SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Aksi pencabulan yang diduga dilakukan seorang oknum tokoh agama di salah satu desa di Kecamatan Ngrampal, Sragen, menguak fakta baru.
Oknum tokoh agama yang kerap disebut Modin desa berinisial I (61) itu selama ini dikenal sebagai salah satu tokoh yang sering dipercaya memimpin doa tiap ada hajatan keagamaan warga.
Tak hanya itu, pria paruh baya itu juga dikenal sering memimpin pengajian dan yasinan di warga sekitarnya. Tak heran, kabar aksi dugaan pencabulan berjemaah yang dilakukannya sontak membuat warga terkaget-kaget.
“Iya di desa, yang bersangkutan memang dikenal dengan sebutan Modin. Sering diminta ngujubke doa-doa. Lalu juga sering mimpin pengajian atau yasinan warga. Ya kaget saja, nggak nyangka. Kalau beliaunya sebenarnya baik di mata warga,” ujar N, salah satu tetangga terduga pelaku, kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (15/10/2021).
Sebelumnya, aksi pencabulan itu diduga sudah berlangsung bertahun-tahun.
Para santri laki-laki yang mayoritas di bawah umur itu dicabuli di areal persawahan.
Aksi pencabulan dilakukan pada malam hari bergantian.
“Jadi korban yang dianggap alat vitalnya bengkok itu diajak ke sawah pada malam hari. Lalu di sawah itu dibilang akan diterapi agar alat vitalnya bisa lurus. Tapi kemudian korban digitukan. Tiap malam satu persatu di ajak ke sawah dan digitukan,” ujar R, warga lainnya yang mengetahui kasus tersebut, kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Kamis (14/10/2021).
Kasus itu terbongkar setelah salah satu korban mengeluh kesakitan usai digarap pak Modin paruh baya itu.
Dari situlah akhirnya satu persatu teman santri lainnya mengungkap juga pernah mengalami hal serupa.
Dari cerita para korban akhirnya kasus itu mencuat sehingga membuat mereka memberanikan diri melapor ke polisi.
I dilaporkan ke Polres beberapa waktu lalu. Tokoh yang dikenal sebagai sesepuh desa dan kerap disapa modin itu mencabuli lebih dari 10 santri laki-laki di salah satu Ponpes di wilayah Sambungmacan, Sragen.
Aksi pencabulan itu didahului dengan merayu korban dengan dalih memberi terapi alat vital.
Data yang dihimpun JOGLOSEMARNEWS.COM dari berbagai sumber di lapangan, aksi bejat sang sesepuh desa itu terbongkar setelah salah satu santri merasa kesakitan usai diterapi oleh terlapor.
Meski berdomisili di Ngrampal, terlapor bisa dekat dengan para korban karena yang sebelumnya diminta membantu bekerja di pondok tempat para korban menimba ilmu.
Karena lama di situ, terlapor yang diduga memiliki orientasi seksual menyimpang itu kemudian mulai membidik para korban. Awalnya korban dirayu dilihat alat kelaminnya apakah normal atau tidak.
Kemudian korban ditakut-takuti alat vitalnya bengkok. Oleh terlapor ditawari kalau mau diterapi untuk meluruskan alat vital. Sejumlah santri pun termakan bujukan itu dan satu persatu kemudian diterapi yang berujung pada pencabulan.
Saat dikonfirmasi, Kapolsek Ngrampal, AKP Hasto Broto mewakili Kapolres Sragen AKBP Yuswanto Ardi tak menampik sudah mendengar adanya laporan kasus dugaan pencabulan ke santri oleh oknum di Ngrampal itu.
Namun, karena kasusnya melibatkan anak di bawah umur, sehingga laporannya langsung ke Unit PPA Reskrim Polres Sragen. Saat ini kasusnya masih ditangani oleh Unit PPA Polres.
“Iya memang saya dengar itu. Terlapornya memang dari wilayah Ngrampal, tapi TKP dan korban-korbannya dari salah satu pondok di wilayah Sambungmacan. Yang nangani Unit PPA Reskrim,” ujarnya dikonfirmasi JOGLOSEMARNEWS.COM .
Salah satu warga Ngrampal, Mas Nur membenarkan kasus dugaan pencabulan berjamaah yang melibatkan seorang sesepuh desa di wilayah desanya.
“Orangnya sering mimpin kalau doa atau bancaan. Warga juga enggak ngira. Kasusnya memang nggak begitu heboh di sini karena kejadiannya kelihatannya di Sambungmacan,” ucapnya. Wardoyo