BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Eksvakasi terhadap peninggalan candi di situs Watugenuk, Boyolali sudah berakhir pada Senin (8/11/2021).
Usai itu, tim Balai Penelitian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah menitipkan enam buah batu berukir di rumah Sriyono, warga Dukuh Pisah, Rt 4 Rw 10, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo.
Batu tersebut ditemukan saat tim melakukan eksvakasi atau penggalian tahap kedua di situs Watugenuk, Kragilan.
Hasil dari ekskavasi tersebut, tim berhasil menemukan tiga candi perwara melengkapi candi induk yang ditemukan sebelumnya tahun 2016 lalu. Selain ketiga candi perwara temuan, tim BPCB juga enam buah batu berukir.
Keenam batu candi tersebut kemudian dititipkan di rumah Sriyono, warga Dukuh Pisah, Rt 4 Rw 10, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo. Enam batu yang diamankan yakni, lingga, dua batu pipi tangga pintu masuk berukir naga, dan tiga batu ukir untuk pagar.
“Benar, keenam batu itu dititipkandi rumah saya,” ujar Sriyono pada Rabu (10/11/2021).
Diungkapkan, situs Watugenuk sudah dikenal masyarakat cukup lama. Warga sekitar mengetahui ada sejumlah batu yang salah satunya adalah Patung Lembu Andini. Kemudian pada 2012-2014 ada tiga rohaniawan Hindu sembahyang di situs Watugenuk.
“Saya juga sempat menemukan struktur batu yang miring, setelah dibersihkan ternyata sebuah yoni.”
Dia pun melanjutkan penggalian dengan biaya sendiri. Tak disangka, dia justru menemukan lingga atau batu panjang pasangan dari yoni.
Bahkan, temuan sempat membuat heboh masyarakat hingga kemudian BPCB melakukan eksvakasi tahap pertama tahun 2016.
Awalnya, batu lingga sempat mau dibawa ke Prambanan, namun dirinya merasa keberatan. Dia berkilah, jika dibawa ke Prambanan, maka pihaknya dan masyarakat akan kesulitan jika akan mengambil kembali lingga tersebut.
“Hingga kemudian, lingga dititipkan di rumah saya dilengkapi dengan berita acara penitipan. Diperkirakan, situs Candi Watugenuk berkaitan dengan situs Kerajaan Salembi, di Kecamatan Mojosongo.”
Sebelumnya, Pamong Budaya Ahli Muda BPCB Jateng, Winarto mengakui, temuan-temuan batu yang terpisah dari struktur pondasi candi diamankan pada warga Hindu setempat. Menurutnya penitipan ini lebih aman dari pada ditinggal di lokasi situs.
“Kalau dirawat pemeluk agama Hindu pasti ada rasa memiliki dan dirawat. Kalau dibiarkan di tempatnya, malah rawan dicuri. Apalagi situs Watugenuk sepi dan cukup jauh dari pemukiman,” katanya. Waskita