SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kondisi jalan raya Sumberlawang- Tanon mendadak ramai jadi perbincangan warga. Hal itu tak lepas dari kondisi ruas jalan utama di Sragen Barat itu yang kini sudah rusak parah.
Jalur poros milik kabupaten itu kini makin dikeluhkan lantaran banyak dipenuhi lubang menganga.
Banyaknya lubang dengan ukuran besar membuat warga menjuluki sebagai lubang buaya. Selain lebar, ukuran lubang yang dalam juga kerap membuat pengendara terperosok dan kecelakaan.
Pantauan di lapangan, lubang buaya itu banyak muncul di ruas Mojopuro tepatnya di utara Taman Pramuka Sumberlawang.
Mulai dari perlintasan kereta api timur Pasar Sumberlawang hingga ke selatan. Di ruas ini, belasan lubang berukuran besar dan dalam, menjadikan jalur itu sangat berbahaya.
Salah satu warga Desa Mojopuro yang tinggal di dekat jalan rusak itu, Mbah Gombloh (56) menyampaikan kerusakan jalan dan munculnya lubang itu memang sudah lama terjadi.
Namun hingga kini, kerusakan tak kunjung diperbaiki. Ironisnya, karena tiap hari banyak dilintasi kendaraan antar provinsi, lubang-lubang yang menganga makin hari makin parah.
“Sudah setahun lebih jalan di dekat saya itu rusak. Yang paling parah di Utara taman Pramuka. Di situ hampir semua ruas berlubang besar. Kasihan pengendara sampai kebingungan mau melintas,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (4/10/2021).
Kerusakan itu juga menjadi mimpi buruk bagi pengendara. Mbah Gombloh menyebut sudah tak terhitung berapa banyak pengendara yang kecelakaan akibat terperosok jalan berlubang di wilayah itu.
Mereka mayoritas warga luar daerah yang tidak begitu hafal kondisi medan jalan yang rusak tersebut.
“Yang terakhir kemarin yang jatuh di jalan rusak berlubang itu ada 3 orang yang paling parah. Ada yang patah kaki dan tangan yakni orang Plupuh sama orang Jamus. Satunya lagi orang Sambirejo dan yang lainnya guru SD dan sejumlah pedagang sayur serta orang yang akan belanja ke pasar sumberlawang,” urainya.
Bikin Malu
Mbah Gombloh mengaku prihatin dengan kondisi kerusakan jalan yang bertahun-tahun terbiarkan itu. Ia juga merasa malu dengan kondisi jalan rusak yang sebagian kebetulan berada di depan rumahnya tersebut.
Pasalnya dia selama ini sudah kenal dekat Bupati Sragen dan sering berkomunikasi juga.
“Kemarin oleh warga mau ditanduri (ditanami) pisang tapi saya nggak enak sama Mbak Yuni. Karena saya dekat sama beliau. Sebenarnya sudah saya laporkan ke Pak Camat dan DPU juga tapi kok ya enggak segera direspon. Takutnya makin parah dan makin banyak korban,” urainya.
Bahkan saking jengkelnya, sebagian warga dekat jalan, sempat berinisiatif mengurug seadanya lubang yang dirasa paling parah. Hal itu dilakukan untuk mengurangi kedalaman lubang sehingga setidaknya menekan risiko bahaya bagi pengendara.
“Kemarin hanya ditambal seadanya. Harapan kami semoga segera ada perbaikan dari pihak DPU Sragen dari pada terus memakan korban penguna jalan yang melintas,” tandasnya.
Bahkan saking kesalnya, warga dengan akun Facebook Septi Revlin sempat mengunggah foto potret jalan rusak dan berlubang milik DPU Sragen itu ke media sosial (Medsos).
Dalam keterangan foto tersebut menunjukkan seorang pria tua bernama Mbah Kemis yang rela menambal lubang jalan dengan tanah urug seadanya.
“Minta doa nya semoga Pakde Kemis( tukang becak) sehat selalu. Sudah membantu dengan ikhlas menguruk jalan berlubang dekat taman pramuka,” tulisnya.
Kerusakan juga terjadi di ruas wilayah Desa Bonagung Tanon. Di titik ini, juga muncul lubang berukuran besar dan kontur jalan mulai bergelombang.
Keterbatasan Anggaran
Terpisah, Kepala DPUPR Sragen, Marija melalui Kabid Bina Marga, Albert Pramono Susanto mengakui jalan Sumberlawang-Tanon memang masuk kategori jalan kabupaten.
Ia tak menampik memang ada sejumlah ruas yang kondisinya sudah rusak dan berlubang. Terkait hal itu, nantinya penanganannya akan dilakukan dengan melakukan penambalan di titik-titik yang berlubang terlebih dahulu.
Hal itu karena kondisi anggaran yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pembangunan jalan akibat anggaran yang masih banyak tersedot untuk penanganan Covid-19.
“Nanti akan kita upayakan menambal dengan anggaran pemeliharaan rutin. Nanti akan dilihat skala prioritas mana-mana spot yang memang sudah rusak agak parah dulu. Karena anggaran pemeliharaan rutin kota juga terbatas,” paparnya.
Dengan keterbatasan anggaran, penanganan jalan rusak juga terpaksa diurutkan dari yang dirasa darurat lebih dahulu.
“Nanti kita lihat, kalau memang sana masuk kategori yang darurat dan membahayakan, ya segera kita tangani Pak,” tandasnya. Wardoyo