisinya memang sangat memprihatinkan. Dia lumpuh layuh sejak kecil dan memiliki keterbatasan tidak bisa bicara. Setelah ibunya meninggal, bapaknya juga meninggalkan tak mau merawat. Kalau kita lihat kondisinya sangat-sangat memprihatinkan,” papar Mas Bro didampingi kerabat Wawan, kemarin.

Menurutnya, ia tergerak menyambangi setelah mendapat laporan kondisi Wawan yang dinilai sangat butuh bantuan.

Kedatangannya juga bagian untuk membangkitkan semangat kepedulian di kalangan kader Demokrat. Lewat aksi peduli itu, diharapkan makin mendekatkan dengan masyarakat.

Pesan Peduli 

Dalam kesempatan itu, Budiono juga menyempatkan memberikan bantuan santunan uang untuk membantu meringankan perawatan Wawan.

Sebab selama ini Wawan hanya diasuh oleh kakaknya dengan keterbatasan ekonomi sebagai buruh serabutan.

Baca Juga :  SMK Negeri 1 Plupuh Sragen Gembleng Mental dan Karakter Siswa Tangguh Bertajuk Jalan Ninja SKANIP Melalui Penyebaran Sepuluh Kebijakan

Karenanya ia berpesan kepada kakak Wawan agar tabah dan sabar untuk terus merawat karena itu akan menjadi berkah.

“Kepada teman-teman atau mungkin diberi kelebihan, harapan kami mudah-mudahan bisa berempati dan berbagi. Agar bisa sedikit meringankan beban keluarga. Ini juga bagian untuk memberi teladan dan mengajak kader Demokrat lebih peduli dengan kesulitan warga,” terangnya.

Kakak Wawan, Distanto Eko Saputro (34) menuturkan kondisi lumpuh dan tuna wicara itu dialami Wawan sejak kecil.

Ia mengaku sendirian merawat adiknya itu setelah ibunya meninggal dan bapaknya pergi meninggalkan keluarga sejak 10 tahun lalu.

“Kondisi lumpuh ini sudah sejak lahir. Dia juga tidak bisa bicara. Sehari-hari ya hanya di kursi roda begitu. Makan minum disuapi, kalau mandi nanti saya yang mbopong,” ujarnya.

Eko tak menampik kondisi ekonominya memang pas-pasan. Selama ini ia harus banting tulang sendirian menghidupi istri dan mertuanya yang tinggal satu rumah.

Serta adiknya paling bungsu yang saat ini masih sekolah. Sementara penghasilannya sebagai buruh sangat minim dengan beban harus menghidupi enam orang di rumahnya termasuk Wawan.

“Dulu pernah dapat bantuan Rp 300.000 dari dinas sosial tiap bulan memang agak ringan. Sejak 2018 nggak dapat lagi. Bantuan sosial tunai (BST) pas pandemi kemarin juga sempat dapat tapi dua bulan ini sudah nggak dapat dari desa katanya ada pengurangan jatah,” tuturnya.

Baca Juga :  KPU Sragen Dituduh Dzalim di Pilkada 2024, Tim Kampanye Paslon 02 Sigit-Suroto Beberkan Keburukan Selama Debat Terbuka Berlangsung

Eko menambahkan meski butuh perjuangan berat dan meluangkan banyak waktu, dirinya ikhlas merawat adiknya itu.

Ia pun sangat berterimakasih atas kepedulian Mas Bro yang berkenan membantu santunan.

“Yang paling sudah itu kalau sakit. Dia kan nggak bisa bicara. Jadi hanya main rasa saja. Kebutuhan yang rutin ya Pampers sama makannya saja,” tukasnya.

Paman Wawan, Samin (52) menyampaikan untuk kursi roda dulu dibantu dari dinas sosial. Hanya saja, sejak BST dan BLT dari Dinsos dihentikan, kini keluarga agak kesulitan lantaran hanya bergantung dari hasil mburuh kakaknya saja.

“Kakaknya selama ini yang menjadi tulang punggung keluarga. Padahal kerjanya hanya buruh dan menghidupi enam orang di rumah. Matur Suwun Pak Budi,” tukasnya. Wardoyo