WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Tidak semua saluran irigasi pertanian di Wonogiri saat ini dalam kondisi baik. Hampir setengahnya dalam keadaan rusak.
Kerusakan itu disebabkan sejumlah faktor. Di antaranya bencana alam atau faktor alam lainnya.
Informasi yang diperoleh, Senin (4/10/2021) sekitar 40 persen saluran irigasi di Wonogiri dalam kondisi rusak. Sayangnya anggaran pemeliharaan saluran irigasi tergolong minim.
Menurut informasi dari Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum (SDA DPU) Wonogiri, di Wonogiri ada 403 daerah irigasi yang menjadi kewenangan daerah. Total luas lahan yang bisa diairi mencapai 28.784 hektare.
Daerah irigasi yang menjadi kewenangan kabupaten adalah yang mengairi lahan di bawah 1000 hektare.
Bowo Dwi Hartono, Kabid SDA DPU Wonogiri menuturkan, kondisi daerah irigasi saat ini yang tergolong baik ada 60 persen. Sisanya rusak ada sekitar 40 persen.
“Penyebab kerusakan di antaranya adalah bencana, kemudian karena sedimentasi. Atau kurangnya pemeliharaan,” jelas dia.
Sayangnya anggaran untuk perbaikan maupun pemeliharaan saluran irigasi tergolong minim. Namun demikian tidak lantas berkecil hati. Ada sejumlah program sejenis misalnya dari anggaran pusat.
Sementara proyek pembangunan saluran irigasi melalui Program Percepatan dan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) 2021 tahap pertama di Wonogiri dinyatakan rampung. Proyek tersebut ternyata membawa sejumlah manfaat bagi masyarakat.
Manfaat itu antara lain meningkatkan produktivitas pertanian melalui penambahan luasan lahan yang bisa teraliri air. Selain itu melalui pengerjaan proyek dengan padat karya, mampu memberikan lapangan pekerjaan untuk masyarakat.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS-BS), Agus Rudyanto usai mengikuti acara penandatanganan serah terima kegiatan P3-TGAI 2020, di Ruang Kahyangan komplek Setda Wonogiri, Senin (4/10/2021) mengatakan, tahun ini kembali Wonogiri memperoleh kuota terbanyak di area BBWSBS. Totalnya ada 38 saluran irigasi di 38 desa dan tersebar di Wonogiri. Di tahap pertama ada 31 saluran irigasi digarap.
Dijelaskan, kuota P3-TGAI untuk Wonogiri selalu meningkat dalam setiap tahunnya. Pada saat program dimulai, 2013, saat itu Wonogiri mendapat kuota 15 desa. Pada 2019, mendapat 32 kuota. Pada 2020, mendapat 42 kuota. Tahun ini kuota menurun namun masih menjadi yang tertinggi dibandingkan daerah lainnya.
“Wonogiri selalu mendapat kuota terbanyak karena hasil pengerjaannya bagus, didukung sinergitas semua pihak, tidak ada kendala. Untuk tahun ini di tahap pertama, masing-masing titik lokasi mendapat anggaran Rp 195 juta untuk pembangunan saluran irigasi yang semuanya sudah selesai 100 persen. Jumlah total anggarannya kurang lebih Rp 6 miliar,” jelas dia.
Dikatakan, program tersebut bersumber dana dari APBN. Namun begitu, program ini berdasar usulan dari Pemkab Wonogiri.
Dengan terlaksananya P3-TGAI 2021, diharapkan semakin banyak sawah di Wonogiri yang teraliri air. Sehingga berdampak terhadap sektor pertanian yang lebih baik. Karena tujuan program tersebut untuk merehab irigasi kecil atau desa dan irigasi tersier.
Saluran irigasi yang dikerjakan, kata dia, merupakan irigasi yang rusak akibat bencana dan saluran yang masih sederhana. Selama ini banyak yang terjadi kebocoran karena saluran masih berupa tanah. Setelah dikerjakan melalui P3-TGAI, kebocoran itu bisa diatasi.
“Karena dimasa pandemi, maka pengerjaannya dengan model stimulus padat karya,” beber dia.
Melakui proyek padat karya itu, sebut dia, masyarakat mendapatkan kesempatan memperoleh penghasilan. Paling tidak tahun ini ada 29 ribu hari orang kerja (HOK) terserap pada proyek ini. Tidak hanya tenaga ahli bangunan, difabel, warga kurang mampu hingga warga terdampak COVID-19 dan perempuan ikut terjun dalam proyek ini.
“Sesuai manfaatnya bahwa program ini memberdayakan masyarakat petani dalam kegiatan perbaikan, rehabilitasi, peningkatan jaringan irigasi secara partisipatif,” ujar Agus.
P3-TGAI, tutur Agus hakikatnya mendukung program ketahanan pangan nasional. Selain itu meningkatkan kemampuan ekonomi serta kesejahteraan petani. Juga memperhatikan kebutuhan, kesulitan, dan aspirasi setiap orang termasuk lansia, difabel dan kebutuhan khusus lainnya sehingga tercipta kesetaraan dan keadilan gender. Difabel dan lansia dilibatkan secara aktif pada pengerjaan proyek ini.
Bupati Wonogiri Joko Sutopo alias Jekek menyebutkan, program ini menginspirasi sekaligus memberikan motivasi bagi masyarakat petani di Kabupaten Wonogiri. Terbukti seluruh kegiatannya berjalan dengan baik termasuk aspek pemanfaatannya.
“Semua berkomitmen untuk dijaga, dirawat sehingga kemanfaatan dan kegunaannya bisa maksimal. Ini perhatian yang luar biasa bagi Wonogiri, logika sederhananya ketika terjadi pandemi kita diperhatikan penuh, apalagi nanti saat kondisi normal,” sebut Bupati. Aris