SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus gugatan cerai yang diajukan Asih Dewi Lestari (23), penjual siomai cantik asal Desa Bendo, Sukodono, Sragen, kembali menyisakan cerita mengharukan.
Sejak kabur misterius lima bulan hingga muncul dengan gugatan cerainya, sang suami, Dwi Nugroho (31) kini terpaksa harus hidup dengan dua anaknya yang masih kecil-kecil.
Anak yang pertama berusia 7 tahun dan duduk di bangku kelas 1 SD berinisial JG. Sedangkan anak kedua masih berusia dua tahun berinisial RM.
Karena tak punya kerabat dan orangtua, Dwi terpaksa mengasuh dan menghidupi kedua buah hatinya itu sendirian di rumah peninggalan orangtuanya.
Bahkan, ia terpaksa tidak bisa hadir di sidang kedua yang dijadwalkan digelar pada 28 Oktober 2021 lalu.
Kala itu, Dwi dihadapkan pada dua pilihan sulit. Karena saat bersamaan ia mendapat job untuk nyopir mengantar barang ke Jakarta.
Namun dengan pertimbangan demi kedua buah hatinya, ia pun akhirnya memilih menanggalkan jadwal sidang karena terlanjur menerima job.
“Iya kemarin sebenarnya jadwal sidang kedua tanggal 28 Oktober. Cuma pas hati itu kebetulan Mas Dwi ada sanggeman (orderan) untuk ngantar barang ke Jakarta. Karena anak-anaknya butuh makan, ya terpaksa dia lebih berat memenuhi kerjaan dan yang hadir sidang saya mewakilinya. Karena anaknya masih kecil-kecil dan dia harus membiayai sendirian. Dia pertimbangannya daripada hadir sidang tapi anaknya malah nggak bisa makan,” ujar S. Jadi, tetangga Dwi yang selama ini mendampingi dan membantu Dwi selama didera cobaan, Rabu (10/11/2021).
Jadi menuturkan sejak istrinya kabur dan minta cerai, Dwi sudah memutuskan berhenti merantau nyopir di Jakarta. Ia memilih di rumah mengasuh anak-anaknya sembari menunggu job jika ada yang memintanya nyopir ke wilayah lokal Sragen dan sekitarnya.
Namun jika orderannya luar daerah dan harus sampai malam, ia terpaksa membawa anaknya ikut nyopir.
“Karena Mas Dwi sudah nggak punya orangtua. Dia sendiri yang ngasuh anaknya. Makanya sudah nggak ke Jakarta lagi, sementara nyopirnya lokalan. Kadang antar tebu, kadang diminta antar muatan ke Jawa Timur. Pokoknya dilakoni demi bisa menghidupi kebutuhan keluarga tapi juga tetap bisa ngasuh anak-anaknya,” urai Jadi.
Sementara, pada sidang 28 Oktober kemarin, Asih datang bersama pengacaranya. Namun sidang kembali ditunda karena Jadi terlambat lima menit dari jadwal sidang.
Sidang yang dijadwalkan untuk mediasi kedua itu kembali harus ditunda dan menurut rencana dilanjutkan Kamis (11/11/2021) besok.
“Kalau kemarin dari pengacaranya akan mengupayakan biar bisa balik. Tapi dilihat saja besok bagaimana,” imbuh Jadi.
Sementara, pada sidang perdana gugatan cerai yang digelar di PA Sragen, Kamis (14/10/2021) lalu, Dewi sudah bulat dan nekat meminta cerai.
Tak hanya menolak mediasi, wanita cantik itu juga bersikukuh ingin pisah dengan dalih sudah tidak harmonis dan tak jodoh lagi.
Sikap ngotot Dewi itu akhirnya membuat Dwi kini hanya bisa pasrah menerima keadaan dan berusaha tegar menerima kenyataan.
“Kalau awalnya alasannya agak janggal. Karena ngakunya nggak pernah dikirimi nafkah. Padahal selama Mas Dwi kerja di Jakarta, selalu rutin kirim uang ke rumah. Bukti transfernya juga masih disimpan semua. Lalu kemarin pas mediasi pertama itu alasannya berubah pokoknya sudah nggak jodoh dan nggak harmonis. Padahal suaminya masih berharap damai demi keluarga dan anak-anak. Tapi agaknya sudah ngotot minta cerai, ya Mas Dwi pasrah dan kalau memang nggak bisa diharapkan lagi, akan diikhlaskan,” terang Jadi.
Ihwal kemungkinan adanya orang ketiga yang memicu Dewi kabur, Jadi mengatakan saat ditanya waktu bertemu di PA Sragen kemarin, Dewi tetap memilih bungkam.
Pun saat ditanya selama lima bulan menghilang dari rumah, wanita cantik yang kemarin tampil berhijab itu juga merahasiakan di mana ia tinggal dan sama siapa.
“Dia hanya bilang saya nggak bisa matur soal itu Pak. Yang jelas saya tinggal di tempat teman. Tapi di mana tidak disebutkan,” imbuh Jadi.
Karena tidak ada titik temu, hakim PA akhirnya memutuskan menunda sidang. Wardoyo