Beranda Umum Nasional Menko Airlangga: Masih Banyak Pelaku UMKM Belum Manfaatkan Teknologi Digital

Menko Airlangga: Masih Banyak Pelaku UMKM Belum Manfaatkan Teknologi Digital

Menko Airlangga / Istimewa

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) diakui atau tidak, merupakan tulang punggung perekonomian nasional.

Hal itu dapat terlihat dari kemampuan UMKM yang berkontribusi sebesar 60,51% bagi PDB, menyerap 96,92% tenaga kerja, serta menyumbang 15,65% ekspor non migas.

Demikian dipaparkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Hanya saja, dikatakan Airlangga, masih banyak UMKM yang belum memanfaatkan teknologi digital dalam menjalankan usahanya.

Di mana diperkirakan, baru sebanyak 24% UMKM yang telah menggunakan e-commerce dalam melakukan pemasaran produknya.

Dipaparkan Menko Airlangga, potensi ekonomi digital di Indonesia diprediksi akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2025, yaitu sebesar Rp 1.738 triliun.

Saat ini jumlah penggunaan telepon seluler di Indonesia sebanyak 345,3 juta unit, lebih besar dari jumlah populasi penduduk. Sementara itu terdapat pengguna internet aktif sebanyak 202,6 juta jiwa.

Dengan demikian salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM termasuk kaum perempuan  adalah dengan melakukan transformasi usaha melalui pemanfaatan teknologi digital.

Namun, peralihan pemanfaatan teknologi digital tidak dapat dilakukan begitu saja, namun perlu diiringi dengan peningkatan kualitas produk, kapasitas produksi, serta literasi digital agar mampu melakukan transaksi daring secara optimal.

Digitalisasi merupakan sesuatu yang perlu didorong terutama di tengah berbagai tantangan akibat pandemi Covid-19, yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang sering disebut “fenomena ekonomi minim pertemuan tatap muka” atau “Less Contact Economy” dimana teknologi digital berperan sentral untuk menunjang aktivitas masyarakat dan menghubungkan interaksi antar-manusia.

Menko Airlangga menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Mandalika, NTB. Terdapat salah satu pelaku UMKM yang bergerak di bidang makanan ringan mengikuti pelatihan Kartu Prakerja yang dapat meningkatkan omzet usahanya dengan memanfaatkan digitalisasi.

Baca Juga :  22 Orang Tewas dalam Kebakaran Terra Drone, Evakuasi Berlanjut hingga Malam

“Dengan mengikuti Kartu Prakerja yang bersangkutan belajar mengikuti promosi, perbaikan packaging, bagaimana memotret dan memasukkan ke dalam e-commerce, dan alhamdullilah omzetnya naik jadi 30 juta per bulan,” ujar Menko Airlangga, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.

Selain pentingnya transformasi digital, saat ini gaya hidup halal juga mengalami perkembangan pesat dalam dua dasawarsa terakhir, baik secara global maupun nasional.

Data dari The State of the Global Islamic Economy Report 2019/2020 melaporkan besaran pengeluaran makanan dan gaya hidup halal umat muslim di dunia mencapai USD 2,2 triliun pada 2018 dan diperkirakan akan terus tumbuh mencapai USD 3,2 triliun pada 2024, dengan angka kumulatif pertumbuhan mencapai 6,2% per tahun.

Di samping itu, ujar Menko Airlangga, Pemerintah juga telah memberikan kemudahan sertifikasi halal bagi UMK sebagaimana diamanatkan pada UU Cipta Kerja dan PP 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal.

“Dimana sertifikasi JPH bagi UMK dapat dilakukan dengan pernyataan pelaku UMK (self-declare) didasari standar halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH),” papar dia.

Rangkaian acara Forum Khadijah diisi dengan Grand Launching Pemberdayaan Perempuan UMKM Indonesia (PPUMI), pembacaan deklarasi yang dibacakan oleh Ketua Umum PPUMI Pusat Munifah Syahwani.

Peran Perempuan

Menko Airlangga menjelaskan, jika dilihat dari jumlah usaha yang ada di Indonesia, 99% didominasi oleh UMKM, yaitu sebesar 64,2 juta pelaku usaha.

Baca Juga :  Presiden Prabowo On The Spot di Aceh Tamiang, Warga Serbu Posko Kesehatan Pegadaian

Dari jumlah tersebut sebanyak 37 juta UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan. Karena itu perempuan memiliki peran yang tidak dapat dipandang sebelah mata dalam partisipasinya untuk menggerakkan roda perekonomian.

“Kaum perempuan yang memang secara naluri memiliki keinginan untuk survive bagi keluarganya sehingga mendorong mereka menjadi entrepreneur,” ujar Menko Airlangga.

Dibandingkan dengan rata-rata dunia, ujar Airlangga, perempuan Indonesia memiliki rasio kepemilikan usaha yang lebih tinggi. Data dari Google dan Kantar pada tahun 2020 menunjukkan saat ini respon perempuan-perempuan di Indonesia semakin positif untuk berwirausaha.

Dimana jumlah perempuan di Indonesia yang telah berwirausaha sebanyak 49%, dan perempuan yang ingin berwirausaha pada masa yang akan datang sebanyak 45%.

Perempuan yang memanfaatkan digital juga cukup banyak yaitu sekitar 35% dari seluruh penjualan online Indonesia. Suhamdani

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.