KLATEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dalam rangkaiana kunjungannya ke Klaten, Jawa Tengah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyempatkan diri meninjau lokasi pertanian milenial, Jumat (243/9/2021).
Diketahui, pertanian milenial tersebut dikembangkan oleh petani-petani milenial dengan konsep smart farming melalui penggunaan teknologi.
Pada kesempatan itu, Menko Airlangga mengatakan, program Millenial Smartfarming merupakan ekosistem pemberdayaan milenial melalui pembinaan dan pengembangan ekosistem pertanian digital (IoT) dari hulu ke hilir, serta meningkatkan Inklusi Keuangan Desa.
Smart Farming, menurut Menko Airlangga, merupakan salah satu dari upaya besar Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan rakyat dan menjaga ketahanan pangan.
“Upaya tersebut dilakukan melalui pemberdayaan petani, mendorong petani milenial, peningkatan produktivitas dan penggunaan teknologi,” jelas Menko Airlangga, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Program Millenial Smartfarming, menurut Airlangga, bertujuan mengimplementasikan pertanian cerdas dengan penerapan digitalisasi pertanian dengan Internet of Things (IoT).
Tujuan lainnya adalah membentuk ekosistem pertanian dengan pembukaan akses pasar kepada petani, sehingga penghasilan petani terjamin serta mengoptimalkan inklusi keuangan perbankan di desa.
Di samping itu, juga memperkuat kelembagaan petani milenial yang dilakukan oleh berbagai stakeholder.
Dalam konteks saat ini, jelas Airlangga, program Millennial Smartfarming diharapkan dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian demi meningkatkan ketahanan pangan dan pemulihan ekonomi nasional sebagai dampak adanya pandemi Covid-19.
Menko Airlangga juga menyempatkan diri untuk berbincang dengan salah satu petani milenial bernama Hartoyo.
Perlu diketahui, Hartoyo sebelumnya bekerja kantoran di Jakarta. Namun saat ini ia sangat menekuni pertanian karena diakuinya penghasilan yang didapatkannya lebih besar.
Kepada Menko Airlangga, Hartoyo menjelaskan mengenai mekanisasi pertanian otomatis menggunakan aplikasi yang diinstal di gawai tablet dan tenaga surya yang sudah digunakannya selama tiga bulan.
Aplikasi dan alat sensor cuaca dibuat oleh sebuah perusahaan rintisan anak bangsa. Sebelum sistem pertanian digital itu digunakan secara luas oleh petani milenial, perusahaan rintisan tersebut mencetuskan konsep Smart Farming 4.0 yang menjadi pemenang pertama Hermes Award kategori Startup pada gelaran Hannover Messe 2020.
Dijelaskan, konsep Smart Farming 4.0 memberi jalan keluar bagi petani dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Caranya dengan menggunakan alat sensor dan aplikasi, yang memberikan informasi yang dapat membantu petani untuk meningkatkan produksi pertanian, termasuk mengurangi pemakaian pupuk dan air.
Konsep tersebut menjadi dasar untuk menciptakan aplikasi mobile berbasis teknologi pertanian. Fungsinya untuk membantu pencatatan sistem bertani, memilih pedoman budidaya, serta penanganan dan pengolahan pertanian yang baik.
Di samping itu juga untuk meningkatkan efisiensi pertanian dengan lebih mudah dan hemat namun dapat menghasilkan panen secara maksimal.
“Petani juga dapat dengan mudah mendapatkan akses mitra dan pasar yang tepat,” papar Hartoyo.
Selanjutnya, Menko Airlangga bersama Wakil Bupati Klaten dan Direktur Hubungan Kelembagaan BNI mencoba menanam padi menggunakan treventer, yakni sebuah mesin menanam otomatis.
Tak lupa, Airlangga juga berbincang dengan ibu-ibu petani yang sedang menanam padi secara tradisional.
Saat itu, Menko Airlangga menanyakan perkembangan pertanian serta menjelaskan bantuan pemerintah khususnya KUR yang bisa diambil para petani untuk semakin mengembangkan pertaniannya.
“Hasilnya dengan sistem ini bisa antara 6-7 ton per hektare, dan dalam dua tahun bisa dua kali panen. Harga gabah basah saat ini mendekati Rp 5.000, karena Srinau (modifikasi beras Rojo Lele yang asli Klaten). Kalau semuanya menggunakan teknologi, diharapkan produktivitas akan lebih tinggi lagi. Apalagi sudah menggunakan alsintan otomatis untuk penanaman,” tutup Menko Airlangga. Suhamdani